Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Agama dan Tantangan Radikalisme di Indonesia
25 September 2021 7:09 WIB
Tulisan dari Ilham Fajar Ferdiansah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini banyak sekali paham yang beredar luas di masyarakat. Salah satu contohnya adalah paham radikalisme. Radikalisme ini sering dihubungkan dengan ajaran dari suatu agama. Padahal pada kenyataannya, agama tersebut tidak mengajarkan umatnya untuk melakukan tindakan radikalisme tersebut. Maka dari itu, tulisan ini dibuat agar menambah pengetahuan masyarakat tentang radikalisme. Tulisan ini sendiri memuat beberapa informasi mengenai radikalisme mulai dari pengertian hingga upaya pencegahannya. Langsung saja kita ke materi yang pertama yaitu tentang pengertian radikalisme agama.
ADVERTISEMENT
Pengertian Radikalisme Agama
Menurut bahasa Sansekerta, agama sendiri terdiri atas 2 kata, yaitu A dan Gama. A memiliki arti tidak dan Gama memiliki arti kacau. Jadi, pengertian agama menurut bahasa Sansekerta adalah tidak kacau. Sedangkan menurut istilah, agama adalah sikap pengaktualisasian diri terhadap kepercayaan kekuatan supranatural dan ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh indra manusia atau kita biasa menyebutnya dengan sebutan Tuhan dengan segala konsekuensi atau akibat yang ada.
Agama dapat dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan asal usul agama itu sendiri. Yang pertama adalah agama samawi. Agama samawi adalah agama yang berasal dari langit atau berasal dari Tuhan yang ajarannya diberikan kepada umat manusia melalui rasul atau utusan-Nya dan diberikan kitab suci yang dapat dipergunakan sebagai pedoman hidup agar selamat di dunia dan akhirat. Contoh agama samawi sendiri adalah Islam, Kristen, Katholik, Hindu dll. Jenis agama yang kedua berdasarkan asal-usulnya adalah agama ardhi. Agama ardhi sendiri dapat diartikan sebagai agama yang berasal dari pikiran dan dibuat oleh manusia, dipersepsikan, dan kemudian dikonstruksikan oleh suatu peradaban dan pemikiran dari manusia. Contoh agama ardhi adalah Animisme dan Dinamisme.
ADVERTISEMENT
Sedangkan radikal oleh masyarakat sering diartikan sebagai keberpihakan, mendukung kepada satu pemikiran atau kelompok, bisa juga diartikan sebagai suatu ajaran agama yang fokus dan sungguh-sungguh kepada satu tujuan dan memiliki sifat yang aktif reaktif. Namun ada juga yang mengartikan radikalisme sebagai suatu prinsip atau praktik yang mempertentangkan nilai-nilai suatu kelompok dengan nilai yang ada di dalam masyarakat saat ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, radikalisme diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang menghendaki adanya suatu perubahan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat seperti sosial, politik, ekonomi dll. serta menggunakan cara-cara kekerasan sebagai batu loncatan untuk menjustifikasi ajaran yang mereka anggap benar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa radikalisme agama adalah suatu ajaran yang menghendaki adanya perubahan dalam kehidupan masyarakat dengan menjadikan agama sebagai alasan dan dasar pembenaran tindakan yang mereka lakukan.
ADVERTISEMENT
Faktor Pendorong Radikalisme
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi pendorong munculnya paham radikalisme ini. Yang pertama adalah faktor sosial. Kebanyakan anggota kelompok radikal ini merasa tidak puas dengan kondisi sosial yang ada saat itu. Disisi lain ada suatu ide yang ada di dalam pikiran mereka dan mereka merasa bahwa ketidakpuasan yang mereka alami bisa diatasi dengan ide yang mereka miliki. Karena itulah mereka berusaha untuk mengubah kondisi yang ada menjadi seperti apa yang mereka inginkan.
