Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Memamerkan Kejayaan Maritim Indonesia di Belgia
19 Desember 2017 8:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Kejayaan sektor maritim Indonesia sudah terkenal sebelum negara ini terbentuk. Sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha, para raja-raja Nusantara berlomba-lomba memperkuat sektor kemaritiman mereka.
ADVERTISEMENT
Siapa yang bisa menguasai laut, dialah pemenangnya. Sehingga, semua raja Nusantara berambisi untuk bisa menaklukkan lautan Nusantara.
Lebih jauh lagi sebelum era Hindu-Buddha, para pelaut Bugis sudah terkenal ketangguhannya menaklukkan ombak dan samudra. Pelaut Bugis melanglang buana hingga pantai Australia utara, jauh sebelum Charles Darwin mendarat di Australia.
Para pelaut Nusantara telah melakukan ekspansi ke berbagai belahan dunia. Mereka bahkan disebut pernah berlaut sampai ke China.
Bahkan, di akhir era Hindu-Buddha, serdadu Belanda harus bersusah payah melawan armada laut kerajaan-kerajaan di Nusantara sebelum akhirnya bisa menguasai beberapa wilayah.
Kejayaan maritim Indonesia ini tentu menjadi lembar kenangan yang tidak boleh dilupakan. Dunia harus tahu, betapa kuatnya sektor maritim negara yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau ini.
ADVERTISEMENT
Sebuah pameran peninggalan kebudayaan maritim Indonesia lalu digelar di Liege, Belgia. Pameran yang diselenggarakan di Museum La Boverie di Liege diberi tema Kingdoms of the Sea Archipel.
Pameran ini merupakan bagian dari Festival Seni Europalia 2017. Tahun ini, Indonesia menjadi guest country pameran tahunan itu.
Pameran Kingdoms of the Sea Archipel ingin menunjukkan bahwa peradaban Indonesia dimulai dari laut. Sehingga, sektor maritim tidak bisa dilepaskan dari identitas bangsa.
kumparan (kumparan.com) mengunjungi pameran itu beberapa waktu lalu. Pameran itu digelar sejak 24 Oktober 2017.
Di bagian awal saat memasuki ruang pameran, kami melihat peninggalan sejarah maritim kuno Nusantara (3000 SM hingga awal Masehi). Benda-benda yang dipamerkan di ruangan pertama adalah hasil peninggalan Austronesia, di antaranya benda-benda seni dari batu dan perunggu. Ada pula sketsa kapal, penggalan lukisan dari dinding gua, nekara dan moko.
ADVERTISEMENT
Di bagian selanjutnya, dipamerkan peninggalan masa pramodern. Masa ini adalah masa ekspansi budaya di era kedatangan pedagang dari Gujarat dan India. Masa pramodern ditandai dengan kejayaan beberapa kerajan Nusantara, seperti Kutai, Tarumanegara, Kalingga, Sriwijaya dan Mataram kuno.
Benda peninggalan kerajaan-kerajaan seperti miniatur kapal, patung, peta-peta kuno, dan berbagai prasasti dipamerkan di area ini.
Memasuki bagian belakang, dipamerkan peninggalan periode awal modern. Nuansa perpaduan budaya Nusantara dengan budaya China begitu kentara. Barang-barang seperti keramik, sutra, batik, dan kerajinan arsitektur.
Selain nuansa budaya China yang kentara, di masa awal modern juga terlihat sentuhan Eropa. Kedatangan Portugis dan Belanda di beberapa daerah seperti Aceh, Banten, Banjarmasin, Ternate, Tidore, dan Palembang membuat sentuhan Eropa masuk ke peninggalan seni dan budaya.
ADVERTISEMENT
Di ujung ruang pameran, berdiri 3 buah jubah berlapis emas. Jubah itu terbuat dari rangkaian buah pala yang dilapisi emas, sebagai tanda kejayaan rempah Indonesia.
Sebagai gambaran nyata kejayaan maritim Indonesia, sebuah kapal Padewakang dirakit di Museum La Boverie. Kapal Padewakang merupakan cikal bakal dari kapal pinisi, kapal kebanggaan Indonesia yang terkenal sebagai penakluk samudra.
Kapal Padewakang yang dirakit di museum Liege memiliki ukuran panjang 11 meter, tinggi 7 meter, dan lebar 4 meter. Keberadaan kapal Padewakang ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Pameran Kingdoms of the Sea Archipel tak pernah sepi dari pengunjung sejak awal dibuka.