Konten dari Pengguna

AI vs Manusia: Desainer dan Ilustrator Harus Takut atau Adaptasi?

Ilyas Ruhiyat
Mahasiswa ITB AD
4 Mei 2025 13:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilyas Ruhiyat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Tara Winstead: https://www.pexels.com/id-id/foto/tangan-koneksi-keterkaitan-hubungan-8849283/
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Tara Winstead: https://www.pexels.com/id-id/foto/tangan-koneksi-keterkaitan-hubungan-8849283/
ADVERTISEMENT
Oleh: Ilyas Ruhiyat
Bayangkan, sebuah ilustrasi digital kompleks bisa muncul hanya dalam 30 detik—tanpa sketsa manual, tanpa revisi dari klien. Cukup ketik prompt seperti “naga futuristik di kota cyberpunk”, dan hasilnya siap pakai.
ADVERTISEMENT
Inilah realita baru dunia kreatif, sejak hadirnya teknologi AI seperti MidJourney, DALL-E, atau Adobe Firefly. Banyak desainer dan ilustrator merasa terancam. Tapi benarkah ini akhir dari peran kreator manusia?
Atau justru awal dari babak baru—di mana manusia dan mesin bisa saling melengkapi?
Ketakutan yang Wajar: AI Memang Bisa Menggeser Peran Manusia
Tak bisa dimungkiri, AI membawa efisiensi yang belum pernah ada sebelumnya. Beberapa dampaknya sudah terlihat jelas:
🎯 Pekerjaan Entry-Level Semakin Tergerus
Desain logo sederhana, icon, atau tracing vektor kini bisa dilakukan AI dalam hitungan detik. Klien dengan anggaran minim lebih tergoda memilih AI daripada membayar freelancer.
🎯 Gaya Ilustrator Bisa Dicuri
Banyak seniman mendapati karya mereka digunakan tanpa izin untuk melatih AI. Beberapa platform bahkan menyimpan karya publik sebagai dataset tanpa pemberitahuan. Ini menimbulkan pertanyaan besar soal etika dan hak cipta.
ADVERTISEMENT
🎯 Pasar Kreatif Jadi Super Murah
Dengan AI, desain jadi cepat dan murah. Tapi ini menekan harga pasar secara keseluruhan. Freelancer yang mengandalkan proyek-proyek kecil pun terkena imbasnya.
Tapi Tunggu Dulu: AI Juga Bisa Jadi Sekutu
Meski terlihat menakutkan, AI juga membuka peluang besar. Bukan untuk menggantikan manusia, tapi untuk meningkatkan kualitas dan kecepatan kerja kreator.
đź’ˇ AI Sebagai Asisten Kreatif
Bayangkan kamu bisa membuat 10 alternatif desain poster dalam 5 menit. Atau bikin moodboard otomatis untuk presentasi ke klien. AI bisa jadi sparring partner saat eksplorasi ide.
đź’ˇ Kreativitas Emosional Masih Milik Manusia
AI memang pintar, tapi ia tak bisa memahami emosi, konteks sosial, atau nilai-nilai budaya. Desainer manusia unggul dalam storytelling, merancang konsep yang bermakna, dan membaca kebutuhan klien secara mendalam.
ADVERTISEMENT
đź’ˇ Personal Branding Makin Penting
Orang membeli kamu, bukan hanya hasil karyamu. Di era digital, seniman yang punya identitas kuat dan kisah personal akan lebih dihargai. AI bisa membuat gambar, tapi tidak bisa membangun komunitas penggemar.
Lalu Apa Solusinya? Adaptasi, Bukan Menolak
Daripada menolak atau takut, desainer dan ilustrator bisa melakukan beberapa hal berikut:
âś… Belajar menggunakan AI sebagai alat bantu (bukan musuh).
âś… Fokus pada skill yang tak bisa ditiru AI: empati, konsep, dan komunikasi.https://ted.kumparan.com/uikit-assets/assets/icons/bold-1-8680cb7c543e5aae34b57fe39bf7e7d8.svg
âś… Bangun keunikan pribadi sebagai seniman: lewat gaya, cerita, dan interaksi sosial.
Kesimpulan: AI Bukan Ancaman, Tapi Tantangan untuk Berkembang
Perubahan memang tidak selalu nyaman, tapi selalu membuka jalan baru.
AI akan terus berkembang. Tapi yang tidak akan tergantikan adalah manusia yang bisa bercerita, memahami perasaan, dan membangun makna lewat karya seni.
ADVERTISEMENT
Di tangan yang tepat, AI bukan pengganti, melainkan partner dalam menciptakan sesuatu yang lebih luar biasa.