Menjadi Pelajar Berkarakter

Ilham Pradana Kusuma
hoby: Olahraga Cita-cita: Aparat status: Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2019
Konten dari Pengguna
20 Oktober 2020 13:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Pradana Kusuma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Karakter adalah perilaku seseorang yang membedakan satu dengan yang lainnya sebagai hasil dari proses interaksi seseorang dengan lingkungannya. Jika kita renungkan kembali apa yang salah dengan pola pendidikan yang diterapkan pemerintah saat ini. Tidak kurang pemerintah telah menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk melatih guru-guru yang ada di Indonesia untuk menerapkan pendidikan karakter agar generasi-generasi mendatang menjadi tumpuan masa depan bangsa. Pendidikan karakter adalah sebuah paradigma yang diusung pemerintah agar Indonesia ke depan memiliki generasi-generasi yang unggul yang bisa bersaing dengan bangsa lain untuk menuju Indonesia yang lebih maju. Sesuai dengan slogan SDM maju Indonesia Unggul. Tapi manakala generasi-generasi muda dan para pelajar tidak lagi memiliki karakter yang diharapkan oleh pemerintah, maka bangsa ini akan terus terjebak dalam persoalan karakter seolah tiada ujung bahwa pendidikan harus bertanggung jawab terhadap kelangsungan para pemuda dan pelajar yang ada di tanah air ini.
ADVERTISEMENT
Karakter pada dasarnya dibentuk dan ditempa di mana lingkungan manusia berada. Karakter manusia dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor lingkungan. Faktor biologis merupakan faktor genetik pembawaan dari orang tuanya. Sedikit banyak karakter orang tua akan menurun pada anak-anaknya. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena sudah menjadi takdir sifat dan pembawaan orang tua secara otomatis akan menurun pada si anak. Meskipun demikian faktor genetik atau biologis ini bukan menjadi dominan karena harus melewati seleksi lingkungan yang lebih banyak berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang. Faktor lingkungan terdiri dari tiga yaitu: Lingkungan keluarga, keluarga merupakan unit sosial terkecil sebagai tempat utama terjadinya sosialisasi (pewarisan nilai dan budaya). Keluarga memiliki peranan yang sangat penting untuk menumbuhkan perkembangan karakter seseorang. Anak akan memiliki karakter keras jika perilaku orang tua menunjukkan kekrasan dalam keluarga. Apa yang dilakukan orang tua akan dilihat dan dicontoh oleh anak-anaknya. Padahal hampir sepanjang waktu anak bersama keluarga sehingga semua yang dilakukan oleh orang tua akan terekam oleh anak dan secara tidak sadar akan mempengaruhi pembentukan karakter anak. Sebaiknya orang tua yang lembut, penuh kasih sayang, rajin, menghargai waktu, dan peduli terhadap anggota keluarga maka anak kemudian hari akan menjadi anak yang rajin, sopan, dan memiliki rasa peduli terhadap sesama. Selanjutnya Lingkungan Masyarakat atau teman sebaya, Lingkungan masyarakat merupakan media sosialisasi yang kedua setelah keluarga. Lingkungan yang baik, aman, tenang, dan damai akan menambah dan mewarnai karakter anak hingga tumbuh menjadi anak yang baik. Sebaliknya lingkungan masyarakat yang bising, tidak aman, penuh dengan pelanggaran norma-norma sosial maka secara tidak langsung anak akan terpapar oleh nilai-nilai yang tidak baik sehingga dikemudian hari anak akan mudah menyimpang dari nilai-nilai sosial yang ada. Kemudian Lingkungan Sekolah, merupakan lingkungan ketiga yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak dan menentukan kehidupan masa depan anak.
ADVERTISEMENT
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan mendasar yang sangat berperan dalam pembentukan karakter anak. Pewarisan budaya melalui lingkungan pendidikan menjadi kunci keberhasilan pembentukan karakter peserta didik. Bahkan sekolah merupakan wadah pembentukan karakter anak yang paling lengkap, mulai dari pengetahuan umum, pengetahuan alam, dan pengetahuan agama secara lengkap diberikan di bangku sekolah. Tidak hanya itu di lembaga pendidikan sekolah peserta didik dilatih ketrampilan, bakat, dan minat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu pemerintah fokus terhadap dunia pendidikan tidak salah jika pemerintah mengalokasikan 20% APBN untuk kebutuhan pendidikan. Tugas sekolah sangat berat harus mengemban amanah pemerintah, lewat kebijakan sekolah dan melalui tangan-tangan guru nasib masa depan bangsa ada di tangan mereka.
Pembelajaran menjadi salah satu fasilitas yang dapat berpengaruh besar dalam membentuk sumber energi manusia bermutu. Lewat pembelajaran, bisa terbentuk generasi berkarakter yang sanggup mengaktualisasikan diri jadi ujung tombak kemajuan peradaban. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan nasional pembelajaran merupakan buat mencerdaskan kehidupan bangsa yang pada kesimpulannya hendak menopang kesejahteraan rakyat.
ADVERTISEMENT
Apabila ditinjau ke dalam realita pembelajaran Indonesia dikala ini, penanda keberhasilan dari tujuan tersebut masih sangatlah jauh dari kata tercapai. Belum bangkitnya pembelajaran Indonesia dari keterpurukan sejatinya memunculkan satu persatu permasalahan besar.hendak dibawa kemana peradaban negara ini nanti ?
Keadaan para pelajar Indonesia ini masih sangat jauh dari harapan bagaikan generasi yang pintar serta sanggup bersaing di kancah internasional. Bila ditarik garis sebagian tahun kebelakang, bisa disaksikan bersama kalau indonesia populer dengan jati diri bangsa yang berkarakter serta berbudi luhur. Bemacam kebijakan pembelajaran yang dibuat pemerintah dengan harapan bisa memusatkan para siswa jadi unggul dalam seluruh bidang, baik dari segi kompetensi, kepribadian, dan jiwa kompetitif bagaikan bekal bersaing dengan pelajar-pelajar dari negara lain. Bersumber pada latar belakang tersebut, terdapatnya inovasi baru dalam kebijakan pembelajaran buat menanggulangi kasus pembelajaran serta membentuk generasi unggul, ialah generasi muda berkarakter, aktif, kreatif, serta kompetitif ialah perihal yang sangat berarti.
ADVERTISEMENT
Pemecahan yang pas buat perihal ini merupakan sistem sekolah BATIK (Berkarakter, Aktif, Kreatif, serta Kompetitif), ialah inovasi sistem pembelajaran yang mengedepankan terdapatnya pergantian dalam 3 perihal pokok, antara lain tata cara pendidikan, golongan pengajar, serta kuantitas siswa di masing-masing kelas.