Konten dari Pengguna

Perjuangan Hidup Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis) di Pegunungan Sampah

Muhammad Imam Fadila
Dosen Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Universitas Mulawarman
3 Januari 2025 15:17 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Imam Fadila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masalah lingkungan memang selalu relevan untuk dibahas. Salah satu kasus menarik adalah kuntul kerbau (Bubulcus ibis) yang mencari makan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Walaupun sampah tidak dibuang secara sembarangan, namun masalah ini masih belum sepenuhnya teratasi. Pembuangan sampah di TPA ternyata dapat memengaruhi kehadiran satwa liar untuk mencari sumber makanan.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini sebenarnya bukan hal baru. Pada tahun 1970-an, kejadian serupa tercatat di Amerika Serikat. Saat itu, sistem pengelolaan sampah masih sangat sederhana, yakni membuang sampah dalam jumlah besar di area terbuka (open dumping). Kondisi ini mirip dengan yang terjadi di banyak negara berkembang saat ini termasuk Indonesia. Hampir 90% pembuangan sampah di lahan terbuka. Keterbatasan anggaran untuk infrastruktur menjadi salah satu alasan utamanya.
Kuntul kerbau mencari makan di Tempat Pembuangan Akhir (dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Kuntul kerbau mencari makan di Tempat Pembuangan Akhir (dokumen pribadi)
Sedikit yang mengetahui bahwa burung air ini mempunyai kebiasaan unik yang berbeda dari kawanan jenis kuntul lainnya. Burung ini lebih menyukai makan serangga daripada ikan. Tidak hanya itu, burung air ini juga dapat memangsa katak, kadal, laba-laba, atau bahkan cacing. Selain itu, burung air ini pandai memanfaatkan situasi untuk dapat mencari makan dimana saja termasuk TPA. Kemampuan ini membuatnya mudah beradaptasi di berbagai lingkungan.
ADVERTISEMENT
TPA dapat menyediakan makanan dalam jumlah yang melimpah bagi kuntul kerbau. Hal ini jauh lebih mudah untuk mendapatkan mangsa dibandingkan pada habitat alaminya. Sampah organik membuat banyak ditemukan beberapa jenis belatung dan juga lalat rumah (Musca domestica) yang kemudian menjadi makanan utama burung ini.
Menariknya lagi, burung ini dapat terbang jauh sampai ribuan kilometer untuk mencari makan. Kemampuan ini memungkinkan burung ini untuk mencari makanan jauh dari lokasi bersarang. Apabila burung menempuh jarak yang jauh untuk mencari makan, hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa habitat tempat bersarangnya tidak lagi mampu menyediakan kebutuhan makanan yang cukup.
Meskipun TPA memudahkan kuntul kerbau dalam menemukan makanan, ternyata ada bahaya yang mengancam. Burung ini rentan terkena paparan logam berat dari limbah. Penelitian juga mengungkapkan bahwa paparan tersebut dapat mempengaruhi kemampuan reproduksi kuntul kerbau, seperti menipisnya cangkang telur yang dapat menyebabkan kegagalan dalam proses bertelur.
Kuntul kerbau berburu makan di Tempat Pembuangan Akhir (dokumen pribadi)
Berbeda dengan ketentuan sebelumnya, kuntul kerbau kini tercatat sebagai salah satu burung yang dilindungi berdasarkan aturan terbaru dalam Permen LHK No. 106 Tahun 2018. Namun, melalui evaluasi terbaru, pemerintah memutuskan untuk mengeluarkan burung ini dari daftar satwa yang dilindungi.
ADVERTISEMENT
Populasinya yang masih cukup besar dan penyebarannya yang luas membuat burung air ini tidak masuk dalam kategori terancam punah. Meskipun demikian, tetap perlu menjaga kelestarian kuntul kerbau. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengelolaan sampah yang lebih efektif dan ramah lingkungan, seperti penerapan teknologi pengelolaan limbah yang lebih modern (sanitary landfill) agar dapat meminimalisir pencemaran dan mengurangi risiko bagi kuntul kerbau.