Marhaban Ya Ramadhan: Angka Cantik, Bulan Berkah

Konten dari Pengguna
22 Maret 2023 12:42 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi lentera Ramadhan. Foto: JOAT/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lentera Ramadhan. Foto: JOAT/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Memang tidak ada penjelasan di dalam Al Quran maupun dalam hadist Nabi Muhammad SAW mengenai tanggal cantik bulan Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Apalagi, nomor cantik itu bertarikh Masehi "23-3-23 " (23 Maret 2023) yang merujuk pada permulaan puasa Ramadhan tahun ini, tahun 1444 Hijriah. Saudi yang tidak melihat Hilal Selasa (21/3) kemarin, akhirnya menetapkan juga permulaan puasa Ramadhan seperti dengan nomer cantik itu yang seminggu terakhir beredar di media sosial.
Kreativitas netizen ini menambah siar dan semangat memasuki bulan Ramadhan. Saya sendiri memperoleh tanggal cantik itu dari Aulia Rachman, mantan Dubes RI, di Ceko yang japri di WhatsApp. Sebelumnya, aktris legendaris Indonesia, Widyawati, memposting juga di WAG komunitas insan film C-Niors.
Marhaban Ya Ramadhan
Sebelum ini kita tidak pernah memperhatikan apakah permulaan puasa itu tanggal cantik atau bukan. Mau cantik tanggalnya atau tidak Ramadhan memang bulan istimewa.
Ilustrasi perlengkapan ibadah umat Muslim. Foto: Gatot Adri/Shutterstock
Tuhan mendesain khusus keistimewaan Ramadhan itu, sehingga penuh berkah dan ampunan. Meminjam istilah marketing masa kini : berlimpah voucher berisi bonus pahala yang disediakan selama bulan suci ini. Tentu ada syarat-syaratnya. Namun, yang pasti semua untuk meringankan, dan bahkan menghapus dosa-doa hamba-Nya.
ADVERTISEMENT
Kalau kita menyimak “desain Tuhan” atas bulan Ramadhan, Tuhan sendiri ternyata "mengharapkan" sekali supaya kita mencapai posisi terlahir suci kembali seperti bayi, tanpa dosa. Padahal, kalau dilihat dari jejak digital kita semua "beyond help" alias kagak ketulungan.
Apabila tahun lalu belum sempurna, diberi kesempatan lagi tahun berikutnya. Belum juga optimal, tahun depan diberi lagi kesempatan kalau masih ada umur. Luar biasa.
Keluarbiasaan itulah yang menjelaskan mengapa umat Islam di seluruh dunia selalu penuh antusiasme menyongsong Ramadhan. Kegembiraan itu kita saksikan diekspresikan dalam berbagai ritual menurut tradisi dan budaya masing-masing bangsa. Tidak terkecuali umat Islam di Indonesia, yang menampilkan juga keragaman di tiap daerah.
Ibadah yang bisa dilakukan perempuan ketika menstruasi selama Ramadhan. Foto: Shutterstock
Lihat saja di berbagai daerah, ritual sesuai tradisi masing –masing setiap menyongsong datangnya Ramadhan luar biasa hebatnya. Kegairahan itu tentu saja semakin bertambah dengan bantuan teknologi informasi terkini.
ADVERTISEMENT
Ekspresi itu hadir melalui pesan singkat di smartphone, surat elektronik (surel), facebook, twitter, Instagram dan WhatsApp, seperti saluran media sosial yang dipergunakan Aulia Rachman dan Widyawati mengirim nomor cantik permulaan Ramadhan.
Dalam tulisan menyambut Ramadhan belasan tahun lalu saya pernah bertanya begini. Pernahkah kita membayangkan seperti apa wujud kita seandainya Allah SWT tidak menciptakan sebuah bulan Ramadhan dan sebuah hari yang fitri?
Sekuat apakah kita memikul keburukan kita sendiri, karena itu artinya setiap tahun tidak ada fasilitas pengampunan dosa dari Tuhan? Sehingga, kita hidup ibarat tanpa ginjal yang berfungsi menyaring darah. Atau, bahkan seperti orang yang terus menerus makan, namun tak punya saluran pembuangan kotoran.
Ilustrasi Al-quran. Foto: Gatot Adri/Shutterstock
Umat Islam di seluruh dunia tahun ini kembali mendapatkan berkah dengan kedatangan Ramadhan, setelah dua tahun terkungkung lantaran didera Pandemi Covid19. Bulan berkah sebulan penuh berpuasa, yang di Indonesia Insya Allah akan dimulai Kamis, 23 Maret 2023.
ADVERTISEMENT
Tidak banyak yang mengetahui pada awal turunnya perintah berpuasa di awal-awal Islam, banyak umat yang mengeluhkan beratnya menjalani puasa. Lalu, karena Allah Maha Demokratis, maka Tuhan pun “mengoreksi” teknis operasionalnya melalui surat Al Baqarah/2: 187, "dihalalkan bagimu pada malam hari bercampur dengan istrimu. Merekalah adalah pakaian bagimu......". Maksudnya, sesudah Maghrib, sampai menjelang makan sahur, suami bebas bercampur dengan istri.
Sebelum itu, durasi waktu untuk suami istri “bergaul”, hanya terbatas dari Maghrib sampai Isya. Hanya sekitar satu jam, atau setara dengan durasi umumnya sinetron, yaitu sekitar 48 menit ditambah 12 menit commercial break atau iklan. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya seandainya ketentuan dulu itu masih berlaku sekarang. Istilah orang Jakarta, boro-boro dosanya hapus, malah tiap tahun bisa nombok.
ADVERTISEMENT
Keistimewaan lainnya, kitab suci Al Quran, yang menjadi tuntunan perilaku hidup umat diturunkan pada tujuh belas Ramadhan. Silakan saja berpuasa di luar bulan itu, atau misalnya mau berpuasa di bulan-bulan lain di luar Ramadhan.
Namun, asal tahu saja, yang mendapatkan “perhitungan” dan voucher-voucher pahala yang berlimpah hanya puasa di bulan Ramadhan saja. Hanya di bulan Ramadhan itulah puasa diwajibkan.

