Konten dari Pengguna

Danantara: Indonesia Perlu Belajar dari Negara Mana?

Ilham Muarief
A Civil Servant at the Ministry of Finance of Indonesia and a Student in Public Sector Accounting at the State Polytechnic of Finance STAN.
22 Februari 2025 18:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Muarief tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Danantara. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Danantara. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
ADVERTISEMENT
Indonesia tengah bersiap meluncurkan Danantara, sebuah lembaga investasi strategis yang digadang-gadang akan mengelola aset negara dengan lebih efisien, layaknya Temasek di Singapura. Optimisme tinggi menyelimuti proyek ini mengingat modal awal yang mencapai Rp1.000 triliun dan direncanakan akan mengelola aset negara sebesar 900 miliar dollar AS atau Rp 14.670 triliun. Danantara diharapkan dapat menjadi motor utama dalam transformasi ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT

Peluang Danantara: Ambisi Menyusul Singapura dan Korea Selatan

Indonesia telah lama berambisi mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, namun realisasi dalam beberapa tahun terakhir masih berkisar di angka 5% per tahun. Dengan diluncurkannya Danantara, pemerintah berharap dapat mengoptimalkan aset negara, menarik investasi besar, dan mendorong industrialisasi. Jika dikelola dengan baik, Danantara berpotensi menjadi katalis utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8% dan membawa Indonesia keluar dari middle income trap seperti Singapura dan Korea Selatan. Bagaimana caranya?

Peningkatan Investasi Asing

Salah satu tujuan utama Danantara adalah meningkatkan investasi dalam negeri dan menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI) untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Saat ini, FDI Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Singapura. Berdasarkan data Bank Dunia, pada tahun 2023, FDI yang masuk ke Indonesia hanya sekitar USD 22 miliar, sementara Singapura berhasil menarik FDI sebesar USD 175 miliar.
Foreign Direct Investment, Net Inflows (dalam US$). Sumber: World Development Indicator, World Bank.
Untuk menjadikan Danantara sebagai pengelola dana investasi, Indonesia perlu mengadopsi praktik terbaik dari negara-negara yang telah sukses mengelola sovereign wealth fund (SWF) dan superholding BUMN, seperti Singapura dengan Temasek Holdings. Pembelajaran dari model investasi global seperti Temasek yang terbukti efektif tentunya akan memperkuat tata kelola, meningkatkan transparansi dan kepercayaan investor asing, serta mengoptimalkan strategi investasi agar memberikan manfaat maksimal bagi ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT

Fokus pada Peningkatan Industri Manufaktur dan Inovasi Teknologi

Dalam Model Solow Growth, pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang bergantung pada akumulasi modal, peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan inovasi teknologi. Namun, tanpa inovasi teknologi yang signifikan, perekonomian suatu negara akan mencapai steady state dimana pertumbuhan ekonomi melambat dan membuat suatu negara terjebak di level pendapatan menengah (middle income trap).
Sebagai lembaga pengelola investasi, Danantara dapat menjadi jembatan bagi investor asing untuk masuk ke sektor-sektor strategis seperti energi, infrastruktur, dan teknologi. Investasi di sektor-sektor ini sangat penting untuk mendorong penelitian dan pengembangan (R&D) serta menciptakan industri berbasis teknologi tinggi yang mampu meningkatkan nilai tambah pada industri manufaktur di Indonesia. Hal ini akan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan membawa Indonesia keluar dari middle income trap.
ADVERTISEMENT
Korea Selatan adalah salah satu contoh sukses negara yang berhasil keluar dari middle income trap dengan meningkatkan inovasi teknologi dan investasi dalam industri bernilai tambah tinggi. Pada tahun 1960-an, Korea Selatan merupakan negara agraris dengan pendapatan per kapita yang rendah. Namun, melalui strategi industrialisasi yang agresif, investasi dalam R&D, serta pengembangan sektor manufaktur berteknologi tinggi, negara ini berhasil bertransformasi menjadi pusat industri global.
Jika Danantara dapat mengadaptasi strategi Korea Selatan dalam mendorong inovasi teknologi dan investasi industri berbasis riset, Indonesia memiliki peluang besar untuk keluar dari middle income trap dan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi di Asia Tenggara. Dengan investasi yang tepat dalam manufaktur canggih dan teknologi digital, Indonesia tidak hanya akan meningkatkan daya saing global, tetapi juga menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT

Peningkatan Ekspor dan Hilirisasi Industri

Kementerian Perindustrian mencatat bahwa hilirisasi nikel telah meningkatkan ekspor hingga USD 30 miliar pada 2023. Jika hilirisasi ini diterapkan ke sektor lain seperti tembaga dan bauksit, ekspor Indonesia dapat meningkat lebih jauh dan mengurangi ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah yang harganya fluktuatif. Berdasarkan Masterplan Hilirisasi 2040, Indonesia membutuhkan investasi sebesar USD 618 miliar untuk mendukung pengembangan hilirisasi di 28 komoditas, termasuk sektor kehutanan, perikanan, pertanian, perkebunan, serta pertambangan dan gas.
Sebagai lembaga pengelola investasi nasional, Danantara diharapkan berperan sebagai katalis dalam mempercepat hilirisasi sektor industri Indonesia. Dengan pengelolaan dana yang terarah, Danantara dapat mengalokasikan investasi ke sektor manufaktur dan industri pengolahan, sehingga Indonesia tidak lagi bergantung pada ekspor bahan mentah, tetapi mampu menghasilkan produk bernilai tambah tinggi.
ADVERTISEMENT

Tantangan Danantara: Belajar dari 1MDB Malaysia

Danantara harus belajar dari kegagalan 1Malaysia Development Berhad (1MDB), sovereign wealth fund Malaysia yang awalnya bertujuan meningkatkan investasi strategis, tetapi justru berakhir dengan skandal korupsi besar. 1MDB mengalami kebocoran dana hingga USD 4,5 miliar akibat lemahnya transparansi, pengawasan yang tidak ketat, serta campur tangan politik yang tinggi. Kegagalan ini menunjukkan bahwa tanpa tata kelola yang baik, lembaga investasi negara justru dapat menjadi beban ekonomi dan merusak kepercayaan investor.
Untuk menghindari risiko serupa, Danantara harus menerapkan tata kelola yang transparan dan akuntabel, dengan memastikan setiap investasi didasarkan pada kajian ekonomi yang matang dan bukan kepentingan politik. Pengawasan dari lembaga independen seperti BPK dan OJK harus diperkuat agar penggunaan dana dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka. Selain itu, keputusan investasi perlu didukung oleh audit berkala serta keterbukaan informasi kepada publik untuk mencegah penyalahgunaan dana. Dengan tata kelola yang baik, Danantara dapat menjadi katalis pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, bukan sekadar lembaga yang berisiko mengulang kegagalan 1MDB.
ADVERTISEMENT