Komitmen Peningkatan Literasi

Muhamad Ikhwan Abdul Asyir
Manajer Program Al Wasath Institute, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Jayabaya dan Ketua DPD IMM Jawa Tengah bidang Hukum dan HAM
Konten dari Pengguna
26 Maret 2023 7:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Ikhwan Abdul Asyir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
buku sebagai sumber Ilmu Pengatahuan, sumber : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
buku sebagai sumber Ilmu Pengatahuan, sumber : pixabay.com
ADVERTISEMENT
Rendahnya tingkat literasi masyarakat kita menjadi momok yang cukup meresahkan. Kenyataan bahwa tingkat literasi warga masyarakat kita yang kemudian mampu terlihat melalui minat baca masyarakat kita yang masih rendah di bandingkan negara tetangga kita memberikan gambaran bahwa masyarakat kita rentan terhadap kegagapan ilmu pengetahuan yang berkembang di era serba cepat ini.
ADVERTISEMENT
Gagap Menangkap Ilmu Pengetahuan
Selain menjadi momok meresahkan, kegagapan semacam ini, dengan rendahnya tingkat literasi kita, memberikan gambaran bahwa warga masyarakat ini masih jauh dari cita-cita masyarakat yang ideal yang semua negara dan bangsa pasti ingin wujudkan.
Padahal kita tentu perlu ketahui bersama, di zaman yang serba cepat, malahan serba digital ini, kecakapan akan ilmu pengetahun menjadi modal dasar yang sudah semestinya mengiringi kehidupan kita sehari-hari. Cara meraih kecakapan ilmu pengetahuan ini adalah dengan kegiatan maupun hal yang berkaitan dengan literasi.
Sebab melalui kegiatan literasi, dengan mambaca misalnya, kecakapan ilmu pengetahuan mampu masyarakat kita raih karena berbagai akses keilmuan yang dialaminya, melalui kegiatan literasi ini juga, keluasan dan keluwesan dalam menjalani dinamika kehidupan yang semakin kompleks bisa didapati masyarakat kita.
ADVERTISEMENT
Rendahnya literasi ini mampu terlihat salah satunya dari data yang di rilis dari hasil Programme for International Student Assessment (PISA) selama 20 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa skor literasi anak-anak Indonesia masih rendah dan belum meningkat secara signifikan. Kemampuan literasi peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata kemampuan literasi peserta didik di negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD),”
Selain itu, fakta lain yang ditunjukkan dari hasil Assasment Nasional (AN) adalah terdapat kesenjangan pada kompetensi literasi. Diungkapkan Mendikbudristek, masih cukup banyak sekolah, terutama yang berada di kawasan 3T dengan peringkat literasi dan numerasi berada pada level satu atau sangat rendah (Sipers Kemendikbud no 91/sipres/A6/II/2023)
Dengan demikian, karena literasi masyarakat yang rendah, masyarakat kita akan seolah olah menjadi gagap dalam menangkap ilmu pengetahuan yang melimpah. Padahal di era sekarang, era globalisasi, era arus informasi yang berjalan begitu deras, sumber pengetahuan banyak melimpah dari ladang yang terbuka secara luas.
ADVERTISEMENT
Kita bisa saja dengan mudah mendapatkannya, dan dengan bahan ilmu pengetahuan ini yang menjadikan kehidupan kita bisa lebih baik lagi. Secara lebih lanjut dan konkret misalnya tentang kreatifitas, masyarakat yang mampu memanfaatkan luasnya arus ilmu pengetahuan ini dengan melalui semua kegiatan yang lekat dengan kegiatan berliterasi akan menjadi masyarakat yang semakin kreatif dan mampu bijak dalam menemui langkah-langkah kehidupan yang lebih solutif terdahap persoalan.
sumber : Pixabay.com
Perlu Respon Strategis
Kenyataan ini tentu bukan hanya menjadi realitas yang menggelitik kesadaran kita bersama. Bahwa kenyataan rendahnya tingkat literasi warga masyarakat kita harus di tanggapi dengan lebih serius lagi. Boleh jadi hal semacam ini juga bukan hanya menjadikan kita tergelitik malah justru pecutan yang mengarahkan rasa keprihatinan bersama. Dalam sekilas memang kita tidak bisa melihat secara langsung dampaknya, namun apabila ini terus berlangsung dan di lanjutkan dengan pemakluman atas perilaku ini, semakin lama justru kita malah semakin mengarah pada kemunduran kualitas dan sumber daya manusia generasi penerus Indonesia.
