Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenang Fahmi Idris, Tiada Lagi Sosok Lurus Itu
23 Mei 2022 7:23 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ilham Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Catatan Ilham Bintang
"Assalammualaikum.wr.wb. Mohon keikhlasan doanya dari sahabat2ku, untuk kesembuhan ayah saya, Bapak H. Fahmi Idris yang sedang sakit."
ADVERTISEMENT
Fahira Idris mengunggah informasi itu di laman Facebooknya, Sabtu (21/5) siang. Dilengkapi foto berdua dengan sang ayah yang mengenakan tongkat.
Di kolom komen laman FB nya, saya ikut mendoakan semoga Bang Fahmi segera sembuh "Semoga Allah SWT mengangkat penyakitnya."
Namun, hanya berselang beberapa jam kemudian, Fahira mengunggah berita duka tentang ayah tercinta.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un," tulisnya mengawali pemberitahuan duka cita.
Keras, tegas, tapi lurus
Tiada lagi Bang Fahmi Idris (78). Seorang aktivis terkenal dari Angkatan 66 yang berhasil "merampungkan" aspirasi bangsanya masa itu : menumbangkan Presiden RI pertama Soekarno, pemimpin rezim Orde Lama ( 1945-1967). Setelah itu Fahmi melanjutkan pengabdian kepada bangsa dalam pelbagai jalur. Sebagai pengusaha, wakil rakyat di parlemen, dan di birokrasi pemerintahan sebagai menteri. Setelah reformasi pun
ADVERTISEMENT
Almarhum merupakan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia Ke-20 era Presiden Presiden BJ Habibie. Dan, dalam pemerintahan Presiden Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
Menteri Perindustrian Indonesia Ke-22 pada Kabinet Indonesia Bersatu (2004).
Selama rentan waktu panjang pengabdiannya, tidak ditemukan jejak digital Fahmi Idris yang melenceng. Sosok yang konsisten berpendirian tegas, keras hingga akhir hayat. Itu yang menjelaskan almarhum mendapat julukan sosok lurus. Menjadi idola anak-anak muda di masanya.
Covers Story C&R
Saya mengenal baik almarhum, sejak lama sebagai orang baik. Sama baiknya dengan Fahira Idris, putri sulungnya yang mengikuti jejak ayahnya mengabdi masyarakat.
Meski cukup lama tidak berinteraksi secara fisik bukan berarti saya hilang kontak dengan Bang Fahmi. Melalui Fahira dan pemberitaan media saya tetap mengikuti kiprahnya. Termasuk ketika almarhum memperoleh dua gelar Doktor dan Profesor Kehormatan. Prestasi yang amat membanggakan, menunjukkan keberhasilannya berpegang teguh pada cita-cita semasa masih menjadi mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Yang saya ingat di antara pertemuan terakhir dengan beliau, salah satu, saat resepsi pernikahannya dengan Yenni Fatmawati pada tahun 2015.
Pernikahan itu kebetulan menjadi coverstory Tabloid C&R. " Jika bukan karena Adinda, malu juga saya mendapat coverstory untuk acara pernikahan ini. Sudah setua begini masih menikah dan Adinda beritakan pula," ujarnya seminggu sebelum resepsi. Waktu itu saya menghubunginya langsung untuk memintakan izin tim wartawan dari C&R melakukan
pemotretan dan wawancara. Setelah terbit, saya senang Bang Fahmi mengapresiasi laporan utama Tabloid C&R. Kami berpelukan erat di momen Bang Fahmi-Mbak Yenny duduk pengantin.
Bang Fahmi kini sudah tiada. Saya sedih karena ketika beliau wafat saya sedang tidak di Tanah Air. Niscaya kepergiannya merupakan kehilangan besar bagi seluruh bangsa Indonesia. Tidak hanya keluarga, dan sahabat-sahabatnya yang berkabung.
ADVERTISEMENT
Fahmi menghembuskan napas terakhir Minggu (22/5) pukul 10.00 WIB di ICU RS Medistra Jakarta setelah sempat dirawat satu hari. Almarhum dimakamkan sore hari itu juga dalam satu liang lahat bersama istri pertamanya Kartini Fahmi Idris Hasan Basri di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. 
Kartini Fahmi Idris meninggal pada Februari 2014. Pernikahan Fahmi dan Kartini melahirkan dua anak, yakni Fahira Idris dan Fahrina Fahmi Idris.
Fahmi merupakan putra dari pasangan perantau Minangkabau. Ayahnya Haji Idris Marah Bagindo, merupakan pedagang yang mendidik anak-anaknya untuk taat beragama dan disiplin. Fahmi yang menghabiskan masa kecilnya di Kenari, Jakarta Pusat, terkenal bengal dan suka berkelahi. Ia lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1969. Di kampus tersebut, Fahmi dikenal sebagai aktivis yang ulet dan cekatan. Beberapa jabatan kemahasiswaan sempat ia sandang, antara lain sebagai pimpinan Himpunan Mahasiswa Islam, Ketua Senat Fakultas Ekonomi UI (1965-1966), dan Ketua Laskar Ampera Arief Rachman Hakim (1966-1968).
Fahmi Idris meninggalkan satu orang istri bernama Yenny Fatmawati dan dua orang anak, yaitu Fahira Idris dan Fahrina Fahmi Idris serta cucu-cucu.
ADVERTISEMENT
Sebelum dibawa ke TPU Tanah Kusir, jenazah Fahmi Idris disemayamkan di Rumah Duka Mampang Prapatan IV Nomor 20, Jakarta Selatan. Sejumlah tokoh politik ikut menyalatkan almarhum di rumah duka yang dipimpin KH Zulfan Zulfahmi.
Selamat jalan Bang Fahmi. Semoga Husnul Khotimah.
Melbourne,23 Mei 2020.