Status Palsu

Ilham Wahyu Hidayat
Saya Seorang Pendidik
Konten dari Pengguna
10 November 2020 6:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Wahyu Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Status Facebook
zoom-in-whitePerbesar
Status Facebook
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kubaca status kakak di facebook dengan hati geli. Dalam status itu dia tuliskan kekhawatirannya akan suaminya yang mendadak pingsan di tempat kerja. Tentu saja dalam status itu dia sisipkan juga foto suaminya dengan pose mata terpejam.
ADVERTISEMENT
Dalam hati aku yakin sekali kalau itu hanya status palsu. Meskipun banyak yang memberi like dan mengomentari status itu, aku menganggap itu hanya akal-akalan kakakku. Paling-paling dia hanya mau nge-prank di Facebook. Begitu pikirku.
Aku berpikir seperti itu karena kakak memang punya kebiasaan up date status palsu. Buktinya kadang dia up load gambar masakan. Lalu dia beri caption gambar itu sebagai hasil masakannya. Padahal aku tahu itu masakan ibuku.
Sekali waktu juga dia pernah up date status sedang jalan-jalan di mal. Padahal waktu aku telepon ternyata dia hanya tidur-tiduran saja di rumah. Waktu aku tanya soal status jalan-jalan itu dia hanya tertawa.
Sepertinya mengungkapkan status palsu di Facebook menjadi kepuasan tersendiri baginya. Tapi biarlah. Itu juga bukan urusanku. Aku hanya heran saja dengan kebiasaan anehnya itu. Termasuk juga saat kemudian kakak up date status lanjutan tentang suaminya.
ADVERTISEMENT
Dalam status selanjutnya dia ceritakan kalau setelah pingsan suaminya dilarikan ke klinik dekat tempat kerjanya. Hanya saja ternyata klinik itu ternyata angkat tangan. Akhirnya suaminya dirujuk ke rumah sakit umum daerah.
"Ya Allah, berilah suamiku kekuatan" begitu dia menulis kalimat penutup status keduanya yang begitu panjang.
Seperti statusnya pertama, dalam status kedua ini juga banyak yang beri like dan komentar. Aku amati saja semuanya sambil menerka-nerka status apalagi yang akan ditulis kakakku di Facebook.
Saat sedang menunggu status selanjutnya dari kakakku itulah tiba-tiba smartphoneku menjerit. Setelah aku lihat ternyata sebuah panggilan dari ibuku.
"Kalau ada waktu segera kamu sekarang" kata ibuku di seberang telepon. "Suami kakakmu kondisinya kritis sekarang" tambahnya dengan nada khawatir.
ADVERTISEMENT
"Kritis bagaimana, bu?"
"Lho kamu gak baca status kakakmu di Facebook? Kamu kan berteman dengan kakak di Facebook. Kok sampai tidak tahu."
Dengan segumpal tanda tanya kembali aku buka Facebook. Betul kata ibuku. Kakakku menulis lagi sebuah status. Hanya saja status yang ketiga ini membuatku benar-benar tertawa. Aku semakin yakin kalau status kakak di Facebook itu hanya status palsu.
Dalam status ketiga itu kakak menceritakan hasil diagnosa dokter tentang suaminya. Katanya suaminya kena paru-paru. Suaminya pingsan karena paru-parunya itu tidak dapat menerima pasokan udara dari luar tubuh. Akibatnya pingsan itu.
Semua benar-benar konyol. Bagaimana mungkin suami kakakku itu kena penyakit paru-paru? Aku tahu pasti suami kakakku itu bukan perokok. Aku juga tahu kalau dia setiap pagi selalu rutin lari-lari pagi. Bahkan dia juga ikut klub gym. Jadi mana mungkin kalau dia sampai sakit paru-paru.
ADVERTISEMENT
Sudah jelas sekarang kalau semua status kakak tentang suaminya itu memang status palsu. Semua ini hanya prank. Sepertinya kakak hanya ingin cari perhatian pada teman-temannya di Facebook.
Lucunya ibuku percaya saja pada semua status itu. Sampai-sampai beliau menelepon kembali untuk yang kedua kali.
"Kamu segera pulang sekarang" kata ibu di telepon padaku dengan penuh kekhawatiran. "Kamu baca itu status kakakmu lagi di Facebook. Aku sudah di rumah sakit sekarang."
Belum sempat aku menjawab telepon sudah mati. Waktu aku telepon balik nomor ibu juga tidak bisa tersambung. Hanya suara operator yang berbicara bahwa nomor yang aku panggil di luar jangkauan.
Dengan segudang penasaran aku buka lagi Facebook. Ternyata benar kata ibu. Kakak menulis status baru lagi. Dalam status yang ini kakak menulis begini : "Selamat jalan suamiku. Semoga Allah memberikan tempat terbaik di akhirat buatmu".
ADVERTISEMENT
Status itu disisipi foto suami kakakku. Di foto itu suaminya terbaring dengan alat pernafasan yang terhubung ke tabung oksigen besar di samping tempat tidur. Mata suaminya terpejam. Wajah terlihat begitu damai tanpa beban.
Beberapa orang berdiri di samping suami kakakku. Salah satu di antaranya ibuku. Dalam foto itu terlihat beliau sedang menangis.
Aku menelan ludah. Kubaca berulang-ulang status terakhir kakak itu. Kulihat berulang-ulang juga foto yang disisipkan dalam status itu. Aku ingin meyakini kebenaran semua status itu. Masalahnya itu sulit bagiku. Jauh dalam hati aku masih meyakini bahwa semua itu hanyalah status palsu.
Untuk memastikan semua ini hanya ada dua cara. Pertama, menelepon kakak dan mempertanyakan kebenaran semua statusnya. Kedua, langsung datang ke rumah sakit agar tahu kebenaran foto itu.
ADVERTISEMENT
Aku pilih opsi pertama. Aku cari kontak kakak dan langsung meneleponnya. Hanya saja saat aku hubungi nomor itu yang terdengar di seberang hanya suara "tut-tut-tut".
Malang, 10 November 2020
Penulis : Ilham Wahyu Hidayat
Guru SMP Negeri 11 Malang