Konten dari Pengguna

Anak KIP-K Kok Bisa Beli Itu? Saat Bantuan Dijadikan Alasan untuk Merendahkan

Ilelli Putri
Mahasiswi Prodi Studi Agama-Agama UIN Imam Bonjol Padang
16 Juli 2025 19:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Anak KIP-K Kok Bisa Beli Itu? Saat Bantuan Dijadikan Alasan untuk Merendahkan
tulisan ini menjelaskan mahasiswa penerima beasiswa KIP-K seringkali diremehkan karena bantuan yang mereka dapatkan.
Ilelli Putri
Tulisan dari Ilelli Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi. Mahasiswa KIP-K yang dicemooh dan diremehkan (sumber pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi. Mahasiswa KIP-K yang dicemooh dan diremehkan (sumber pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Di balik semangat dan harapan masa depan, tak semua mahasiswa punya jalan yang mulus. Beberapa harus berjuang dari kondisi ekonomi yang terbatas, dan beruntung mendapatkan bantuan seperti KIP Kuliah (KIP-K) agar tetap bisa mengejar pendidikan tinggi.
ADVERTISEMENT
Namun, mirisnya tidak sedikit dari mereka justru mendapat stigma dan cemooh bahkan bukan dari orang asing, tapi dari orang-orang terdekat mereka.
“Dia anak KIP-K, kok bisa beli HP baru?”
“Loh, Jalan-jalan ya? Katanya anak bantuan?”
Kalimat-kalimat semacam itu sering terdengar enteng, bahkan dijadikan bahan candaan. Tapi, di balik itu, ada luka yang tidak bisa di utarakan. Ada asumsi yang salah kaprah, seolah-olah penerima KIP-K tidak boleh bahagia, tidak boleh punya hal yang “lebih”, atau bahkan tidak boleh terlihat sukses.
KIP-K bukan bantuan kekurangan. Itu adalah simbol perjuangan. Mahasiswa penerima KIP-K adalah mereka yang membuktikan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk belajar dan berkembang. Mereka lolos seleksi, mereka punya nilai, dan mereka layak.
ADVERTISEMENT
Bantuan itu bukan untuk dikasihani. Bukan juga alasan untuk direndahkan. Tapi sayangnya, banyak dari mereka diluar sana yang menganggap remeh seorang mahasiswa penerima beasiswa KIP-K.
Padahal..
• Anak KIP-K bisa punya HP karena hasil kerja sambilan.
• Anak KIP-K bisa nongkrong karena pintar mengatur uang.
• Anak KIP-K bisa beli laptop karena dapat rezeki lebih dari keluarga atau beasiswa tambahan.
Semua itu tidak otomatis membatalkan status perjuangan mereka. Cemooh seperti “Makanya bisa kuliah karena KIP-K”, seringkali membuat mahasiswa penerima beasiswa merasa rendah diri. Mereka jadi malu, bahkan takut menunjukkan pencapaian karena takut disangka “tidak pantas”.
Padahal tidak ada yang salah dengan menerima bantuan. Yang salah adalah merendahkan orang lain hanya karena tidak tahu perjuangannya. Toh, mahasiswa penerima KIP-K juga berjuang mempertahan nilai mereka agar beasiswa mereka tetap berlanjut.
ADVERTISEMENT
Untuk kamu yang pernah dicemooh karena penerima KIP-K: Jangan goyah. Kamu bukan lebih rendah dari siapapun. Kamu layak, kamu pantas, dan kamu punya hak yang sama untuk bermimpi besar.
Dan untuk yang masih suka menghakimi:
Ingat, bukan bantuan yang membuat seseorang lemah. Justru yang suka merendahkan itulah yang menunjukkan kekosongan empati.
Karena di dunia ini, perjuangan tidak pernah pantas untuk direndahkan.