Konten dari Pengguna

Joki Lari: Fenomena Kontroversial dalam Dunia Olahraga

Ilya Rahmah Fidwiana
Seorang mahasiswa di Universitas Pamulang, Jurusan Ilmu Komunikasi.
6 Juli 2024 14:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilya Rahmah Fidwiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Akhir akhir ini viral di cuitan aplikasi X tentang adanya seseorang yang membuka jasa joki lari menggunakan aplikasi Strava. Menarik bukan? Cuitan ini mengundang berbagai komentar warga net yang memiliki berbagai reaksi. Pasalnya baru di tahun 2024 ini ada fenomena yang kontroversial dalam dunia olahraga, biasanya yang kita ketahui bahwa joki berhubungan dengan tugas kuliah ataupun joki untuk masuk ke institusi tertentu. Banyak faktor yang mempengaruhi adanya trend joki ini, banyak orang yang masih berasumsi jika olahraga ini berpatok pada kecepatan dalam berlari. Dengan adanya stereotip ini munculah trend beradu pace kecepatan lari. Oleh sebab itu, banyak orang yang tidak sanggup untuk memenuhi ekspektasi publik memilih untuk membayar orang supaya kebutuhan gengsinya terpenuhi. Fenomena ini memiliki berbagai sudut pandang baik positif maupun yang negatif.
ilustrasi olahraga lari (sumber:https://pixabay.com/id)
Dampak positif yang terlihat seperti;
ADVERTISEMENT
Dampak negatif yang bermunculan seperti;
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Mari wujudkan kebiasaan hidup sehat dengan memulai olahraga dari diri sendiri, jangan mengandalkan orang lain. Jika kita memiliki keinginan untuk mencapai kecepatan tertentu dalam berlari maka perbanyaklah berlatih bukan malah memanfaatkan finansial untuk menyuruh orang. Manfaatkan finansial tersebut untuk menyewa jasa coach untuk latihan berlari. Bagi para pelari yang masih dibawah rata-rata kecepatan berlarinya tidak usah berkecil hati, lakukan saja secara perlahan dan percaya pada proses kemampuan diri sendiri. Fokuslah bahwa olahraga ini untuk menyehatkan tubuh bukan ajang untuk beradu kecepatan. Jangan lah terlalu peduli dengan asumsi publik, pedulilah pada proses diri dengan hasil yang murni.
Ilya Rahmah Fidwiana, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang.