Konten dari Pengguna

Rangkiang: Warisan Budaya Sumbar yang Menguatkan Ketahanan Pangan Masa Kini

Ikka Aprillia
Mahasiswa Universitas Andalas
12 November 2024 9:10 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ikka Aprillia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber : Ai (Rangkiang sebagai ttempat menyimpan padi)
Rangkiang adalah representasi ketahanan pangan serta kearifan lokal orang Minangkabau. Ini bukan hanya tempat menyimpan padi yang juga menunjukkan nilai keberlanjutan, gotong royong, dan penghargaan terhadap alam. Rangkiang menggambarkan filosofi kehidupan yang mengutamakan keseimbangan antara manusia dan alam dengan desain atap melengkung yang menyerupai tanduk kerbau. Setiap keluarga besar di masa lalu membangun rangkiang untuk menyimpan hasil pertanian mereka. Setiap keluarga menyumbangkan sebagian hasil panennya untuk memenuhi kebutuhan makan bersama, terutama selama musim paceklik. Selain berfungsi sebagai penyimpanan, rangkiang juga berfungsi sebagai simbol status sosial, di mana ukuran dan kualitas rangkiang biasanya menunjukkan tingkat keberhasilan keluarga dalam bertani. Namun, seiring waktu, rangkiang mulai jarang, terutama di kota-kota yang terpengaruh oleh modernisasi. Metode penyimpanan makanan yang lebih efisien dan praktis sekarang lebih disukai oleh masyarakat. Namun demikian, nilai-nilai dalam kotak tetap relevan. Konsep ketahanan pangan yang berkelanjutan dan kemandirian yang diusung oleh rangkiang menjadi lebih penting dari sebelumnya dalam menghadapi krisis pangan global dan perubahan iklim. Rangkiang semakin jarang ditemukan, mengingatkan kita akan pentingnya mempertahankan tradisi dan keberlanjutan dalam memenuhi kebutuhan pangan. Salah satu cara untuk memperkuat ketahanan pangan lokal dan membangun masyarakat yang lebih mandiri di masa depan adalah dengan menghidupkan kembali tradisi rangkiang. Berdasarkan konsep tujuh unsur kebudayaan Koentjaraningrat, rangkiang akan dibahas sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
Sumber : Ai (Rangkiang Sebagai Pelindung Keluarga Dari Masa Paceklik)
1. Sistem Religi Dalam masyarakat Minangkabau, rangkaian adalah simbol kemakmuran Tuhan dan tempat penyimpanan padi. Sebagai hadiah, rangkiang dianggap membawa hasil pertanian yang melimpah jika dijaga dengan baik. Sebelum membuat rangkiang, biasanya dilakukan upacara adat yang meminta keberkahan dan kelancaran. Upacara ini mencerminkan hubungan spiritual antara manusia, alam, dan Tuhan. Ini sesuai dengan ajaran Islam, yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Oleh karena itu, rangkiang menjadi simbol kesatuan antara aspek fisik dan spiritual dalam kehidupan Minangkabau. 2. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan Sistem dan organisasi masyarakat dalam rangkiang, atau rumah adat Minangkabau, mencerminkan struktur sosial dan budaya masyarakat Minangkabau, yang berbasis pada sistem matrilineal di mana garis keturunan mengikuti ibu. Dalam konteks rangkiang, yang merupakan simbol dari rumah adat, terdapat pemisahan fungsi dan ruang yang menunjukkan status sosial dan peran individu dalam masyarakat. Dalam kebanyakan kasus, rangkiang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat untuk kegiatan sosial dan budaya. Dalam rangkiang, ada ruang yang jelas dibagi antara kepala keluarga, anak-anak, dan kegiatan ritual atau adat. Ini menunjukkan bahwa komunitas terorganisir dengan setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab tertentu berdasarkan usia, status sosial, dan tempat mereka dalam keluarga besar. Lembaga adat, seperti niniak mamak (pemimpin adat), memiliki peran penting dalam menjaga keharmonisan dan kelestarian budaya. Mereka bertanggung jawab untuk mengatur dan memimpin upacara adat, serta menyelesaikan masalah sosial di masyarakat. Akibatnya, rangkiang menjadi simbol kekuatan sosial dan organisasi yang kuat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. 