Berkunjung ke Pesantren Ustaz Abduh Tuasikal di Gunungkidul

Konten dari Pengguna
14 September 2019 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ustaz Abduh Tuasikal memberikan tausiah. Foto: Ilham Bintang
zoom-in-whitePerbesar
Ustaz Abduh Tuasikal memberikan tausiah. Foto: Ilham Bintang
ADVERTISEMENT
Catatan Ilham Bintang
Tidak sulit mencari Pesantren Darush Sholihin, meskipun lokasinya terpencil di Girisekar, Dusun Warah, Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta. Begitulah pengalaman kami ketika berkunjung pertama kali ke sana pada Jumat petang (14/9).
ADVERTISEMENT
Pesantren itu milik Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc. Sangat mencolok di desa itu. Hanya satu-satunya. Bangunannya besar membentang pada tepi jalan di atas bukit, tiga tingkat, amat megah dengan dominasi cat warna putih.
Pesantren ini menjadi kebanggaan warga di sana karena kegiatan-kegiatannya melibatkan seluruh masyarakat. Pesantren ini dilengkapi masjid dan TPA, juga toko penjualan buku-buku.
Ustaz Abduh Tuasikal memberikan tausiah. Foto: Ilham Bintang
“Di sini tidak ada yang menginap. Santrinya dari masyarakat di lingkungan desa ini,” ujar Ustaz Abduh Tuasikal.
Namun, jumlah jemaah bisa membengkak setiap kali pesantren ini menyelenggarakan acara Daurah atau Tablig Akbar. Jemaahnya datang dari Yogyakarta, bahkan dari Jakarta. Ustaz memang rutin mengadakan kajian di Jakarta, sehingga punya jemaah yang fanatik.
ADVERTISEMENT
Seperti saat ini, Darush Sholihin sedang menyelenggarakan Daurah Islamiyah mengkaji kitab 105 Prinsip Akidah Imam Ath Thaway. Kitab itu hasil terjemahan Ustaz Abduh Tuasikal dari karya Syaikh Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al Khumais.
Daurah ini diikuti sekitar 800 jemaah undangan, berlangsung selama empat hari, Kamis (12/9) hingga Sabtu malam (14/9). Jemaah banyak dari Jakarta. Bahkan ada beberapa artis, seperti Eva Arnaz, Cici Tegal, Uki 'NOAH', dan Mediana Hutomo. Ada juga pengusaha perjalanan haji dan umrah, Hj. Linda Syamsuddin.
Selama Daurah, Ustaz Tuasikal tampil dalam banyak sesi, dari subuh hingga ba’da isya, khusyuk mengkaji kitab bersama jemaah selama tiga hari tiga malam. Diselingi dengan acara 'Ngobrol Santai Angkringan'. Saat sore dilangsungkan di pantai, malam hari di aula besar yang masih berada di dalam kompleks pesantren.
ADVERTISEMENT
Daurah ini akan ditutup pada Minggu pagi (15/9) dengan Tablig Akbar bersama Ustaz Dr. Syafiq Riza Basalamah. Diperkirakan, sekitar 15 ribu jemaah akan mengikuti Tablig Akbar itu.
Masjid Jami' Al-Adha di Gunungkidul. Foto: Ilham Bintang
Masjid Jami' Al-Adha di Gunungkidul. Foto: Ilham Bintang
Sarjana Teknik Kimia
Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc. lahir di Ambon, 24 Januari 1984. Orang tuanya bernama Usman Tuasikal, S.E. dan Zainab Talaohu, S.H.
Kisah Ustaz Tuasikal ini menarik. Sebelumnya, ia tidak memiliki latar belakang pendidikan agama secara formal. Ilmu agama diperolehnya dari belajar pada banyak ulama, saat berkuliah di Yogyakarta dan Riyadh, Arab Saudi.
Pendidikan SD sampai SMA diselesaikan di Kota Jayapura, Papua. Ustaz lalu migrasi ke Yogyakarta saat kuliah di Teknik Kimia Universitas Gajah Mada (2002-2007). Saat itulah, ia baru merasakan indahnya ajaran Islam dan nikmatnya menuntut ilmu diin.
ADVERTISEMENT
Awalnya, dimulai dari mempelajari Bahasa Arab, khususnya ilmu nahwu. Saat kuliah di Kampus Biru tersebut, beliau belajar di pesantren mahasiswa yang menimba ilmu di sore hari selepas jam kuliah yaitu di Ma’had Al ‘Imi (Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari) sejak tahun 2004-2006 dengan pengajar dari Ponpes Jamillurrahman dan Islamic Center Bin Baz.
Selain belajar di Ma’had tersebut, ia juga belajar pada Ustaz Abu Isa. Yang lebih lama pada Ustaz Aris Munandar, M.Pi. Kurang lebih 6 tahun dengan mempelajari ilmu ushul dan kitab karangan Ibnu Taimiyah serta Ibnul Qayyim.
