Konten dari Pengguna

Banyak Sarjana Tetapi kok jadi Pengangguran?

Imam Mawardi
Mahasiswa Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang
12 Januari 2023 17:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Imam Mawardi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi sarjana. sumber foto oleh Ron Lach : https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-mencari-mahasiswa-memegang-9829479/
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi sarjana. sumber foto oleh Ron Lach : https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-mencari-mahasiswa-memegang-9829479/
ADVERTISEMENT
Pengangguran sudah menjadi fenomena yang tidak asing bagi kita. Dari dulu sejak kita menempuh pelajaran baik sd sampai kuliah, kita pasti selalu diingatkan oleh orang tua kita bahwa belajar dapat memberikan kita kehidupan yang jauh lebih baik. Begitu gambaran orang tua pada anak-anak maupun kalangan muda. Kita dituntut untuk menempuh studi setinggi - tingginya dan kalau bisa sampai pada tingkat sarjana karena tuntutan untuk mendapat jaminan pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Namun, yang dibayangkan berbeda dengan kenyataan. Pada data Badan Pusat Statistik tahun 2022 tepatnya pada bulan februari, Ada sekitar 884.769 orang yang menjadi pengangguran terbuka pada jenjang universitas atau sekitar 10% dari total keseluruhan pengangguran terbuka berdasarkan pendidikan tertinggi yang di tamatkan. Masih relatif cukup besar untuk Indonesia.
Sebenarnya apa yang kurang dari sarjana kita sehingga banyak yang masih menganggur padahal memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Ada beberapa alasan yang menjadi penyebab utama dari fenomena ini yaitu :
Ego dari para sarjana rata-rata menginginkan pekerjaan yang memiliki gaji tinggi dan setingkat perusahaan. Padahal kebanyakan perusahaan memiliki tingkat seleksi yang cukup ketat. Akhirnya, banyak juga yang tertolak dan berakhir tidak memiliki pekerjaan. Pada dasarnya gaji dapat secara bertahap meningkat. Sebenarnya baik untuk mengincar posisi yang tinggi akan tetapi kita harus sadar dengan kemampuan. Ada baiknya untuk mencari posisi yang sewajarnya tetapi dimaksimalkan daripada posisi tinggi tapi tidak diterima.
ADVERTISEMENT
sumber ilustrasi Foto oleh Jopwell: https://www.pexels.com/id-id/foto/sekelompok-orang-yang-duduk-di-dalam-ruangan-2422294/
Kemampuan soft skill juga mempengaruhi presentasi diterimanya pekerjaan. Keahlian ini seperti komunikasi, keahlian presentasi, kreativitas ,dll. Kemampuan ini tidak bisa kita peroleh lewat pendidikan formal dan hanya bisa kita peroleh dari pengalaman kita sendiri. Sebagai contoh, ketika kita berperan sebagai pemimpin rapat organisasi maka kita harus sepintar mungkin merangkai kata agar para peserta rapat dapat mengikuti maka dalam hal ini soft skill komunikasi sangat berperan penting. Sama halnya ketika kita diwawancarai oleh interviewer ketika memaparkan keahlian diperlukan soft skill yaitu kemampuan komunikasi supaya penilai dapat menerima gagasan kita dan lulus seleksi karyawan.
Pada dasarnya, setiap lulusan sarjana pasti memiliki keahlian dan karena itu juga kita bisa lulus. Para alumni sarjana akan lebih mudah diterima dibanding jenjang lainnya. Walaupun ada tahap seleksi, kita sudah memiliki nilai tambah tersendiri karena merupakan lulusan perguruan tinggi. Oleh karena itu, kita harus lebih percaya diri dalam melamar pekerjaan. Kegagalan pada satu lamaran kerja bukan berarti gagal pada yang lainnya. Baiknya kita terus mencoba di tempat lain karena peluang datang pada orang yang ingin mencari.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia kerja tidak heran jika banyak yang akan tidak diterima. Tetapi, bukan berarti kita tidak bisa memperoleh penghasilan. Banyak cara untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah salah satunya dengan membuka usaha. Banyak sekali sarjana yang kurang tertarik untuk membuka usaha biasanya karena gengsi atau malu ketika akan memulai. Memang, keinginan adalah hal utama dalam memulai suatu hal tetapi jika menunggu keinginan itu muncul maka akan banyak waktu yang terbuang .
Banyak orang menganggur dikarenakan dirinya sendiri. Para sarjana sebenarnya memiliki ilmu yang tinggi dan merupakan tenaga kerja unggulan. Tetapi tingginya ego, kurangnya soft skill dan rendahnya keinginan untuk mencari peluang menjadi penyebab utama banyaknya pengangguran di Indonesia. Ketika lapangan kerja sudah penuh maka bukan berarti harus menganggur menunggu lapangan kerja ada tapi ada baiknya mencoba untuk melakukan usaha sendiri. Ide kreatif yang dimiliki harusnya bisa menjadi pembuka lapangan kerja baru bagi orang lain. Membuka jalan kerja bagi orang lain lebih baik daripada hanya menjadi karyawan.
ADVERTISEMENT