Berselancar di Ruang Big Data Penduduk Indonesia

Konten dari Pengguna
1 Juli 2022 10:24 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Catatan Ilham Bintang
Ada tiga alasan mengapa Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, S.H., M.H. tampak bahagia sepanjang hari kemarin. Pertama, hari itu dia genap 7 tahun menjabat Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Dirjen Dukcapil). Yang kedua, penduduk Indonesia sudah 273 juta yang masuk dalam big data Dukcapil, itu sudah setara 99, 21 % wajib KTP-el (elektronik) yang sudah memiliki KTP-el. Yang ketiga, nah ini yang paling berkesan baginya: hari Jumat ini ia bertolak ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji.
ADVERTISEMENT
"Ini rezeki nomplok yang tidak diduga-duga," ucap tanda syukur Dirjen Dukcapil ketika menerima kami, saya, dan aktor Anwar Fuady Kamis (30/6) siang di kantornya di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Visa haji baru keluar

"Putusan berangkat sebagai petugas haji baru lima hari lalu. Visanya saja baru selesai kemarin. Padahal, minggu ini saya berencana ke Makassar dengan Mas Ilham," ceritanya kepada Anwar Fuady.
Sedianya, siang itu kami menemui Prof Zudan bersama Ketua Umum PWI Pusat Atal Depari. Namun, pesawat yang ditumpangi Atal dari Kalimantan Utara batal terbang pagi sesuai rencana, sehingga ia baru tiba di Jakarta pukul 5 sore.

Big Data penduduk RI

Benar kata orang bijak, kebahagiaan seseorang menjadi energi positif bagi yang lainnya. Karena Zudan berbahagia kami pun ikut kebagian hadiah istimewa kemarin. Saat pamit, dia menarik kami masuk ruang Call Center Dukcapil. Wow! Di dalam ruangan seluas 100 M2 itulah ternyata tempat big data seluruh penduduk Indonesia yang telah berKTP-el, tersimpan.
ADVERTISEMENT
Per definisi, mahadata, data raya, atau data bandang (bahasa Inggris: big data) adalah istilah umum untuk segala himpunan data dalam jumlah yang sangat besar, rumit, dan tak terstruktur sehingga menjadikannya sukar ditangani apabila hanya menggunakan perkakas manajemen pangkalan data biasa atau aplikasi pengolah data tradisional belaka. Mahadata juga mencakup pertumbuhan data dan informasi yang eksponensial dengan kecepatan dalam pertambahannya. Big data artinya memiliki data yang beragam sehingga menyebabkan tantangan baru dalam pengolahan sejumlah data besar yang heterogen dan mengetahui bagaimana cara memahami semua data tersebut.

Studio production house

Ruangan Big Data Dukcapil berada di lantai 2. Menyerupai preview room "production house". Ada sederetan sofa menghadap layar kaca ukuran besar, yang luasnya sedinding penuh. Lalu Zudan memberi aba-aba. Data-data kependudukan pun berganti-ganti muncul sesuai order.
"Sampai 30 Juni sudah tercatat 5335 instansi pengguna yang sudah bekerja sama akses data. Itulah hasil kerja senyap dari kawan-kawan. Saat saya dulu masuk jadi dirjen baru 46 lembaga," kisah Zudan.
ADVERTISEMENT
Tercatat pula dua puluh lembaga yang terbanyak mengakses data, antara lain: Telkomsel, Kementerian Sosial, BPJS Kesehatan, XL Axiata, Indosat, dan BRI.
Sekitar setengah jam kami berselancar di ruang big data itu. Zudan meminta KTP saya, lalu membacakan NIK (Nomor Induk Kependudukan) kepada operator. Dalam hitungan detik muncul wujud KTP-el dengan foto saya selayar penuh. Kemudian muncul kartu keluarga berisi data dan foto seluruh anggota keluarga. Klik lagi muncul data-data pelengkap, mulai dari perbankan, pajak sampai vaksinasi.
"Saya juga dong," selak Anwar Fuady sambil menyerahkan KTP-elnya.
Aktor itu takjub melihat sekejap saja seluruh isi KTP-elnya tayang di layar. Status Anwar terbaca jelas: Duda mati. Oh, iya, tahun lalu Anwar memang kehilangan istri tercinta akibat terpapar COVID-19. Anwar juga terkejut data banknya juga muncul.
Semudah itulah mengakses data penduduk sekarang. Sampai di sini muncul pesan. Betapa pentingnya KTP-el dijaga tidak jatuh di tangan pihak yang tidak bertanggung jawab. Tidak ada ampun begitu NIK kita dikuasai penjahat. Sama dengan seluruh data pribadi turut dikuasai.
ADVERTISEMENT
Beberapa bulan lalu, sudah saya buktikan. Saya pernah meminta bantuan Dirjen Zudan untuk antara lain penggantian foto saya yang rusak di KTP-el dan mencetak KTP-el almarhum ayah yang wafat 9 tahun lalu. Dalam hitungan jam fisik KTP sudah tiba di rumah. Begitu pun ketika KTP-el putri saya hilang dengan cepat bisa diganti hanya dengan mengetahui NIKnya. Saya baru paham, mengapa pelaku kejahatan sekarang bisa dalam waktu cepat dibekuk pihak yang berwajib.
"Teknologinya kami desain otonom. Big data kependudukan kita sudah lengkap by name by address berbasis NIK," ungkap Zudan.
Pria langsing kelahiran 24 Agustus 1969 ini satu-satunya dirjen kementerian di Tanah Air yang terjun langsung mensosialisasikan kepada publik kemudahan akses informasi publik di lingkup tupoksinya. Zudan sendiri yang tampil dalam video tutorial mengajari rakyat cara mudah mengakses atau mengurus masalah kependudukan secara online. Mulai pembuatan akte kelahiran, akte kematian, penggantian Kartu Keluarga dan KTP-el yang hilang maupun yang rusak.
ADVERTISEMENT
Saya memperhatikan di kantornya kemarin semua dinding dipenuhi informasi mengenai hal tersebut. Ruang kerjanya sendiri merangkap menjadi studio. Semua sudutnya diisi dengan back drop acara penyuluhan. Di situlah rupanya dia syuting atau merekam materi tutorialnya. Begitu masuk ruangannya kami pun berfoto-foto dengan backdrop itu.