3. Sistem Pengetahuan Sebagai representasi budaya Minangkabau, rangkiang juga mengandung informasi istimewa yang terkait erat dengan tradisi pengetahuan masyarakat. Sebagai tempat penyimpanan padi, rangkiang menunjukkan pengetahuan lokal tentang pengelolaan sumber daya alam, terutama pertanian. Pengetahuan ini tidak hanya mencakup teknik pertanian yang efektif tetapi juga kemampuan untuk menjaga kualitas hasil pertanian. Misalnya, metode yang diwariskan turun-temurun untuk melindungi padi dari hama dan kelembapan adalah menempatkan rangkiang yang tinggi di atas tanah. Selain itu, rangkiang menunjukkan struktur sosial Minangkabau, di mana penggunaan dan pemeliharaan kebijakan gotong royong dan adat istiadat memberikan pengetahuan tentangnya. Oleh karena itu, rangkiang tidak hanya berfungsi sebagai penyimpan hasil bumi tetapi juga berfungsi sebagai representasi dari sistem pengetahuan yang terkait dengan kehidupan agraris serta kearifan lokal masyarakat Minangkabau. 4. Bahasa Rangkiang berasal dari kebutuhan masyarakat Minangkabau untuk memiliki stok makanan, terutama padi, untuk digunakan. Nama rangkiang mengacu pada lumbung padi tradisional yang digunakan untuk melindungi padi dari hama dan awet. Dalam budaya Minangkabau, rangkiang memiliki nilai simbolis sebagai tempat penyimpanan dan melambangkan kekayaan, kesejahteraan, dan keberlanjutan hidup masyarakat. Rangkiang disebut dengan berbagai cara, seperti lumbung, baleh, atau saliang, tetapi semuanya mengacu pada tujuan yang sama: menyimpan padi dan hasil bumi lainnya. Rangkiang memiliki arti penting dalam adat dan ritual orang Minangkabau selain memiliki manfaat praktis. 5. Kesenian Karena rangkiang berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi dan merupakan simbol budaya dan identitas masyarakat Minangkabau, kesenian Minangkabau sangat terkait dengannya. Salah satu hal yang jarang diketahui tentang rangkiang adalah bahwa mereka sering dihiasi dengan ukiran yang melambangkan filosofi dan prinsip hidup orang Minangkabau. Ukiran-ukiran ini menunjukkan hubungan antara manusia dan alam serta cerita atau pelajaran hidup. Selain itu, rangkiang sering menjadi objek dalam berbagai acara adat dan kesenian Minangkabau, seperti upacara pernikahan atau acara adat lainnya. Misalnya, dalam tradisi Batik Rangkiang, pengantin wanita disambut dengan rangkiang yang dihiasi cantik sebagai simbol kelimpahan dan kesejahteraan. Dalam beberapa upacara, rangkiang digunakan sebagai alat musik tradisional seperti gendang untuk mengiringi tarian dan nyanyian. Ini menunjukkan hubungan antara seni dan pekerjaan sehari-hari dalam budaya Minangkabau. 6. Sistem Mata Pencaharian Warisan harta, termasuk hasil pertanian seperti padi yang disimpan dalam rangkiang, diwariskan melalui garis ibu dalam budaya Minangkabau yang menganut sistem matrilineal. Artinya, ketika seorang ibu meninggal, anak perempuannya, bukan anak laki-lakinya, akan mewarisi harta keluarga, termasuk tanah pertanian dan rangkiang. Pada umumnya, proses ini dilakukan dengan melibatkan mamak, atau paman dari pihak ibu, yang bertanggung jawab untuk menjaga harta keluarga. Pewarisan ini meningkatkan peran perempuan dalam struktur sosial Minangkabau, di mana mereka bertanggung jawab atas harta keluarga, termasuk tanah pertanian, yang merupakan sumber mata pencaharian utama mereka. Akibatnya, rangkiang dan hasil pertanian yang disimpannya merupakan komponen penting dari warisan yang diteruskan melalui generasi perempuan.
