Konten dari Pengguna

Memaknai Maulid Nabi

Muhamad Ikhwan Abdul Asyir
Manajer Program Al Wasath Institute
16 September 2024 14:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Ikhwan Abdul Asyir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto : pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh : Muhamad Ikhwan Abdul Asyir, Manajer Program Al Wasath Institute
ADVERTISEMENT
Maulid Nabi Muhammad menjadi salah momentum peringatan hari besar yang umat Islam, di berbagai belahan dunia, momen ini seringkali menjadi perayaan tahunan yang diekspresikan dengan beragam kegiatan positif. Terlepas dari perdebatan apakah peringatan ini merupakan ajang yang boleh atau tidak boleh dilakukan, perayaan masjid nabi sejatinya merupakan bentuk rasa syukur dan penghormatan umat muslim untuk mengabadikan waktu sakral kelahiran rasulullah.
Di Indonesia sendiri, Maulid Nabi Muhammad yang menjadi hari besar nasional seringkali dirayakan oleh berbagai pagelaran yang unik dan meriah. Karena merupakan negara dengan mayoritas muslim, peringatan Maulid Nabi bahkan semacam menjadi tradisi pasti yang dilakukan meriah setiap tahun. Tak sedikit di antara tradisi yang ada, menyimpan banyak makna dan filosofis yang dikandungnya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari lama detik.com, beberapa tradisi yang ada di Indonesia misalnya adalah, tradisi buat ketupat Sampang di Madura, Grebeg Mulud di Yogyakarta, Masak Kuah Beulangong di Aceh, Baayun Maulid di Banjar, Bungo lado di Padang Pariaman, atau Pembacaan Kitab Al Barzanji di Jepara menjadi gambaran beberapa peringatan maulid Nabi selalu meriah. (Detik.com).
Sumber : pixabay.com
Memaknai sebagai Ajang Refleksi
Dalam apapun perayaannya, bagaimana pun caranya, sejatinya peringatan maulid Nabi memiliki satu simpul makna, yakni tentang kegemaran atau suka cita atas kelahiran manusia Agung, Muhammad SAW. Saya pribadi mungkin belum memiliki kepahaman yang mendalam apakah peringatan maulid Nabi menjadi keharusan atau justru hal yang dilarang secara hukum. Walau bisa dikuliti dan di tentang dengan mudah, sebagai bentuk syukur saya atas nikmat yang Allah berikan, dan upaya saya untuk belajar, beberapa perspektif saya tentang peringatan maulid Nabi mau saya utarakan.
ADVERTISEMENT
Pertama, maulid Nabi hendaknya kita maknai dengan kegiatan refleksi tentang kehidupan kita, utamanya sebagai umat muslim yang mengharap ridho Allah dan syafaat rasul Muhammad. Momentum ini hendaknya kita dengan menggali lebih dalam sejauh mana kita sebagai umat muslim sudah mampu menjadi muslim yang sejati. Muslim yang senantiasa menjadikan Nabi Muhammad sebagai penuntun yang memedomani setiap kehidupan kita, setiap ajaran islam yang dibawanya, semestinya menjadi kepribadian yang melekat betul dalam diri kita. Sudah kita demikian ?
Kedua, momentum maulid Nabi hendaknya kita maknai sebagai ajang memupuk semangat hidup, utamanya dalam menyebarkan kebaikan dan kebermanfatan sebagai umat manusia. Kita tentu perlu belajar, bahwa sosok Nabi Muhamad yang dikenal sebagai pribadi yang tak pernah lelah menyebarkan baikan dan kebermanfaatan tanpa pandang bulu kepada siapapun. Kebaikan yang dilakukannya tak pernah terbatas oleh apapun, termasuk agama sekalipun. Di cerita yang populer dan sering kita dengar, kecintaan Nabi Muhammad dalam menyebarkan kebaikan kepada sesama manusia bahkan ia lakukan kepada orang yang seringkali memusuhinya dan menghinaya sekalipun.
ADVERTISEMENT
Sebagai umatnya, kita tentu perlu meneladani hal tersebut. Momentum maulid Nabi yang kita peringati sebagai bentuk kecintaan kita kepada Nabi hendaknya kita tidak dilakukan hanya sebagai formalitas perayaan saja, namun benar benar meresap ke relung jiwa kita.
Ketiga, peringatan Maulid Nabi Muhammad juga memberikan kesempatan kita untuk menjalankan syiar Islam dan mengingat bagaimana perjuangan Nabi dalam menerbarkan ajaran agama Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Sebab dalam perayaan Maulid Nabi, berbagai ekspresi keislaman dihadirkan dengan meriah, di dalamnya tentu bisa diisi dengan bentuk penyerbarluasan nilai keislaman yang damai, sejuk, dan mengayomi semuanya. Peringatan Maulid Nabi juga bisa diisi dengan isian kegiatan yang penuh dengan sarat akan perekatan hubungan sosial bukan hanya sesama muslim saja tapi seluruhnya. Dari sini juga bisa dilakukan kolaborasi lintas komunitas untuk semakin menguatkan implmentasi ajaran Islam yang menggembirakan, memalukan dan mencerahkan kehidupan.
ADVERTISEMENT
Semoga Allah meridhoi kita semuanya.
Ihdinas Shirotol Mustaqi, Wasalam