Wajib Silaturahmi

Ilustrasi silaturahmi saat Lebaran. Foto: Odua Images/Shutterstock
Mengapa Ramadhan disebut bulan berkah, karena itulah antara lain keistimewaannya. Nama lainnya, “penghulu” bulan. Bulan ampunan. Tuhan menjanjikan akan mengampuni dan menghapus dosa-dosa umatnya. “Diputihkan” menurut istilah sekarang. Kecuali yang keterlaluan, seperti menutup akses silaturahmi dengan sesama. Atau tidak bersedia memaafkan kesalahan orang dekat.
Hal ini menarik diuraikan sedikit. Walaupun umat telah menjalani hampir semua perintah Allah SWT, dan menghindari hampir semua yang ditentang-Nya, masih bakal terhalangi oleh sikap yang tak membuka pintu maaf pada sesama. Logikanya sederhana saja, Tuhan saja mau memaafkan kesalahan sebesar apa pun yang dilakukan hamba-Nya. Bagaimana pula ceritanya manusia tidak memaafkan perbuatan sesama.
ADVERTISEMENT
Dalam Al Quran diperingatkan, sesungguhnya Tuhan tidak suka umatnya hanya cari muka kepadaNya, sedangkan pada sesama tidak, bahkan menindas. Sebab, saling mengasihi, tolong menolong antar-sesama adalah bagian dari perintahNya. Barangsiapa yang menunjukkan kepedulian besar pada kaum dhuafa, yatim piatu dan fakir miskin, maka akan mendapat balasan yang berlimpah dari Tuhan. Makin banyak zakat, sedekah, dan infak dikeluarkan, maka percayalah tentu akan dibalas semakin berlimpah pula oleh Allah SWT.

Setan dan Jin Dikerangkeng

Ilustrasi doa berbuka puasa. Foto: shutterstock
Begitu besarnya cinta dan kasih Tuhan kepada umatnya, tidur saja pun dihitung ibadah. Tentu yang dimaksud di sini konteksnya tertidur karena lelah, bukan menghindari tugas dan pekerjaan. Apalagi, tidur sejak pagi dan bangunnya menjelang Maghrib. Ini cari perkaranya namanya. Kantor mana yang mau menghitung tidurnya pegawai sebagai bekerja.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, selama bulan Ramadhan, setan, jin, iblis, dedemit, yang “profesinya” memang untuk menggoda, menyesatkan manusia, “dicutikan”. Semua dedemit itu ditangkap dan dimasukkan dalam kerangkeng. Kaki tangannya dirantai supaya tidak berkeliaran. Kurang apa lagi? Itu semua dilakukan Tuhan semata untuk menjaga kita, menjaga kekhusukan ibadah umat Islam di bulan Ramadhan.
Mari bersama kita jaga kesucian Ramadhan. Perbanyak ibadah, pahala, supaya kita termasuk dalam golongan yang mendapat prioritas disucikan Tuhan. Dihapuskan dosa-dosanya, terlahir kembali suci, seperti bayi-bayi tanpa dosa.
Jaga diri, jangan sampai nanti segala jenis dedemit, setan, jin, dan iblis menertawakan kita, dan lancang bilang: "Tuhan lihat sendirilah umat-Mu.
Siapa meniru siapa. Kami dikerangkeng begini saja, manusia tetap tidak berubah. Puasanya hanya ditandai tidak makan minum belaka. Sedangkan, sifat-sifat buruk lainnya tetap sama. Malah bulan Ramadhan nekat dibalikkan maknanya.
ADVERTISEMENT
Bulan suci dijadikan tameng, dijadikan 'paspor' untuk semakin meningkatkan penindasannya antar-sesama, mengorupsi tidak hanya uang, tetapi juga waktu untuk bekerja dan ibadah. Lihatlah, puasa malah makin membuatnya mencuri hak orang lain. Membobol uang negara, uang rakyat seperti yang akhir-akhir ini jadi sorotan masyarakat terjadi di lingkungan Polri, Kementerian Keuangan dan berbagai lembaga dan institusi negara lainnya,"
Jangan sampai setan, iblis, dedemit, mengejek dan menyindir kita sambil mengenakan brand-brand mewah, dan lalu berpawai dengan mengendarai motor gede dan jeep Rubicon.
Marhaban Ya Ramadhan.