ADVERTISEMENT
Sumber : AI (Rangkiang yang diteruskan oleh generasi perempuan)
7. Sistem Teknologi dan Peralatan Pengaruhnya terhadap rangkiang, lumbung padi tradisional Minangkabau, sangat dipengaruhi oleh sistem teknologi dan peralatan. Dalam pembangunan rangkiang, bahan bangunan modern seperti seng, genteng, dan beton mulai menggantikan bahan alami seperti bambu dan kayu berkat kemajuan teknologi. Fungsi dan pelestarian rangkiang dalam masyarakat dipengaruhi oleh perubahan ini. Karena perubahan gaya hidup dan modernisasi, rangkiang semakin jarang ditemukan di masa kini, terutama di kota-kota besar. Banyak rangkiang yang masih ada sekarang lebih digunakan sebagai objek wisata atau simbol budaya daripada sebagai tempat penyimpanan padi. Namun, kemajuan teknologi saat ini dapat membantu melestarikan dan merestorasi rangkiang, menjadikannya bagian dari upaya konservasi warisan budaya yang berharga. Fokus pada Ide atau Gagasan dalam Rangkiang Selain simbol gotong-royong, rangkiang juga mewakili konsep keberlanjutan dan penghormatan terhadap alam. Dalam budaya Minangkabau, rangkiang digunakan sebagai simbol pengelolaan yang bijak terhadap sumber daya alam, terutama dalam hal pertanian. Karena masyarakat Minangkabau bergantung pada pertanian padi, mereka melihat rangkiang sebagai cara untuk menjaga hasil bumi mereka aman dan dapat digunakan secara berkelanjutan. Fakta lainnya adalah bahwa rangkiang bukan sekadar bangunan fungsional, tetapi juga memiliki nilai simbolis yang tinggi dalam kehidupan sosial. Bentuk rangkiang yang khas, dengan atap runcing yang menyerupai gunung, menggambarkan hubungan erat antara manusia dan alam, menunjukkan betapa pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam sebagai bagian dari keberlanjutan hidup. Selain itu, dalam tradisi adat Minangkabau, seperti saat batagak penghulu , rangkiang sering digunakan untuk menyimpan hasil panen, yang merupakan simbol kemakmuran. Dalam hal ini, rangkiang menunjukkan konsep kekayaan yang diukur dari kelestarian dan keharmonisan masyarakatnya, serta kekayaan material.
ADVERTISEMENT
Sumber : Ai (Ilustrasi Ukiran Pada Rangkiang)
Rangkiang sebagai Artefak dan Benda Rangkiang memiliki makna sejarah dan budaya yang signifikan, sehingga dapat dianggap sebagai warisan artefak Minangkabau. Dengan berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian, rangkiang memainkan peran penting dalam kehidupan ekonomi Minangkabau dan menunjukkan keahlian lokal dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu, bentuknya yang unik dengan atap yang menyerupai rumah gadang melambangkan harmoni antara alam, manusia, dan leluhur, yang merupakan dasar filosofi Minangkabau. Karena masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari orang Minangkabau, rankiang dianggap sebagai simbol keberlanjutan dan ketahanan budaya Minangkabau. Selain itu, rangkiang sering digunakan dalam berbagai upacara adat, seperti pernikahan atau acara besar lainnya, yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Akibatnya, rangkuang tidak hanya berfungsi sebagai benda fungsional, tetapi juga berfungsi sebagai penjaga warisan budaya, menjaga nilai-nilai yang telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu, rangkiang lebih dari sekadar benda, itu adalah artefak yang menggambarkan identitas budaya Minangkabau, yang terus dipertahankan dan dihargai oleh masyarakatnya sebagai simbol kebersamaan, keberlanjutan, dan rasa hormat terhadap alam dan leluhur.
ADVERTISEMENT