Faktor pendorong radikalisme yang kedua adalah faktor emosi keagamaan. Emosi keagamaan ini biasanya berbentuk solidaritas antara pemeluk agama yang sama. Mereka akan bereaksi dan tergerak apabila salah satu dari anggotanya dianggap mengalami ketidakadilan atau merasa dirinya tertindas. Disinilah anggota kelompok radikal akan masuk dan berusaha untuk memposisikan dirinya sebagai korban dari kondisi yang ada saat ini dan kemudian mencari dukungan dari kelompok agama tersebut untuk mencapai tujuan mereka dan mengubah kondisi yang ada sesuai dengan keinginan mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok agama yang memiliki solidaritas yang kuat ini hanya dijadikan alat oleh para kelompok radikal untuk mencapai tujuan mereka.
ADVERTISEMENT
Faktor yang ketiga adalah faktor kultural dan anti westernisasi. Dalam hal ini, kelompok radikal menganggap bahwa budaya barat merupakan ancaman bagi budaya-budaya dan moralitas Islam. Mereka juga menganggap nilai-nilai yang ada dalam budaya barat tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh agama Islam. Karena itu, mereka berusaha untuk mengalahkan budaya barat dan menjadikannya budaya Islam kembali memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat dunia.
Faktor yang terakhir adalah faktor kebijakan pemerintah. Maksud dari kebijakan yang disini berkaitan dengan ketidakmampuan pemerintah dalam mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi suatu masalah yang terjadi di negaranya. Ketidakmampuan ini, membuat kelompok-kelompok radikal menganggap bahwa ada yang salah dengan sistem pemerintahan yang ada saat ini. Sedangkan di pikiran mereka ada sistem yang baru yang mereka anggap mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Saat itulah para kelompok radikal tersebut berusaha mengubah sistem yang ada saat ini dengan sistem yang mereka anggap benar.
ADVERTISEMENT
Ciri-Ciri Kelompok Radikal
Kelompok radikal memiliki ciri-ciri khas yang ada pada diri mereka dan tidak terdapat di kelompok lain. Ciri-ciri yang pertama adalah kelompok radikal ini menjadi ajaran Islam sebagai ideologi final dalam mengatur kehidupan masyarakat. Ciri-ciri yang kedua adalah mereka mengambil nilai-nilai Islam dari Timur Tengah tanpa melakukan perubahan dan penyesuaian dengan kondisi sosial dan politik. Tentu nilai-nilai Islam di Timur Tengah tidak bisa secara utuh diterapkan di seluruh negara karena setiap negara memiliki kondisi sosial dan kebudayaan yang beraneka ragam.
Ciri kelompok radikal yang ketiga adalah mereka sangat berhati-hati saat menerima segala sesuatu yang belum diatur dalam agama seperti budaya lokal karena mereka takut akan terkena bid'ah dan mengancam kemurnian ajaran agama mereka. Ciri yang keempat yaitu kelompok radikal ini menolak segala ideologi selain Islam dan lebih berpedoman kepada Al Qur'an dan Hadits. Mereka menganggap bahwa Al Qur'an dan Hadits ini merupakan hukum Allah SWT bagi manusia sehingga mereka berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan dunia.
ADVERTISEMENT
Ciri ciri kelompok radikal yang kelima yaitu mereka sering mengalami gesekan dengan masyarakat karena terjadinya perbedaan paham dan pendapat diantara mereka dan masyarakat. Ciri yang keenam yaitu kelompok ini sering mengklaim bahwa apa yang mereka lakukan dan mereka yakini merupakan suatu kebenaran tunggal dan mutlak yang harus diikuti oleh masyarakat yang lain. Mereka juga tidak ragu untuk menyebut orang lain yang tidak setuju dengan pemikiran mereka dengan sebutan kafir, thogut, sesat dll.
