Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Cerita di Balik Samak Masgouf, Menu Tersohor di Irak
3 Maret 2019 23:54 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
Tulisan dari Ilham Effendy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Samak Masgouf merupakan salah satu masakan yang sangat tersohor dan menjadi favorit masyarakat lokal maupun pengunjung yang datang ke Irak. Dalam bahasa Arab, samak masgouf artinya ‘ikan bakar’.
Sedangkan arti masgouf dalam bahasa Mesopotamia adalah ‘antara dua sungai’, yaitu: sungai Tigris dan sungai Efrat. Sehingga, memasak ikan ala masgouf konon sudah populer sejak zaman Babilonia karena banyaknya ikan mas yang bertebaran di sepanjang jalur dua sungai tersebut.
ADVERTISEMENT
Menu masak masgouf menggunakan ikan mas hitam yang dibudidayakan di sepanjang sungai Tigris dan Efrat. Tidak hanya Irak, beberapa negara yang dilintasi Sungai Tigris dan Sungai Efrat seperti Suriah dan Turki, juga membudidayakan ikan mas hitam tersebut, dan mengolahnya dengan cara serupa.
Saking favoritnya, hampir seluruh restoran Irak yang terdapat di luar Irak seperti di UK, UAE, Kuwait dan Jerman juga menyajikan samak masgouf sebagai menu utama. Tak salah, jika beberapa warga mengkategorikan masgouf sebagai hidangan nasional negara Irak.
Nah, jika anda berkunjung ke Baghdad, Ibukota Irak, maka restoran yang menyajikan menu samak masgouf dapat dengan mudah anda temukan di beberapa restoran yang berada di sepanjang jalan Abu Nawas. Kawasan Abu Nawas terletak ditepi sungai Tigris dan di situ tersebut terdapat puluhan restoran yang menyajikan menu masgouf, mulai dari restoran tradisional hingga restoran mewah yang setara bintang lima.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang terkenal adalah Al-Jadriyah Restaurant, yaitu restoran yang menggunakan konsep restoran terapung di atas kapal pesiar. Silahkan dilihat liputan Mata-Mata, Narasi TV berikut ini:
Proses Penyajian
Menu samak masgouf hanya disajikan dengan mengggunakan ikan segar. Sehingga proses penyajiannya sejak ditangkap dari kolam tampung hingga tersaji di meja makan membutuhkan waktu sekitar 45 menit hingga satu jam. Ikan yang ditangkap hidup-hidup kemudian akan ditimbang dan dibelah memanjang di bagian perutnya hingga terbelah dua. Rata-rata berat ikan yang tersedia antara 1-3 kilogram lho.
Selanjutnya, juru masak akan mengolesi bagian dalam dari ikan tersebut dengan minyak zaitun, garam, asam, dan kunyit bubuk. Bumbunya sangat sederhana, namun aroma dan rasa samak masgouf sangat lezat.
ADVERTISEMENT
Proses pemanggangannya juga cukup unik karena tidak langsung diletakkan di atas bara api, namun diletakkan disekitar bara dengan jarak sekitar 20-40 cm. Jadi, ikan yang telah diolesi bumbu kemudian ditusuk pada dua tumpukan kayu tajam yang telah dirancang, atau ditempatkan di panggangan besi dengan pegangan dan jerat pengunci yang dirancang khusus untuk hidangan ini.
Setelah matang, ikan biasanya diletakkan di atas nampan besar yang dihiasi dengan jeruk nipis (atau lemon), irisan bawang dan acar Irak yang sudah siap disantap dengan rasa aroma yang sangat khas.
“Salah satu yang istimewa, meskipun termasuk ikan air tawar namun ikan mas yang dibudidayakan di sungai Tigris ini tidak berbau lumpur,” kata Asdedi saat memberikan tanggapan setelah menikmati samak masgouf di Al-Jadriyah Floating Restaurant. .
Asal Usul Ikan Mas di Sungai Tigris
ADVERTISEMENT
Ada cerita yang tidak kalah menarik dibalik kelezatan menu masakan tersebut, yaitu menelusuri dari mana asal usul ikan mas yang berada di sungai Tigris. Ya, meski tidak ada bukti valid yang dapat menjadi referensi, namun banyak cerita yang mengasosiasikan ikan mas yang ada di sungai Tigris merupakan “ikan mas Soekarno”, sebuah nama yang disematkan kepada Presiden Soekarno karena yang pertama kali memberikan bibitnya pada saat kunjungan ke Baghdad.
Ada berbagai versi tentang asal muasal nama “ikan Soekarno” ini. Versi pertama mengatakan, ketika berkunjung ke Irak sekitar tahun 1960, Presiden Soekarno membawa bibit ikan itu dari Indonesia, lalu bibit ikan diserahkan dan dikembangbiakkan di Irak.
Versi kedua mengatakan, sebetulnya “ikan Soekarno” itu adalah ikan lokal yang sebelumnya sudah ada di Irak. Namun, sebagai penghormatan untuk Bung Karno atas kepemimpinannya yang menginspirasi kemerdekaan banyak bangsa di Asia dan Afrika, Soekarno diberi kesempatan melepas ikan itu dan ikan itu pun dinamai “ikan Soekarno”.
ADVERTISEMENT
Jadi, tunggu apalagi, jika ada kesempatan berkunjung ke Baghdad, selain mengunjungi tempat-tempat bersejarah, jangan lupa alokasikan waktu untuk buktikan kelezatan samak masgouf di sejumlah restoran di tepi sungai Tigris. (MIE)