Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
IK UMY Adakan Diskusi Film Demi Menunjang Pembelajaran Sinematografi Mahasiswa
8 November 2024 0:23 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 21 November 2024 19:48 WIB
Tulisan dari Ilmu Komunikasi UMY tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Yogyakarta- Film selain sebagai sebuah karya seni namun juga selalu menyimpan cerita menarik di balik prosesnya. Hal itulah yang coba diketengahkan pada screening dan diskusi film Banyak Ayam Banyak Rejeki (BABR) di Gedung Ibrahim Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (07/11). Film dokumenter etnofiksi ini karya Dr. Dag Yngvesson dan Dr. Koes Yuliadi dengan pemain utama Dr. KRT. Akhir Lusono, S.Sn., M.M.
ADVERTISEMENT
Acara yang diadakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi disambut antusias semua mahasiswa khususnya mereka yang mengikuti mata kuliah sinematografi. Kepala Prodi Ilmu Komunikasi UMY, Dr. Fajar Junaedi, S.Sos., M.Si., menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi salah satu cara untuk mendukung pembelajaran mahasiswa. "Prodi ilmu komunikasi menjembatani teman-teman mahasiswa untuk belajar dari berbagai hal. Semoga dari kegiatan hari ini, teman-teman bisa belajar lebih banyak untuk menunjang tugas akhir di kuliah sinematografi," ujarnya.
Banyak Ayam Banyak Rejeki (BABR) merupakan film dokumenter yang menceritakan kisah hidup Arjun, laki-laki yang memiliki 4 orang istri. Film yang digarap sejak 2009 ini rampung dan dirilis secara resmi di Festival Film Dokumenter (FFD) tahun 2021 lalu. Meski membutuhkan waktu produksi sekitar 11 tahun namun film BABR tetap memerhatikan perkembangan isu yang ada di setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
BABR dengan apik mengemas karya dokumenter dengan tambahan bumbu-bumbu komedi satir. Film ini juga menjelaskan kenyataan hidup seseorang dengan membaginya menjadi beberapa bab, mulai dari latar belakang karakter Arjun, hingga proses dirinya 'menemukan' setiap istrinya.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa mengetahui sebuah genre baru dalam film, yaitu dokumenter etnofiksi. Genre ini merupakan gabungan dari kata etnografi dan fiksi yang dalam film dijelaskan sebagai perpaduan antara dokumenter dengan cerita yang terstruktur sehingga membangun realitas yang lebih nyata. "Saya yakin teman-teman UMY bisa membuat film dengan gayanya sendiri," yakin Dr. Koes.
Di akhir kegiatan, Dr. Dag juga memberikan semangat untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY yang akan melaksanakan produksi film dari mata kuliah pengantar sinematografi. "Alat-alat sekarang lebih murah, accesible, dan kualitasnya lebih bagus daripada waktu kami produksi. Jadi, kalian tidak punya alasan untuk tidak membuat film yang bagus," ujarnya.
ADVERTISEMENT
(lil)