Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Rabu Berkah dengan Ustaz Das’ad
26 Juli 2018 12:46 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Ilham Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pagi-pagi Rabu (25/7), Juru Bicara Wakil Presiden, Husein Abdullah, kirim pesan lewat Whatsapp. Pesan itu baru saya baca satu setengah jam kemudian. Sepulang dari jogging pagi di komplek rumah.
ADVERTISEMENT
“Ustaz DR. H. Das’ad Latif sudah di Jakarta,“ infonya. “Saya janjian pagi-pagi di Phoenam, sore jam 4 dia mau ke Turki. Dimana dan jam berapa Daeng Ilham mau ketemu dia?,” begitu pesan Uceng panggilan akrab mantan wartawan senior RCTI itu.
Tausiyah Era Milenial
Sudah setahun saya pengin kenal dengan Ustaz Das’ad. Dia salah satu Ustaz yang kini mencuri perhatian masyarakat luas. Video tausiahnya bersebaran di YouTube. Beredar dari satu WA grup ke WA grup yang lain. Anak-anak saya — bolehlah disebut mewakili generasi milenial— suka mengirimi saya videonya karena tahu saya ngefans sama Ustaz kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan itu. Ternyata anak-anak saya pun suka.
Ini modal besar bagi ustaz. Anak-anak generasi milenial tertarik tausiahnya. Jumlah generasi itu sekitar 60% dari populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa. Klop dengan angka orang yang terhubung internet di Indonesia sekarang. Ciri umumnya: seperti cuma sedikit punya waktu.
ADVERTISEMENT
Mereka tidak sempat nonton televisi dan baca koran. Perhatikan saja. Kalau makan sambil megang gadget. Bahkan sambil jalan pun matanya tertumbuk di layar handphone.
Bertandan ke Markas C&R

Ini berkah hari Rabu. Ustaz setuju berkunjung ke kantor Cek&Ricek, Meruya. Jaraknya sekitar 12 km dari Warung Kopi Phoenam. Daeng Uceng pun mau mengantar.
Janji tiba di kantor pukul 12.00 siang. Mereka pun senang ketika saya beritahu akan menjamunya santap siang dengan sayur asem asli Betawi. Menu ini memang sering saya hidangkan untuk tamu di kantor. Saya sering menyebutnya sayur asem terbaik di Asia Tenggara.
Semangat Pembaruan
Saya menemukan semangat pembaruan dalam tausiyah Ustaz Das’ad. Pertama, isinya semacam sketsa sosial. Menyuguhkan problem yang dekat sekali dengan persoalan masyarakat sehari-hari. Pemecahannya selalu dikembalikan kepada ajaran Al-Quran dan Hadist Nabi. Kedua, dikemas dalam bahasa ringan. Ketiga, durasinya pendek satu dua menit. Paling lama tiga menit. Keempat, selain mengutip surat-surat pendek dan Hadist Nabi, tak lupa dia selipkan ungkapan-ungkapan khas bahasa Bugis Makassar. Yang pukul rata lucu. Bikin terpingkal-pingkal.
ADVERTISEMENT
Video terbaru yang saya terima menyinggung realitas politik. Mula-mula dia mengingatkan umat selalu sabar, bersyukur, dan perbaiki salat untuk memperoleh kunci kebahagiaan hidup. Allah tidak pernah membebani umatnya untuk jadi dokter, jadi pejabat, jadi anggota parlemen lebih dulu, baru bisa hidup bahagia. Baru bisa terbebas dari masalah. “Punya masalah, mendekat saja kepada Allah. Minta, pasti Dia kabulkan. Yang utama perbaiki salat, maka seluruh urusan dunia kita akan Diatur. Janjinya pasti. Pasti Dia penuhi,“ papar Ustadz kelahiran Bungi, 21 Desember 1973 itu.
Janji Allah beda dengan janji politisi di Pilkada, katanya. Yang kalau bisa surga pun dia berani janjikan. Waktu kampanye sibuk membagi-bagi kartu nama. Menjanjikan bisa diakses 24 jam. Tapi begitu terpilih justru yang dilakukan pertama-tama ganti nomor handphone. “Mungkin ketakutan ditagih baliho,” selaknya.
ADVERTISEMENT
Tausiahnya ilmiah tapi tidak terlalu ngotot unsur itu ditonjolkan. Sehingga tidak terasa menggurui. Ini juga salah satu kunci sukses ustaz yang menyandang dua gelar doktor sekaligus dalam berkomunikasi. Satu gelar doktor komunikasi dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Satu gelar doktor Syariah dari Universitan Islam Makassar.
Mantan Ketua Remaja Masjid Jami’ul Ikhasan Perumnas
(Tahun 2000-2002) Imam Masjid HIKMAH Makassar ini sudah tertarik pada dunia dakwah sejak usia remaja. Tak heran jika ia memiliki banyak jabatan dalam urusan itu di Makassar. Itu juga cukup menjelaskan mengapa Ustaz telat menikah. Saking sibuknya. “Saya baru menikah tiga tahun lalu. Jadi menikah di usia 42,” ungkapnya sambil terkekeh.
Kisah pernikahannya menarik. Dia menikahi wanita yang belum dia kenal sebelumnya. Suatu hari dia dimintai bantuan kawannya untuk memberi nasihat perkawinan pada acara pernikahan massal di pesantren darul istiqamah di daerah Maros, 30 km dari kota Makassar. Selesai tausiah, dia mendengar ada nama seorang ibu berkali-kali disebut berjasa sebagai penggagas acara.
ADVERTISEMENT
Penasaran, dia pun berkenalan. Namanya: Hajjah Nadhirah. Saat ngobrol, Ibu Hajjah cerita punya dua anak perempuan lulusan Gontor, dua-duanya hafal Alquran 30 jus. Saat itu dadanya seperti berdegup.
Perkenalan dengan Ibu Hajjah Nadhirsh ternyata memang bersejarah dalam hidupnya kelak. Itulah awal dia ketemu jodoh. Bertemu hari Minggu di acara pernikahan massal, Jumat dia sudah bertandang ke rumah sang ibu untuk melamar.
Tanpa banyak persyaratan seperti umumnya dalam tradisi masyarakat Bugis Makassar, misi Das’ad berhasil. Ibu itu langsung pula menerima lamarannya. Ini mungkin namanya rezeki anak saleh.
“Ibu itu tak henti bersyukur doanya dikabulkan oleh Allah SWT. Dia sudah lama memimpikan punya mantu dai,” cerita Das’ad.
Ustadz sendiri? “Apalagi saya. Surprise betul. Makanya waktu Ibu Hajjah mau kasih lihat foto anaknya, saya bilang tidak usah. Yakin ini jodoh saya. Terutama karena hafal Alquran. Pasti orang baik. Soal wajah? Pasti cantik. Ibu Hajjah juga cantik” ungkap Das’ad yang kini sudah dikarunia satu anak itu. Ustaz Das’ad berusia 42 dan Naurah istrinya berusia 16 tahun.

