Konten dari Pengguna
Dari Gabut Jadi Berbakat: Ketika Menulis Tak Lagi Sekedar Pelarian
9 Agustus 2025 18:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
Kiriman Pengguna
Dari Gabut Jadi Berbakat: Ketika Menulis Tak Lagi Sekedar Pelarian
Tulisan ini menjelaskan bahwa menulis bukan sekadar pelarian dari gabut, tapi bisa tumbuh jadi kebiasaan bermakna yang menyembuhkan, menginspirasi, dan membuka jalan menuju karya dan perubahan.Ilelli Putri
Tulisan dari Ilelli Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
“ Aku cuma iseng nulis, kok”
Kalimat ini pernah terasa begitu akrab di telinga atau bukan sekedar dari mulut sendiri. Awalnya memang begitu, banyak dari kita yang memulai kegiatan menulis bukan karena ingin jadi penulis, bukan karena punya mimpi besar menerbitkan buku, apalagi tampil di acara literasi. Tapi karena…. gabut, taka da yang lebih sederhana dari itu.
ADVERTISEMENT
Ketika scroll sosial media terasa membosankan, ketika obrolan grup mulai sepi, dan rebahan sudah terlalu sering dilakukan, ada satu momen hening yang kadang tak terisi. Di sanalah banyak dari kita menemukan ide untuk membuka aplikasi notes, mengetik sembarangan, curhat diam-diam, atau merangkai kalimat tanpa tahu untuk siapa.
Menulis hadir sebagai bentuk pelarian, bukan untuk pamer, bukan untuk dilihat, tapi untuk melarikan diri dari riuhnya dunia yang kadang tak bisa memahami isi kepala. Menulis memberi ruang, untuk jujur, untuk menangis diam-diam, untuk marah tanpa takut mengganggu, dan untuk menjadi diri sendiri seutuhnya.
Lalu, tanpa sadar tulisan-tulisan itu mulai memiliki bentuk, ada alurnya, ada nuansa, ada perasaan yang berhasil dipindahkan dari hati kedalam bentuk Kumpulan huruf. Dan ketika sesekali berani membagikan entah lewat story Instagram, unggahan di blog, atau artikel di media digital, tiba-tiba ada yang membaca dan berkata, “Kata-katamu mewakili perasaaku”.
ADVERTISEMENT
Dari situ, semuanya berubah.
Menulis tak lagi sekedar kegiatan untuk mengisi waktu luang, ia berubah menjadi aktivitas yang punya arah, ada tujuan, ada semangat untuk terus menulis, memperbaiki diksi, belajar tentang gaya bahasa, bahkan menggali pengalaman pribadi agar bisa diramu jadi cerita yang menyentuh.
Kita mulai mengenal bahwa menulis bukan hanya sekedar apa yang kita pikirkan, tapi juga tentang bagaimana menyampaikan. Dan di titik iti, menulis mulai menjadi kemampuan, bahkan bisa jadi kontribusi.
Karena dari sebuah tulisan yang awalnya hanya pelarian, ternyata bisa muncul manfaat yang lebih besar. Ada yang merasa terhibur, ada yang merasa dipahami, ada yang bisa belajar sesuatu, dan bahkan ada yang tertolong secara emosional. Satu tulisan bisa menumbuhkan harapan, bisa menyembuhkan luka, bisa mempertemukan mereka yang tak saling kenal tapi punya perasaan yang sama.
ADVERTISEMENT
Dan yang paling menarik, banyak kisah sukses mulai dari sana, tak sedikit dari penulis muda yang mulai dengan kegabutan, tapi kini menulis untuk media professional. Ada yang menjadi content creator, kolumnis, bahkan pembicara. Semua berawal dari Tindakan sederhana : Menulis ketika takt ahu harus apa.
Karena pada kenyataannya menulis bukan cuma bakat tapi kebiasaan, semakin sering dilakukan, semakin terasa manfaatnya. Bukan hanya untuk orang lain, tapi juga untuk diri sendiri. Menulis mengasah kepekaan, membantu kita mengenal emosi, memahami pikiran, dan Menyusun logika. Bahkan dalam dunia professional, kemampuan menulis adalah salah satu soft skill penting yang tak lekang oleh waktu.
Menulis melatih kita untuk sabar, untuk mendengarkan dan untuk mengolah rasa. Dan saat kita menyadari hal itu, pelarian yang dulu terasa remeh, justru menjelma menjadi pijakan untuk hal-hal besar.
ADVERTISEMENT
Hari ini mungkin kamu hanya iseng menulis notes di HP. Besok mungkin kamu mulai berani memposting di media sosial, lusa siapa tahu kamu punya artikel yang dimuat di media nasional. Dan siapa tahu, di masa depan kamu jadi penulis buku, kolumnis, atau sosok yang menginspirasi lewat kata-kata.
Kamu ngak pernah tahu seberapa jauh tulisanmu bisa membawa perubahan, bahkan kalaupun itu tidak sampai kemana-mana, tetaplah menulis. Karena menulis adalah bentuk mencintai diri sendiri yang paling sunyi dan paling dalam.
Jadi, kalau hari ini kamu sedang merasa gabut, sedang bigung harus apa, sedang jenuh dengan rutinitas yang itu-itu saja,, cobalah untuk menulis. Mulai saja dari apa yang kamu rasakan, tidak harus indah, tidak harus sempurna, cukup berani dan jujur. Karena kadang pelarian kecil hari ini adalah awal dari hal-hal besar yang tak kamu duga sebelumnya. Dan mungkin tanpa kamu sadari dibalik kegabutan itu, kamu sedang melahirkan sebuah bakat.
ADVERTISEMENT

