news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Dari Desa untuk Negeri, Sinergi Lintas Sektor Brigade Pangan

Imam bayu Priyanto
Mahasiswa Magister Ekonomi pertanian ULM
4 Maret 2025 9:32 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Imam bayu Priyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Panen Brigade Pangan Tanah Laut, Sumber. Dinas Pertanian Tanah Laut.
zoom-in-whitePerbesar
Panen Brigade Pangan Tanah Laut, Sumber. Dinas Pertanian Tanah Laut.
Laporan FAO tahun 2024 yang mengungkapkan 864 juta jiwa mengalami kerawanan pangan, terutama di pedesaan Asia, menjadi peringatan keras akan tantangan ketahanan pangan global. Di negara berkembang seperti Indonesia, ironi ketahanan pangan semakin nyata. Kota-kota besar dengan gemerlapnya seolah menjadi oase ketersediaan pangan, daya beli tinggi, dan akses layanan yang memadai. Namun, di balik kemewahan kota, tersembunyi kerentanan yang mengakar di pedesaan. Ketergantungan kota pada pasokan pangan dari desa, kesenjangan akses, dan kerentanan ekonomi masyarakat pedesaan menjadi isu krusial yang tak bisa diabaikan. Laporan FAO ini menampar kesadaran kita, mengingatkan bahwa ketahanan pangan sejati hanya akan terwujud jika desa dan kota berjalan beriringan, saling memperkuat, dan mengatasi kesenjangan yang ada. Lirik sederhana "Minah Gadis Dusun" karya Titiek Puspa, dengan apiknya melukiskan dilema klasik antara pesona kota dan kesetiaan pada desa. Minah, terpesona gemerlap kota, namun hatinya tetap tertambat pada tanah kelahirannya. Gambaran ini, meski lawas, tetap relevan dengan realitas ketahanan pangan kita. Di tengah hiruk pikuk modernisasi, peran krusial pertanian desa sebagai tulang punggung pangan kerap terabaikan. Gemerlap kota dengan segala kemewahannya seolah membutakan kita dari fakta bahwa fondasi pangan kita justru berakar di desa. Keseimbangan pembangunan antara kota dan desa menjadi imperatif, bukan sekadar retorika.
ADVERTISEMENT
Dengan hal tersebut di atas, maka pada saat ini pemerintah tengah menggalakkan program Brigade Pangan (BP). Sebuah ikhtiar untuk mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan yang diharapkan menjadi langkah strategis untuk menggapai mimpi kemandirian pangan. Pendekatan terstruktur dan terintegrasi BP menjanjikan optimalisasi sumber daya dan teknologi, demi hasil signifikan dalam waktu singkat. Program ini menjadi bukti komitmen pemerintah untuk berinovasi, mencari solusi terbaik bagi ketahanan pangan nasional. Sinergi pusat dan daerah menjadi kunci keberhasilan. Bukan hanya sektor pertanian, tetapi juga keterlibatan TNI/Polri, PUPR, perbankan, Bulog, hingga petani sebagai penerima manfaat. Kolaborasi lintas sektor ini krusial, tapi seringkali menjadi titik lemah karena kurangnya komunikasi dan koordinasi. Untuk itu, dengan adanya koordinasi yang efektif, birokrasi yang ramping, dan transparansi menjadi prasyarat mutlak dalam mencapai tujuan.
ADVERTISEMENT
Sinergi program pertanian Brigade Pangan diwujudkan melalui pembentukan kelompok tani, kemitraan petani-swasta, dan peningkatan kapasitas SDM dengan pe ndampingan dan pelatihan. Sinergi kuat ini mengakselerasi peningkatan produksi, pendapatan petani, dan ketahanan pangan.
Kementerian Pertanian (Kementan) menjalin sinergi yang erat dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mendukung program swasembada pangan. Sinergi ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari TNI dan Polri yang berperan dalam pengamanan dan pendampingan, perbankan yang menyediakan dukungan pembiayaan, sektor swasta yang berkontribusi dalam inovasi dan teknologi, hingga gabungan kelompok tani (gapoktan) dan kelompok tani (poktan) yang menjadi ujung tombak di lapangan. Kolaborasi yang solid antar berbagai pihak ini menjadi kunci keberhasilan program untuk mencapai swasembada pangan.
Sinergi lintas sektor dari hulu hingga hilir diharapkan bukan sekadar jargon semata, tetapi menjadi pondasi utama mencapai keberhasilan. Untuk itu, mari kita rajut kolaborasi yang solid dengan membangun kesadaran kolektif, dan menguatkan semangat gotong royong. Dengan aksi nyata dan komitmen bersama, swasembada pangan akan menjadi realitas yang akan kita genggam.
ADVERTISEMENT
Ditulis oleh Imam Bayu Priyatno yang dikutip dari berbagai sumber