Dua jam kami ngobrol di kantor, diseling makan siang. Bersama Husein Abdullah, wartawan senior Marah Sakti Siregar, CeO ceknricek.com Fikar Rizky Mohammad, mantan Pemred Harian Republika Nasihin Masha, dan Wakil Pemred Tabloid C&R Farid Ridwan Iskandar. Bersantap menu sayur asam, gurame goreng, bakwan udang dan tahu-tempe. Ustaz Das’ad juga sempat melayani wawancara dari Group Bintang. Cetak, televisi, dan online dalam dua jam itu.
ADVERTISEMENT
Bagaimana makanannya Ustaz? “Wah, enak sekali,” sahutnya
Tolak Disuruh Menangis

Ustaz Das’ad kini sudah sering tampil di berbagai televisi. Keberangkatannya ke Turki kemarin petang dalam rangka mengisi acara TvOne menesuri jejak peninggalan Islam di Mancanegara.
Tampil di layar televisi sebenarnya bukan baru bagi Ustaz. Sudah sering tausiah di beberapa televisi. Bahkan sekitar sepuluh tahun lalu ia sudah tandatangan kontrak untuk mengisi acara tetap di sebuah stasiun televisi ternama. Owner televisi sendiri yang memboyongnya ke Jakarta. Ketemu dalam sebuah acara Ramadhan di Makassar. Boss TV itu kepincut mendengar tausiahnya. Ia pun diboyong ke Jakarta.
Namun, kontrak itu batal dilaksanakan. Ada beberapa syarat yang diajukan pihak televisi tidak mau dia tolerir. Pertama, tausiah akan diiringi musik. Yang kedua, disuruh pura-pura menangis, supaya dramatis.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak mau. Gila saya masak disuruh bohongin Tuhan. Pura-pura menangis,” kisahnya. Yang pengganti dia tampil di acara itu kelak, Ustaz yang terkenal dengan penampilannya yang aneh-aneh.
Singkat cerita. Setelah kejadian itu Das’ad fokus sekolah. Pada masa itulah dia meraih dua gelar doktornya. Sebuah perjalanan manis, manfaat, dan bersejarah.
