Tangan Luna

Ilham Wahyu Hidayat
Saya Seorang Pendidik
Konten dari Pengguna
5 November 2020 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Wahyu Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kleptomaya
zoom-in-whitePerbesar
Kleptomaya
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pagi menyelinap masuk dalam kamar lewat jendela kaca. Hangatnya menerpa wajahku membangkitkan kesadaran yang semalam hilang. Dengan mata sedikit berat kucari smartphoneku. Tapi benda elektronik itu tak kutemukan. Padahal aku ingat betul, semalam sebelum tidur aku meletakkannya di samping bantal.
ADVERTISEMENT
Aku turun dari tempat tidur. Seluruh sudut kamar diperiksa, mulai dari kolong tempat tidur, bawah meja, sampai tempat sampah dekat ranjang. Tapi seperti tertelan bumi, benda elektronik itu tetap tak kutemukan. Sementara jam digital di meja menunjuk pukul tujuh tiga puluh dan itu membuatku cemas. Semalam aku sudah janji jam delapan nanti akan menghubungi Luna.
Luna itu salah satu teman facebookku. Sudah setahunan lebih aku mengenalnya. Meski tidak pernah bertemu di dunia nyata aku merasa nyaman berteman dengannya meski dia pernah mengaku kalau dirinya seorang kleptomania.
Kleptomania adalah suatu kondisi yang termasuk ke dalam kelompok gangguan kendali impulsif, yaitu ketika penderita tidak dapat menahan diri untuk mengutil atau mencuri. Meski jarang terjadi pada seseorang, namun penyakit mental ini membuat penderitanya terganggu secara emosional.
ADVERTISEMENT
Umumnya kleptomania terbentuk di masa remaja, namun ada juga yang muncul setelah dewasa. Para penderita kleptomania kerap melakukan aksinya di tempat umum, seperti di warung atau toko, namun sebagian ada juga yang mengutil dari rumah teman.
Penderita kleptomania selalu gagal menolak dorongan yang kuat untuk mencuri, meski barang yang dicuri adalah sesuatu yang tidak berharga dan tidak mereka butuhkan. Hal ini berbeda dari pencurian kriminal yang mencuri barang berharga dan bernilai tinggi.
Penderita umumnya merasa cemas dan tegang saat hendak melakukan pencurian, lalu timbul rasa senang dan puas setelah berhasil melakukan aksinya. Kemudian, muncul rasa bersalah, menyesal, malu, dan takut tertangkap. Namun demikian, mereka tetap tidak bisa menahan diri untuk mengulangi perbuatannya.
ADVERTISEMENT
Menurut sebuah artikel yang pernah aku baca, penyebab kleptomania belum diketahui secara pasti. Kondisi ini diperkirakan terbentuk akibat adanya perubahan komposisi kimia di dalam otak.
Diduga, perilaku impulsif ini muncul akibat gangguan zat kimia di otak, seperti menurunnya kadar serotonin atau hormon yang bertugas mengatur emosi, ketidakseimbangan sistem opioid otak yang mengakibatkan keinginan untuk mencuri tidak bisa ditahan.
"Aku mau berubah. Aku gak mau mencuri lagi" kata Luna padaku tadi malam. "Aku merasa berdosa. Aku mau mengembalikan semua barang yang aku curi pada pemiliknya. Tapi aku takut orang yang barangnya aku curi itu akan melaporkan aku ke polisi"
"Kamu tidak perlu takut. Niatmu untuk berubah itu sudah bagus. Kalau kamu mau aku bisa bantu. Aku bersedia temani kamu untuk mengembalikan semua barang yang kamu curi itu ke pemiliknya"
ADVERTISEMENT
"Kalau kamu memang mau bantu gimana kalau besok kita ketemu. Setelah itu kamu antar aku mengembalikan semua barang-barang yang pernah aku curi ke pemiliknya".
"Iya boleh. Besok pagi jam delapan aku inbok kamu. Aku kasih kamu alamat rumahku. Tapi sekarang udahan dulu ya. Aku ngantuk"
Tanpa menunggu jawaban aku langsung tutup facebook. Smartphone kumatikan lalu aku taruh dekat bantal.
Sekarang smartphone itu lenyap entah kemana. Sementara jam sudah hampir jam delapan. Lalu bagaimana aku bisa menghubungi Luna kalau smartphone itu tidak ada?
Setelah memutar otak akhirnya aku ambil laptop. Tanpa cuci muka aku langsung keluar menuju warung kopi di seberang rumah. Aku tahu warung itu menyediakan wifi. Aku bisa mengaksesnya melalui laptop untuk membuka facebook melalui web browser dan menghubungi Luna.
ADVERTISEMENT
Waktu aku sampai di warung itu ternyata masih sepi. Hanya ada seorang pengunjung yang duduk di pojok sibuk dengan smartphonenya. Sepertinya dia baru saja datang. Gelas kopi di depannya masih utuh belum terjamah.
Kalau sepi begini pasti koneksi internetnya pasti lancar karena tidak banyak orang yang mengakses wifi. Lalu tak menunggu lama, setelah memesan secangkir kopi dan roti, aku minta password untuk mengakses wifi. Setelah internet terkoneksi aku langsung buka facebook dengan web browser.
Dugaanku tepat. Koneksi internet benar-benar lancar. Loading tidak sampai tiga detik facebook langsung terbuka. Setelah masuk ke akun aku langsung buka tab chat. Kebetulan juga dalam daftar teman aku lihat Luna sedang online.
ADVERTISEMENT
"Pagi Luna" sapaku padanya.
"Pagi juga" jawabnya sambil disisipi emoticon tawa. "Kok kamu bisa online?" tanya Luna setelahnya. "Kan HP kamu hilang. Kamu online pakai apa ini?" tanyanya lagi masih dengan emoticon tawa.
Aku kaget. "Kamu kok tau kalau HP ku hilang?" tanyaku dengan sejuta tanda tanya.
"Ya tau lah. Kamu saja yang gak sadar. Semalam itu waktu kamu tidur diam-diam aku ambil HP kamu yang ditaruh dekat bantal"
Aku tak bisa berkata-kata dan hanya berpikir bagaimana mungkin Luna bisa mengambilnya?
Penulis : Ilham Wahyu Hidayat
Guru SMP Negeri 11 Malang