Ciri-ciri kelompok radikal yang terakhir adalah kelompok radikal ini cenderung mempersulit ajaran agama yang ada yang sejatinya mudah menjadi lebih berat. Selain itu, mereka juga berlebihan pada ajaran agama dan juga mengesampingkan metode-metode dakwah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan menggantinya menjadi metode dakwah yang keras dan tidak menerapkan prinsip toleransi.
ADVERTISEMENT
Bentuk Bentuk dan Tujuan Radikalisme
Berdasarkan bentuknya, kelompok radikal dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu radikal secara ideologi dan radikal secara gerakan atau haraki.
A. Radikal secara Ideologi
Kelompok radikal secara ideologi merupakan kelompok yang memiliki ideologi radikal tetapi hanya sebatas dalam pemikiran saja dan berusaha menerapkan ajaran mereka kepada masyarakat umum. Kelompok ini tidak meneruskan pemikiran-pemikiran radikal mereka ke arah tindakan teror dikarenakan tidak memiliki kesempatan, keberanian dan bisa juga mereka tidak terlatih melakukan teror. Biasanya kelompok ini memiliki tujuan untuk mengubah kegiatan yang belum sesuai dengan syariat Islam menuju ke kegiatan yang sesuai dengan syariat Islam atau dengan kata lain ingin memurnikan ajaran Islam.
B. Radikal secara Haraki (gerakan)
ADVERTISEMENT
Kelompok radikal secara haraki merupakan kelompok radikal yang sudah menuangkan paham radikal mereka kearah tindakan teror terhadap masyarakat. Mereka berani melakukannya karena mereka terlatih dan memiliki pengalaman jihad di negara-negara yang mengalami konflik seperti di Afghanistan dan Suriah. Kelompok radikal haraki biasanya memiliki tujuan dalam hal politik yakni ingin mendirikan kekhalifahan Islam dan menerapkan hukum-hukum Islam di negaranya.
Penyebaran Paham Radikalisme
Penyebaran paham radikalisme semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang ada. Salah satu cara penyebaran paham radikal adalah dengan melakukan pengkaderan organisasi. Pengkaderan organisasi adalah program pembinaan terhadap anggota-anggota kelompok radikal. Pengkaderan organisasi ini biasanya berbentuk pengkaderan internal dan dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Di dalam pengkaderan internal inilah simpatisan baru akan mengalami brainwashing dan ditanamkan kepada mereka paham radikalisme.
ADVERTISEMENT
Selain pengkaderan organisasi, kelompok radikal juga bisa menyebarkan paham radikal mereka melalui kegiatan mentoring agama yang ada di institusi pendidikan saat ini. Dalam mentoring tersebut biasanya akan didatangkan pemateri dari luar dan ini sangat berpotensi untuk dimanfaatkan kelompok radikal tersebut. Hal ini tentu sangat berbahaya mengingat para siswa masih belum memiliki pendirian yang kuat dan masih mencari jati diri mereka dan apabila siswa terpengaruh dengan paham radikal maka akan merugikan semua pihak dan menjadi suatu ancaman yang serius.
Selain melalui dua kegiatan diatas, kelompok radikal juga bisa menyebarkan paham radikal mereka melalui media cetak seperti buku. Buku ini bisa saja merupakan terjemahan dari bahasa Arab atau mungkin juga hasil karangan dari kelompok radikal ini. International Crisis Group melaporkan bahwa buku buku berbau jihad diterbitkan oleh mereka yang dekat dengan kelompok Jama'ah Islamiyah. Penerbitnya mayoritas berasal dari Solo dan dikelola oleh pondok pesantren al-Mukmin yang berlokasi di Ngruki, Solo. Buku-buku yang mengandung paham radikal diantaranya adalah An-Nihayah Wal Khulashoh, Rambu-rambu Tho'ifah Manshuroh, Hadzaa Bayaan Lin Naas: Al Irhaabu minal Islaam dan buku Aku Melawan Teroris.