Saya bersama Ustaz Abduh Tuasikal dan jemaahnya. Foto: Ilham Bintang
Di tahun 2010, Ustaz bertolak menuju Kerajaan Saudi Arabia, tepatnya Kota Riyadh, untuk melanjutkan pendidikan S2 Teknik Kimia di Jami’ah Malik Su’ud (King Saud University). Konsentrasi studinya adalah Polymer Engineering. Pendidikan S2 tersebut selesai pada Januari 2013 dan ia kembali ke Tanah Air pada awal Maret 2013. 
ADVERTISEMENT
Saat kuliah di Riyadh, ia belajar dari banyak ulama, terutama empat ulama yang sangat berpengaruh pada perkembangan ilmu Islam, yaitu Syekh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan (anggota Al Lajnah Ad Daimah dan ulama senior di Saudi Arabia); Syekh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsriy (anggota Hai’ah Kibaril Ulama di masa silam dan pengajar di Jami’ah Malik Su’ud); Syekh Shalih bin Abdillah Al Ushoimi (ulama yang terkenal memiliki banyak sanad dan banyak guru); dan Syekh Abdurrahman bin Nashir Al Barrok (anggota Haiah Tadris Jami’atul Imam Muhammad bin Su’ud terdahulu).
Lalu ada sederetan ulama lain: Syekh Ubaid bin Abdillah Al Jabiri; Syekh Dr. Abdus Salam bin Muhammad Asy Syuwai’ir; Syekh Dr. Hamd bin Abdul Muhsin At Tuwaijiriy; Syekh Dr. Sa’ad bin Turkiy Al Khotslan; Syekh Dr. Abdullah bin Abdul Aziz Al Anqori; Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh (mufti Saudi Arabia); Syekh Shalih bin Abdullah bin Humaid (penasihat kerajaan dan anggota Haiah Kibaril Ulama).
ADVERTISEMENT
Syekh Shalih bin Muhammad Al Luhaidan (anggota Haiah Kibaril Ulama); Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Ar Rojihi (profesor di Jamiatul Imam Muhammad bin Su’ud); Syekh Dr. Abdullah bin Nashir As Sulmiy; Syekh Kholid As Sabt; Syekh Abdul Aziz As Sadhan; Syekh Abdul Karim Khudair; Syekh Abdurrahman Al Ajlan (pengisi di Masjidil Haram Makkah); dan ulama muda, Syekh Abdul Aziz Ath Thorifi
Ustaz Tuasikal juga pernah pernah memperoleh sanad 20 kitab (mayoritas adalah kitab-kitab karya Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab) yang bersambung langsung sampai penulis kitab melalui gurunya, Syekh Shalih bin ‘Abdillah Al ‘Ushoimi. Sanad tersebut diperoleh dari Dauroh Barnamij Muhimmatul ‘Ilmi selama 8 hari di Masjid Nabawi Madinah Nabawiyah, 5-12 Rabi’ul Awwal 1434 H.
Saya bersama Ustaz Abduh Tuasikal. Foto: Ilham Bintang
Aktivitas sehari-hari Ustaz Tuasikal adalah menulis di website dan buku Islami. Aktivitas tersebut dimulai semenjak selesai dari bangku kuliah S1 di UGM, tepatnya setelah memiliki istri.
ADVERTISEMENT
Karena kegemaran menulis tersebut, Ustaz Tuasikal pun ditunjuk menjadi Pemimpin Redaksi muslim.or.id sambil mengurusi website pribadi rumaysho.com. Karya-karyanya berupa artikel Islam selain dapat dilihat di dua website tersebut, juga dapat ditelusuri di website pengusahamuslim.com, remajaislam.com, dan konsultasisyariah.com
Ada juga beberapa kajian di Yogyakarta dan Wonosari (Gunungkidul) yang diisi rutin. Ia secara teratur mengisi kajian pula di luar kota. Rekaman kajiannya dapat diperoleh berupa audio di kajian.net dan berupa visual di yufid.tv.
Tugas entingnya saat ini adalah menjadi Pemimpin Pesantren Darush Sholihin. Selain itu, dia menjadi pembina Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI). Serta bisnis lewat toko online ruwaifi.com yang diurus bersama dengan murid-murid pesantren.
Saya bersama Ustaz Abduh Tuasikal. Foto: Ilham Bintang
Di Gunungkidul, Ustaz Tuasikal tinggal bersama istrinya, Rini Rahmawati; dan empat anak, yaitu Rumaysho Tuasikal (putri), RuwaifiTuasikal (putra), Ruqoyyah Tuasikal (putri), dan Rofiq (putra); di Dusun Warak, Desa Girisekar, Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Ustaz bercerita, pada awalnya, dialah yang rajin blusukan mengunjungi warga di rumah-rumahnya. “Sampai sekarang pun saya masih sering blusukan. Saya suka ngobrol dengan warga, mendengar, dan menyimak curahan hati mereka,” ujar Ustaz Tuasikal.
Tak heran jika Ustaz Tuasikal pun dianggap sebagai keluarga dan menjadi kebanggaan warga di Dusun Panggang.