Guru Besar termuda

Wikipedia mencatat Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, SH, MH. merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara yang lahir dari keluarga sederhana di Sleman, Yogyakarta. Pendidikan S1 ditempuh pada tahun 1988–1992 dari FH UNS. S2 Magister Hukum ditempuh tahun 1993–1995 dari Program Magister Hukum Undip dan Program Doktor Hukum juga ditempuh dari kampus yang sama pada tahun 1996–2001.
Sejak remaja, anak pasangan Dibyo Suwarto-Sukamtiyah ini terbilang aktif dalam berbagai kegiatan. Selain karate, Ia juga aktif dalam klub remaja pecinta alam, serta karang taruna.
ADVERTISEMENT
Zudan menyelesaikan S1 S2 S3 seluruhnya dari beasiswa. Ketika masih kuliah di Fakultas Hukum UNS Surakarta, ia sudah mendapat beasiswa dari Yayasan Adji Darma Bhakti. Setidaknya, beasiswa yang didapat kala itu dapat meringankan beban orang tua. Prestasi yang sama berlanjut hingga S2 Universitas Diponegoro Semarang mendapatkan beasiswa dari Yayasan Wijaya Kusuma Surabaya dan Program S3 Ilmu Hukum di Universitas Diponegoro juga mendapatkan beasiswa program unggulan dari Program Urge World Bank.
Zudan merupakan ahli di bidang Hukum Administrasi Negara dan Sosiologi Hukum. Berkat keahliannya di bidang tersebut, pada usia 35 tahun ia dianugerahi sebagai Guru Besar Termuda dalam komunitas intelektual Ilmu Hukum Indonesia. Ia terpilih menjadi Ketua Umum Federasi Karate Indonesia selama dua periode, dari 2014 sampai dengan sekarang. Belum lagi dalam kegiatan sosial, Prof Zudan adalah Ketua Badan Pengelola Masjid An Nuur Kemendagri dan Dewan Pembina Masjid Al Huda Taman Kota Bekasi.
ADVERTISEMENT
Sepanjang karirnya di Kemendagri, Zudan banyak memberi warna dalam proses legislasi di Indonesia dengan menjadi tim penyusun Rancangan Undang-Undang. Setidaknya, ada 18 undang-undang dan berbagai peraturan yang ikut ia bidani. Di antaranya, UU Pemerintahan Daerah, UU Desa, UU Pemilu Presiden, dan UU Pemilu Legislatif. Enam tahun lalu, Zudan pernah menjadi penjabat Gubernur Gorontalo masa jabatan 28 Oktober 2016 hingga 12 Mei 2017.
Selamat menunaikan Ibadah Haji Prof Zudan. Semoga kembali ke Tanah Air menyandang Hajjan Mabrurah.