Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Wisata Budidaya Maggot Berbasis Edukasi oleh KKN UNTAG di Desa Karangsono Blitar
16 Januari 2023 21:17 WIB
Tulisan dari Ilmi Nur Annisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Blitar, Jawa Timur – Tanpa disadari Tempat Pembuangan Sampah (TPS) adalah unsur yang sangat penting untuk berlangsungnya sebuah kehidupan. Jika tidak ada Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dipastikan sebuah lingkungan akan tercemar dan sampah akan berceceran serta bau sampah yang menyengat. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) merupakan salah satu tempat yang digunakan untuk membuang sampah yang mencapai tahap akhir dalam proses pengelolaan sampah yang dimulai dari tahap awal sampah dihasilkan lalu dikumpulkan dan diangkut serta dikelola dan dibuang.
Selasa, 10 Januari 2023 Tim KKN Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya mendapat kesempatan untuk menggali informasi sedalam-dalamnya mengenai TPS yang juga digunakan sebagai budidaya maggot dengan turut mewawancarai Pak Broto selaku petugas kebersihan. Beliau lah yang mengambil sampah dari rumah ke rumah setiap dua kali dalam seminggu dengan dipungut uang lima belas ribu rupiah dalam per bulannya. Dengan mengendarai sepeda motor dan gerobak sampah, Pak Broto memilah sampah dan menguraikan sampah organik untuk menjadi pakan maggot lalu bisa di budidaya-kan.
ADVERTISEMENT
Budidaya maggot ini menjadi sebuah peluang usaha yang cukup menggiurkan untuk Desa Karangsono karena cara perawatannya yang mudah dan biaya pengeluaran yang cukup murah membuat bisnis budidaya maggot berpeluang menghasilkan pundi-pundi rupiah. Tempat budidaya maggot yang ada di Desa Karangsono tidak begitu luas dan masih bergabung dengan Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Budidaya maggot diawali dengan penetasan telur dari indukan lalat hitam dengan menggunakan potongan kayu sebagai tempat bertelurnya lalat. Dari satu indukan lalat bisa menghasilkan sebanyak 300-500 telur maggot. Setelah bertelur, indukan lalat mati setelah itu dalam jangka waktu tiga hari telur akan menetas dan sudah menjadi maggot. Maggot yang baru saja menetas kemudian akan dipindah ke nampan plastik. Sebelum dipindah ke nampan plastik biasanya diberi media katul dan sedikit air.
ADVERTISEMENT
Untuk makanan dari maggot juga tergolong murah yakni dengan memanfaatkan limbah dari sampah organik rumah tangga yang sudah dipilah. Biasanya meliputi sayuran, nasi busuk, buah busuk untuk makanan maggot. Maggot dipanen setelah usia tiga minggu dan sekali panen bisa menghasilkan sebanyak satu sampai dua kwintal maggot. Lalu hasil panen maggot akan dijual ke para peternak unggas dan ikan yang ada di Kabupaten Blitar yang digunakan sebagai pengganti pakan pabrikan untuk ternak jenis unggas dan ternak ikan.
Di sisi lain, budidaya maggot berfungsi dalam menjaga kelestarian lingkungan karena memanfaatkan limbah dari sampah rumah tangga untuk pakan budidaya maggot. Selain itu maggot juga bisa menjadi pengganti hampir 50% pakan pabrikan untuk ternak unggas. Maka dari itu Desa Karangsono bermitra dengan beberapa warganya untuk budidaya maggot sebagai potensi wisata edukasi untuk lebih memperkenalkan ke warga lokal hingga masyarakat luar Blitar.
ADVERTISEMENT