Siti Maimunah

Ilham Wahyu Hidayat
Saya Seorang Pendidik
Konten dari Pengguna
31 Oktober 2020 15:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Wahyu Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Siti Maimunah
zoom-in-whitePerbesar
Siti Maimunah
ADVERTISEMENT
Meskipun malas akhirnya aku buat akun Facebook juga. Tidak ada pilihan. Ini ketentuan dari panitia lomba cipta lagu yang aku ikuti. Ketentuannya setiap peserta harus mengupload hasil lagu ciptaan ke masing-masing akun Facebook-nya dan menandai akun Facebook resmi panitia.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya aku sudah punya akun Facebook tapi sudah lama non aktif. Lagi pula aku juga sudah sudah lupa email dan juga password-nya. Jadi mau tak mau harus buat akun baru lagi meski dalam hati malas kembali berhubungan dengan media sosial.
Malas bermedia sosial bukan karena aku anti sosial. Aku hanya mau hidup dalam dunia nyata tanpa tersentuh dunia maya yang kadang banyak kepalsuan. Tapi sekarang tidak ada pilihan aku harus masuk lagi ke dalamnya.
Dalam sekejap akun Facebook baru jadi. Tak menunggu lama langsung saja aku upload video lagu hasil karyaku. Tak lupa juga aku tandai akun panitia lomba cipta lagu itu.
Usai meng-upload video lagu karyaku iseng-iseng aku buka beranda. Dari sana kulihat sederetan profil Facebook orang-orang yang disarankan untuk aku ajak berteman. Sebagian besar profil yang muncul dari kaum hawa.
ADVERTISEMENT
Mataku tersangkut pada satu profil yang muncul di deretan tengah. Namanya Sinta Mandalasena. Saat aku lihat daftar temannya ternyata mencapai lima ribuan. Iseng aku buka foto-foto profilnya yang ternyata tidak dia privasi hanya untuk teman tapi untuk semua orang.
Aku yakin sekali pernah kenal dengan orang bernama Sinta itu. Tapi di mana mengenalnya masih samar dalam ingatanku. Berkali-kali aku mencoba mengingat tapi gagal meskipun yakin pernah mengenal sosok itu.
Waktu aku buka info di profilnya ternyata kosong. Statusnya juga begitu. Ternyata yang dibuka untuk publik hanya foto profil dan daftar teman. Selebihnya diprivasi hanya untuk teman saja.
Ilustrasi Perempuan Bermain Media Sosial Foto: Dok. Shutterstock
Dipompa rasa penasaran akhirnya aku kirim permintaan pertemanan. Di luar dugaan hanya berselang beberapa detik permintaan itu langsung dia terima. Mungkin karena kebetulan dia sedang online. Setelahnya semua info yang diprivasi hanya untuk teman akhirnya terbuka.
ADVERTISEMENT
"Hai, salam kenal" Sapaku pada perempuan bernama Sinta itu lewat inbox. "Salam kenal juga," jawabnya. Dalam hati aku berkesimpulan Sinta itu orang ramah. Terbukti inboxku langsung dia balas meskipun temannya ribuan.
"Kamu kerja atau kuliah," tanyaku lagi dan dia bilang sedang menyelesaikan studi di fakultas ekonomi.
"Kuliah di mana?" tanyaku lagi dan dari jawabannya aku tahu ternyata dia satu kota dengan aku.
Aku juga membuka-buka postingannya. Dari situ aku simpulkan Sinta itu orang kaya. Buktinya hampir setiap hari update status jalan-jalan atau makan-makan di mal.
"Orang tuamu pasti orang kaya. Uang saku dari mereka pasti banyak. Buktinya tiap hari kamu belanja dan makan-makan di mal," kataku padanya dan Sinta jawab dengan tawa.
ADVERTISEMENT
"Ah, gak juga sih. Biasa saja. Cuma satu sampai dua juta saja kok sehari yang dikasih papa ke aku," tambah Sinta disertai emoticon tawa.
Aku menelan ludah. Bagiku satu sampai dua juta per hari itu luar biasa meski baginya kelihatan tidak istimewa. Aku pun tambah penasaran kerja apa orang tuanya.
Penasaran itulah yang membuat jempolku terus membuka-buka semua postingan dalam timeline Sinta. Sampai akhirnya aku menemukan fotonya bersama lelaki 60 tahunan berbaju motif kotak warna merah.
"Lelaki berbaju kotak-kotak yang foto sama kamu itu siapa?" tanyaku pada Sinta.
"Itu papa. Itu foto bulan kemarin sepulang keliling Eropa," jawab Sinta.
Aku menelan ludah. Ingatanku yang buntu pelan-pelan terurai. Aku yakin sekali memang pernah mengenal Sinta dan juga lelaki yang dia sebut papanya.
ADVERTISEMENT
Sinta itu tetanggaku sendiri dan lelaki berbaju kotak-kotak itu memang ayahnya dan nama lelaki itu Pak Karminjan.
Pak Karmijan itu tukang becak yang biasa mangkal di depan mal depan kampus. Beliau punya anak semata wayang yang bekerja di mal tempat Pak Karmijan biasa mencari penumpang. Anaknya bekerja sebagai tukang parkir. Namanya Siti Maimunah bukan Sinta Mandalasena.
Keterangan :
Cerita ini hanya fiksi. Kesamaan nama tokoh dalam cerita "Siti Maimunah" dengan nama di dunia nyata hanya kebetulan saja.
Malang, 31 Oktober 2020
Penulis : Ilham Wahyu Hidayat
Guru SMP Negeri 11 Malang