ADVERTISEMENT
Respon strategis misalnya seperti yang baru-baru ini dilakukan pemerintah. Bahwa demi melengkapi berbagai program penguatan literasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Episode Ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Program tersebut berfokus pada pengiriman buku bacaan bermutu untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang disertai dengan pelatihan bagi guru. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek).
Kita mampu melihat, bahwa melalui terobosan Merdeka Belajar Episode ke-23 yang di luncurnkan ini bukan hanya mencoba menjawab tantangan rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia akibat rendahnya kebiasaan membaca sejak dini, namun selajutnya coba membangun budaya postif dan memenuhi semua ornamen yang mendukungnya. Pembangunan budaya dan ornamen yang mendukung tentu bakal semakin mempercepat harapan dan kontekstualisasinya.
ADVERTISEMENT
Sebab dalam kebijakan ini juga, Kemendikbudristek menghadirkan pelengkap terobosan untuk sejumlah hal, mulai dari jumlah eksemplar, jumlah judul buku, jenis buku yang dikirimkan, pendekatan yang dilakukan dalam mendistribusikan buku, sampai pemilihan sekolah yang menjadi penerima pengiriman buku. Secara mendalam, melalui program ini, hemat penulis bahwa kemendikbudristek mencoba menggawangi betul bahwa program yang ada bisa optimal dan tepat sasaran.
Pemilihan buku yang tepat adalah poin utama yang menjadikan konsentrasi program ini bisa lebih optimal, sebab salah satu fokus utama dalam meningkatkan literasi adalah pemilahan buku yang tepat. “Buku bacaan yang kami kirimkan ke sekolah melalui program ini terdiri dari buku-buku yang berperan sebagai jendela, pintu geser, dan cermin bagi pembaca anak,” ujar Mendikbudristek misalnya dalam Sipers Kemendikbud no 91/sipres/A6/II/2023.
ADVERTISEMENT
Pada peran sebagai jendela, buku membantu pembaca melihat pengalaman baru yang berbeda dari kehidupannya melalui kejadian yang dialami oleh tokoh cerita. Sementara itu, dalam perannya sebagai pintu geser, buku membawa pembaca untuk berimajinasi mengeksplorasi dunia baru melalui ilustrasi dan cerita fantasi.
Kemudian, buku berperan sebagai cermin, yaitu buku memberikan kesempatan untuk merefleksikan pengalaman hidupnya sendiri melalui cerita dalam buku. melihat konteks yang sudah dikenal anak di dalam buku. Hal ini mendukung peningkatan daya pikir kritis anak dengan melakukan refleksi atas hal-hal yang ada di sekitarnya.
sumber : pexels.com
Dukungan Semua Pihak
Berbagai program yang ada, khususnya dalam meningkatkan literasi ini tentu perlu di dukung semua pihak di dalam implementasinya. Sebab mau bagaimanapun bagusnya program, akan sulit nantinya menemui dampaknya yang strategis jika tidak didukung oleh semua pihak dan hanya dilakukan oleh satu pihak saja.
ADVERTISEMENT
Dalam hal meningkatkan literasi ini, kesadaran dan pembangunan kebiasaan positif dalam menggemari membaca dan memanfaatkan buku bacaan yang maksimal dimulai dari lingkungan keluarga misalnya menjadi jalan yang mampu di tempuh. Setiap orang tua yang membiasakan diri membaca dan belajar secara rutin misalnya, akan semakin menstimulus setiap anak selaku generasi penerus kita dalam menyukai pembelajaran dan membaca buku juga.
Semoga apa yang menjadi cita-cita bersama dalam rangka mewujudkan generasi sumber daya yang semakin mumpuni bisa mulai kita dekati dan sampai melalui setiap kebijakan yang ada. Semoga langkah besar yang dilakukan tidak hanya berhenti pada titik tertentu saja, namun bisa terus berkesinambungan dan berkelanjutkan terus menerus. Sampai tercapainya tujuan mulia negara dan bangsa kita
ADVERTISEMENT
Ihdinas shirool mustaqim, Wassalam