ADVERTISEMENT
Bahaya Radikalisme
Keberadaan kelompok-kelompok radikal memiliki bahaya yang besar. Hal ini dikarenakan mereka ingin mengubah tatanan atau sistem dari suatu negara seperti bentuk negara, dasar negara, dan hukum negara. Seperti yang kita semua ketahui bahwa bentuk negara Indonesia, dasar negara Indonesia, dan hukum negara Indonesia sudah ditetapkan oleh para pendahulu bangsa. Selain itu, sistem yang ada saat ini juga sudah mewakili seluruh elemen dan komponen yang ada di masyarakat. Tetapi kelompok radikal ini ingin mengubah sistem tersebut sesuai dengan ajaran Islam. Perlu dicatat bahwa Islam bukan satu-satunya agama yang ada di Indonesia dan masih ada agama yang lain yang juga harus dihormati dan dihargai. Oleh karena itu hentikan ide untuk mengubah sistem yang ada saat ini dengan sistem Islam karena kembali lagi Indonesia tidak hanya terdiri dari kelompok Islam saja.
ADVERTISEMENT
Bahaya lain dari radikalisme adalah dapat menyebabkan ketakutan, mengganggu ketertiban, dan memecah belah bangsa Indonesia. Tindakan yang mereka lakukan juga sering menimbulkan kerugian yang besar di masyarakat. Kerugian ini bisa berbentuk materiel, korban jiwa, dan kerugian secara mental. Kerugian materiel berkaitan dengan rusaknya bangunan dan fasilitas umum ketika terjadi teror yang berkaitan dengan senjata dan bahan peledak. Tidak jarang dalam terornya juga bisa menghilangkan nyawa seseorang dan menimbulkan trauma psikis bagi orang-orang di sekitar lokasi teror tersebut.
Upaya Mencegah Radikalisme
Terdapat banyak sekali upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah peredaran paham radikal. Pendirian tim Densus 88 dan BNPT oleh pemerintah perlu diapresiasi. Tetapi pemerintah sebaiknya lebih berfokus kepada upaya pencegahan agar kelompok radikal ini tidak berkembang dan sedini mungkin dapat terdeteksi. Dengan seperti inilah akan dapat mencegah terjadinya teror-teror terhadap masyarakat. Berikut ini contoh upaya pencegahan tindakan radikalisme:
ADVERTISEMENT
A. Melakukan deradikalisasi terhadap anggota anggota kelompok radikal.
B. Melakukan diskursus terhadap masyarakat umum.
C. Menyediakan kurikulum pendidikan yang inklusif dan menanamkan nilai nasionalisme.
D. Mencegah peredaran paham radikal baik melalui dunia nyata maupun dunia maya.
E. Menanamkan sikap pluralisme kepada masyarakat.
F. Memberantas kelompok radikal hingga ke akar-akarnya.
G. Memperkuat aturan-aturan hukum terutama yang berkaitan dengan penindakan anggota kelompok radikal yang terkadang terganjal HAM dan hukum tentang peredaran bahan peledak dan senjata api.
Peran masyarakat juga diperlukan dalam pencegahan peredaran paham radikal. Masyarakat dapat berperan dengan cara belajar lebih dalam mengenai ajaran agama Islam sehingga tidak mudah dimanipulasi dan dicekoki oleh ajaran yang berbau radikal. Selain itu, pengawasan masyarakat terhadap lingkungan sekitar juga diperlukan. Masyarakat harus mengawasi lingkungan sekitarnya dan apabila ada yang mencurigakan dan berhubungan dengan radikalisme maka masyarakat dapat melaporkannya ke pihak yang berwajib dengan catatan bukti yang ada cukup kuat. Sehingga dengan sinergi antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan dapat membatasi ruang gerak kelompok radikal dan memberantas kelompok radikal dari bumi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sekian tulisan dari saya, semoga sedikit materi ini bisa menambah pengetahuan kita tentang radikalisme. Mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan, sekian terima kasih.