Kisah Tantowi Yahya dan Keluarga yang Jalani Karantina

Konten dari Pengguna
30 Desember 2021 12:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tantowi Yahya di Changi. Difoto oleh Dubes RI Singapura, Suryopratomo.
zoom-in-whitePerbesar
Tantowi Yahya di Changi. Difoto oleh Dubes RI Singapura, Suryopratomo.
ADVERTISEMENT
Hari Kamis (30/12), memasuki hari ketiga Tantowi Yahya dan keluarga menjalani karantina di Tanah Air. Ia dan keluarga kembali ke Tanah Air setelah hampir lima tahun menempati pos Duta Besar di New Zealand.
ADVERTISEMENT
Tantowi tiba di Jakarta, Selasa (28/12), dan terhitung hari itu juga menjalani karantina di Hotel Mandarin, Jakarta.
Tanto, begitu ia biasa disapa, dikarantina bersama istri, Dewi Yahya, dan putra bungsunya. Menempati dua kamar, bertarif Rp 51 juta untuk sepuluh hari.
Saya mengikuti perjalanan Tanto balik ke Indonesia via WhatsApp Group (WAG). Mulai dari ketika dilepas dengan perasaan haru oleh staf KBRI dan warga Indonesia di Bandara Wellington.
Dubes Keliling Pasifik itu menumpangi pesawat Singapore Airlines (SQ) yang penerbangannya transit dua kali. Pertama, di Christchurch selama dua jam. Transit kedua, di bandara Changi Singapore selama 5 jam. Fotonya ketika di Changi diposting di WAG oleh Dubes RI Singapura, Suryopratomo. Selama transit di Changi ia di-handle oleh Dubes Suryopratomo. Total perjalanan sekitar 16 jam sampai tiba di Bandara Soetta.
ADVERTISEMENT

Komunikasi dengan anak via ponsel

"Kami swab PCR dulu di Bandara Soetta sebelum masuk karantina," kisah Tanto ketika saya hubungi tadi pagi lewat ponsel. Tanto cerita, selama karantina, dia dikurung di dalam kamar. Tidak bisa beredar ke mana-mana. Lift dikunci. Bahkan antar-kamar saja tidak boleh saling mengunjungi. Maka, komunikasi dengan putranya saja pun di kamar sebelah, lewat ponsel. "Makanan juga disediakan hotel. Tidak bisa pesan makanan kesukaan dari luar," ungkapnya. Bertambah seru, karena view kamarnya tidak menghadap bundaran HI yang bisa merekam denyut nadi mobilitas warga ibu kota.
View kamarnya menghadap jalan Imam Bonjol yang relatif sepi. "Apa boleh buat Bang, ini harus kita lalui demi keselamatan dan demi aturan. Padahal, rindu kami pada keluarga sudah membubung. Maklum, hampir lima tahun tidak ketemu," kata Tanto.
ADVERTISEMENT
Selama menjalani masa karantina, musisi musik country itu tetap beraktivitas. Berinteraksi dengan banyak kalangan lewat Zoom. Kegiatan lain berolahraga. Tanto dan Dewi termasuk pasangan yang maniak olahraga.
Tantowi Yahya.
Dewi Yahya.

Diskresi

"Wah! Pak Dubes TY kalah sakti dari Mulan Jameela," goda saya di WAG. Kemarin. Tidak lama setelah Tanto menginformasikan tengah menjalani karantina. "Bukan kurang sakti, Pak Dubes TY tidak mau diistimewakan walau kastanya brahmana, sementara rakyat jelata harus karantina 14 hari karena kasta mereka sudra," selak Karni Ilyas di WAG yang sama.
Mulan Jameela adalah anggota DPR-RI yang belum lama bikin geger karena tidak mengikuti karantina, selepas perjalanan dinas ke Turki. Mulan beserta keluarga dan seluruh rombongan anggota DPR-RI mendapat diskresi tidak menjalani karantina. Geger timbul karena indikasi diskriminasi warga dalam penegakan aturan karantina di Tanah Air. Malah, geger itu coba diatasi dengan penerbitan aturan baru dari Satgas COVID-19 yang membenarkan langkah Mulan. Artinya, ada diskresi bagi pejabat negara untuk tidak mengikuti karantina. Sebenarnya, Tanto bisa juga menikmati fasilitas itu. Tanto pejabat negara. Meskipun tidak lagi sebagai Dubes RI di New Zealand, tetapi Tanto masih Dubes Keliling untuk Kawasan Pasifik.
ADVERTISEMENT
Apalagi Zoom di hari pertama, kabarnya antara lain dengan pucuk komando penanggulangan COVID-19 di Indonesia, yaitu: Luhut Binsar Panjaitan. Tanto tegas tau mau diistimewakan. Dia perlu bersama rakyat, menjalani aturan karantina. Hampir lima tahun di NZ, dia menyerap betul politik moral berdasar prinsip keadilan para pejabat pemerintah di sana. PM Jacinda Ardern menjadi model utama politik moral tersebut.
"Ada cerita menarik nih Bang Karni. Menjelang landing di Soetta, seorang teman lama (mantan anggota DPR), tanya saya apakah saya dan keluarga akan masuk karantina? Saya jawab, iya dong. Saya balik tanya ke yang bersangkutan: apakah dia sekembali dari Singapore akan juga karantina? Jawabnya secara 'official' memang begitu, tapi bisa diatur lah. Saya shock namun tetap mencoba tenang dengan jawaban kawan tersebut," respons Tanto kepada penggawa talk show ILC itu.
ADVERTISEMENT
"Lantas ingatan saya melayang ke NZ, negeri yang baru saja saya tinggalkan. PM Jacinda Ardern tidak pernah mau melakukan perjalanan ke LN karena ketika kembali dia harus masuk karantina dulu dua minggu yang sekarang jadi seminggu. Baginya berat. Padahal, sebagai PM ada diskresi untuk berbeda dengan aturan untuk rakyat," sambung Tanto. Jacinta Ardern memang dikenal sebagai pejabat yang sangat peduli melindungi warganya pada serangan COVID-19. Malah dinilai over proteksi bagi sebagian kalangan. Sekarang PM NZ itu masih menutup border bagi pengunjung luar negeri. Padahal, kasus COVID-19 terbilang rendah dibandingkan negara lain. Bahkan dengan negara yang jumlah populasinya sama besar, seperti Singapura.
Tantowi Yahya.
Populasi New Zealand 5.084 juta jiwa (2020). Sampai 28 Desember 2021, kasus COVID-19 di New Zealand "hanya" 13.986 dan wafat 51. Kasus hariannya per hari itu 54. Atau rata-rata 57. Jumlah kasus Singapura sendiri 278.000 dan wafat 825. Kasus hariannya per 28 Desember, 365, dan rata-rata mingguan 289 kasus.
ADVERTISEMENT
Di seluruh dunia, COVID-19 menulari 283 juta warga dan yang wafat 5,41 juta per 28 Desember 2021. Sebagai perbandingan, Indonesia (berpenduduk 277 juta) yang terpapar COVID-19 sebanyak 4,26 juta dan yang wafat 144 ribu jiwa.