Penyanyi Fryda Lucyana Rekor 3 Kali Terjangkit COVID-19

Konten dari Pengguna
10 Februari 2022 11:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penyanyi Fryda Lucyana Rekor 3 Kali Terjangkit COVID-19
zoom-in-whitePerbesar

Catatan Ilham Bintang.

ADVERTISEMENT
Tidak banyak orang yang punya pengalaman berurusan virus COVID-19 selengkap Fryda Lucyana. Awal Februari ini, ia kembali tertular virus COVID-19 untuk ketiga kalinya. Dilihat dari rentang waktu "hat trick" itu terjadi di September 2020-Juli 2021 dan Februari 202, kemungkinan virus yang bersarang di tubuh penyanyi itu pun tiga varian pula: Alpha, Delta, dan Omicron. Padahal, dia sudah vaksin Sinovac dua kali.
ADVERTISEMENT
Pelantun lagu "Segala Rasa Cinta" yang bekerja di Kantor Sekretariat Negara itu pertama kali terpapar COVID-19 pada 10 September 2020. Waktu itu kasus COVID-19 baru mencapai 207.203 per tanggal hari itu. Sedangkan data hariannya, 3861 kasus positif baru. Karenanya, Fryda hanya melakukan isolasi mandiri. Serangan kedua terjadi pada 7 Juli 2021. Di bulan itu terjadi lonjakan signifikan varian ganas Delta di seluruh dunia.
Di Tanah Air per 16 Juli 2021 totalnya sudah 2.780.803 kasus. Sementara update hariannya 54.000 kasus per hari itu. Total yang meninggal dunia 71.397 jiwa. Fryda juga kehilangan ayahnya, H Fadhly Ilhamy (78), yang wafat akibat COVID-19 Kamis (15/7) di RSPP Modular Simpruk.
Serangan kedua membuat Fryda sembilan belas hari dirawat di RS. Saat ayah tercinta wafat, ia masih diopname. Hanya bisa meratapi nasib di dalam kamar isolasi RS Muhammadiyah Taman Puring, Kebayoran Baru. Kebetulan saja ada kawannya yang membantu merekam dan menyiarkan secara "live" upacara pemakaman di San Diego Hill, sehingga ia dapat mengikuti pemakaman ayah tercinta.

Komorbid Asma dan Gerd

Fryda mengaku paling menderita selama pandemi. Ia punya komorbid asma dan gerd. Secara medis, asma memang tidak menular, namun beberapa infeksi virus seperti salesma dan flu dapat menyebabkan timbulnya serangan pada penderitanya. Waktu ayahnya sakit dan belum terkonfirmasi COVID-19, Fryda yang mengurus di rumah. Serangan COVID-19 kedua diduga kuat Fryda berasal dari sang ayah.
ADVERTISEMENT
Serangan ketiga terkonfirmasi pada 1 Februari lalu. Hasil swab PCR nya: Positif. Sampai Kamis (9/2) ia masih diopname di RS Abdi Waluyo. Setiap kali terjangkit, dia sesak napas. Itu yang menjadi persoalan besar dan berat baginya.
"Yang ketiga ini, saya tidak bisa memastikan kontak dengan siapa dan di mana," kata Fryda saat diwawancara Rabu (9/2) petang. Dia juga tak memastikan yang menyerangnya varian Omicron atau masih Delta. "Kata dokter untuk memastikan Omicron, perlu pemeriksaan khusus di Kemenkes. Makan waktu lama tahu aslinya karena antrenya juga panjang," cerita Fryda.
Menurut kisahnya, sampai 24 Januari dia masih bekerja di kantor ( WFO ). Itu hari terakhir ia masuk kantor. Ia ingat pulang dari kantor sore badannya mulai merasa meriang, agak menggigil kalau kena air. Esoknya, selain meriang, pening, juga muncul gangguan di tenggorokan. Dua hari kemudian dia menerima pesan di Whatsapp grup kantor. Ada teman kantor yang positif COVID-19. Tapi pada waktu ia melakukan swab PCR esok harinya, hasil swab PCR negatif.
ADVERTISEMENT
Karena negatif, hari itu ia pun kontrol ke dokter syaraf. Setelah disuntik, mendadak rasa pening muncul lagi. Ia lunglai hampir pingsan karena kebanyakan disuntik oleh dokter syaraf (biasanya kalau kontrol, kurang dari 10 suntikan, sedangkan hari itu lebih dari 20 suntikan).
"Yang paling mengganggu adalah rasa gatal di bawah permukaan kulit. Bikin gelisah dan tidak bisa tidur".
Zoom Meeting lembur kantor terpaksa dilakukan sambil tiduran. Kondisinya memburuk. Lemas, batuk-kering, dan mulai sesak lagi. Dia pun swab PCR lagi 31 Januari sore. Saat bangun pagi 1 Februari, hasil PCR sudah dikirim dan ternyata positif COVID-19 lagi dengan CT yang rendah (21.75 dan 20.94). "Gejalanya mirip ketika kena COVID-19 yang ke-2 (varian Delta), yaitu meriang, pening, radang tenggorokan, flu, batuk kering diikuti sesak napas. Bedanya dalam intensitasnya saja yang lebih ringan.
ADVERTISEMENT
Update kasus COVID-19 di Indonesia 9 Februari sudah bertengger di angka 46.843 kasus. Total kasus positif sudah mencapai 4.626.936 kasus. Sementara kasus kematian bertambah 65 orang, dan totalnya mencapai 144.784 orang.
Kisah Fryda menjadi pelajaran berharga buat kita selalu mewaspadai virus COVID-19 apa pun variannya. Omicron, varian terbaru COVID-19 yang mulai terdeteksi 28 November tahun lalu, kini bikin dunia panik meskipun digembar-gemborkan efeknya ringan. Update harian kasus positif Rabu (9/2) sudah mendekati puncak harian Delta bulan Juli tahun lalu.
Pemerintah sejak tahun lalu memang sudah mengantisipasi varian baru tersebut. Segala persiapan dilakukan tidak mau lagi kecolongan seperti tahun lalu. Kemarin PPKM dinaikkan ke level 3 di beberapa daerah. Kecepatan Omicron menjangkiti pasien sudah terbukti. Prediksi pakar mengenai kecepatan Omicron berbanding terbalik dengan keganasannya juga sementara waktu ini juga terbukti. Update kematian kemarin "hanya" merenggut 65 jiwa.
Tapi lonjakan kasus dua minggu terakhir tetap mengancam. Seperti saya sebelumnya, belum jelas betul yang sekarang menjangkiti pasien hanya Omicron. Bisa saja varian lain. Omicron saja pun sangat mengancam pasien lansia apalagi yang punya komorbid. Kecepatannya saja sudah membuat panik. Satu rumah tangga bisa lumpuh jika satu positif. Sekurangnya bisa melumpuhkan ekonomi banyak masyarakat karena bolak balik harus tes swab Antigen maupun PCR yang tidak gratis, dan masih dikenakan pula pajak oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT