Konten dari Pengguna

Wahyu, Ilham, dan Ta'lim: Jalan Pengetahuan dari Sang Pencipta

Imam Samudra
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
26 September 2024 15:14 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Imam Samudra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi Al-Qur'an dan Tasbih/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Al-Qur'an dan Tasbih/shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wahyu sebagai salah satu bentuk komunikasi ilahi, tidaklah asing dalam pemikiran umat beragama. Dalam Islam, wahyu dipandang sebagai pernyataan tertinggi dari Allah kepada manusia, yang disampaikan melalui utusan-Nya, yaitu para nabi dan rasul.
ADVERTISEMENT
Adalah suatu bentuk keliru jika kita membatasi wahyu hanya sebatas fenomena masa lalu. Allah Maha Kuasa untuk memilih hamba-hamba-Nya yang memiliki kesucian jiwa dan keluhuran fitrah untuk menerima wahyu. Mereka ini, dengan kesiapan mental dan spiritualnya, mampu menerima ilham dan petunjuk langsung dari Yang Maha Tinggi.
Di dalam kitabnya Mabahits fi 'Ulum al-Qur'an, Syaikh Manna Al-Qaththan menjelaskan bahwa turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad melalui berbagai tahap, mulai dari fase ketika beliau mengalami ketakutan saat pertama kali menerima wahyu di Gua Hira, hingga proses pewahyuan yang berlangsung secara bertahap selama 22 tahun.
Wahyu diturunkan melalui perantara Malaikat Jibril dalam bentuk ayat-ayat Al-Qur'an, yang menjadi pedoman bagi umat Islam sepanjang zaman. Al-Qatthan menegaskan bahwa wahyu adalah bentuk khusus dari pengetahuan yang tidak bisa dicapai melalui usaha manusia, tetapi diberikan langsung oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih.
ADVERTISEMENT
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun manusia terus maju dalam pengetahuan ilmiah, ada dimensi keilmuan lain yang hanya bisa dijangkau melalui wahyu, yaitu pengetahuan tentang perkara gaib dan petunjuk hidup yang sempurna.
Wahyu adalah konsep yang sangat penting dalam Islam karena melalui wahyu, Allah SWT menyampaikan petunjuk, hukum, dan bimbingan kepada manusia. Sepanjang sejarah, wahyu menjadi sarana utama untuk menghubungkan antara manusia dengan Sang Pencipta.
Wahyu bukan hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad tetapi telah diturunkan juga kepada nabi-nabi sebelumnya. Allah SWT berfirman, “sesungguhnya, kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan kami telah mewahyukan pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan kami telah memberikan kitab Zabur kepada Daud. Dan ada beberapa rasul yang kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya dan beberapa rasul (lain) yang tidak kami kisahkan Mereka kepadamu. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung.”(An-Nisa: 163-164).
ADVERTISEMENT
Untuk mendapatkan pemahaman secara komprehensif terkait wahyu, maka dalam tulisan ini akan dibahas beberapa tema pokok termasuk pengertian wahyu, macam-macam penyampaian wahyu, macam-macam cara turun wahyu kepada Rasulullah saw, serta perbedaan antara wahyu, ilham, dan ta’lim.
Pengertian Wahyu
Menurut Al-Asfahani dalam Mufrad Gharib Al-Qur'an seperti yang dikutip oleh Anhar Anshory, kata (وحي) bermakna isyarat yang cepat. Wahyu memiliki dua ciri utama, Wahyu adalah bentuk masdar (infinite) yang berarti samar dan cepat maka secara etimologis kata wahyu sering diartikan sebagai permakluman secara samar, cepat dan terbatas hanya kepada orang yang diinginkan, tanpa diketahui oleh orang lain.
Sebagaimana telah diketahui bahwa penerima wahyu adalah makhluk fana, sedangkan yang memberi adalah Allah yang maha ghaib, dan ada pula yang menjadi perantara antara penerima dengan sang pemberi adalah malaikat Jibril (makhluk gaib).
ADVERTISEMENT
Syaikh Manna Al-Qathan menjelaskan makna wahyu di dalam kitabnya yang berjudul Mabahits fi Ulumil Qur’an. "wahaytu ilahi wa awhaytu", artinya aku membicarakan sesuatu kepadanya yang tidak diketahui yang lain. Wahyu adalah isyarat cepat melalui pembicaraan dalam bentuk simbol dan kiasan, atau mungkin berupa suara saja, atau isyarat dengan sebagian tubuh.
Wahyu secara etimologi (bahasa) mencakup beberapa hal:
Pertama: pemberitahuan atau petunjuk untuk manusia yang bersifat fitrah, seperti Ilham yang disampaikan kepada ibu Musa.
Kedua: petunjuk untuk hewan yang bersifat naluri, seperti Ilham untuk lebah.
Ketiga: isyarat cepat dalam bentuk simbol, seperti isyarat yang disampaikan Zakariya.
Keempat: bisikan dan godaan setan yang menghiasi keburukan di dalam jiwa manusia.
Kelima: Wahyu yang disampaikan Allah kepada malaikat-malaikat Nya terkait suatu perintah.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian Wahyu memiliki beberapa bahasa sesuai dengan konteks yang disampaikan kepada penerima.
Sedangkan menurut Muhammad Abduh dalam Risalah At-Tauhid mendefinisikan wahyu sebagai pengetahuan yang didapatkan seseorang dari dirinya disertai keyakinan bahwa pengetahuan tersebut berasal dari Allah, baik dengan suatu perantara maupun tidak.
Sementara itu di dalam buku Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir karya Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Wahyu menurut bahasa ialah isyarat yang cepat dengan tangan dan sesuatu isyarat yang dilakukan bukan dengan tangan. Juga bermakna surat dan tulisan. Dan memiliki beberapa makna yang dipakai dalam konteks yang berbeda-beda.
Adapun Wahyu menurut istilah adalah: Kalam Allah yang diturunkan kepada salah seorang nabi-Nya. Wahyu menurut istilah ialah sebutan bagi sesuatu yang dituangkan dengan cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabi Nya. Maksudnya adalah Allah yang langsung memberikan pengetahuan kepada orang-orang yang yang terpilih baik secara langsung maupun tidak langsung.
ADVERTISEMENT
Sedangkan menurut kitab Pengantar Ulumul Qur'an karya Anhar Anshory menjelaskan bahwa Wahyu secara terminologi (istilah) terdapat beberapa pengertian antara lain
Wahyu adalah suatu pemberitahuan secara cepat dan tersembunyi dari Allah SWT kepada para Rasul, baik melalui perantara maupun tidak. Wahyu adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada para Nabi-Nya.
Wahyu adalah pengetahuan yang didapat seseorang didalam dirinya serta meyakini bahwa itu datang dari Allah baik dengan perantara maupun tidak.
Wahyu adalah sebutan bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah ke dalam dada Nabi-Nabi-Nya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Wahyu adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul Nya dengan cara-cara yang Allah kehendaki, baik melalui perantara maupun tanpa perantara.
ADVERTISEMENT
Macam-macam Penyampaian Wahyu
Di dalam kitab Pengantar Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, dan Mabahits Fi Ulumil Qur'an karya Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, dan Manna Al-Qathan menjelaskan bahwa wahyu yang telah disebutkan baik secara etimologi maupun terminologi ada juga tentang macam-macam penyampaian wahyu.
Pertama: Wahyu disampaikan kepada malaikat-malaikat Nya. Yaitu Pembicaraan berasal dari Allah, malaikat yang mendengarkan, dan rasa takut dan mencekam yang ditimbulkan.
Kedua: Wahyu disampaikan kepada para nabi-nabi Nya.
Syaikh Manna Al-Qathan mengatakan bahwa cara penyampaian Wahyu kepada para nabi-nabi Nya ada 2 cara yaitu.
Cara pertama: melalui perantara malaikat jibril, malaikat yang bertugas untuk menyampaikan wahyu.
Cara kedua: Allah menyampaikan wahyu kepada para nabi-nabi tanpa perantara.
Cara Allah menyampaikan wahyu kepada para Nabi-nabi Nya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan kitab Pengantar Ilmu Al-Qur'an karya Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy bahwa Allah SWT. Menerangkan dalam Al-Qur'an, jalan-jalan memberitahukan apa yang dikehendaki kepada Nabi-nabi Nya. Ada 3 cara bagaimana Allah menghendaki apa yang ingin diberitahukan.
Pertama: memberitahukan dengan tidak memakai perantara.
Kedua: memberitahukan melalui perantara malaikat yang dinamai Ar-Ruh Al-Amin.
Ketiga: Allah menanamkan rasa ketenangan kepada para nabi serta menghilangkan kebimbangan nabi. Ketika nabi tenang maka jarak antara lahiriah dan batiniah terbuka. Dari sana nabi dapat memahami pesan inti dari Allah yaitu berupa wahyu.
Cara Allah Menyampaikan Wahyu kepada Nabi Muhammad Saw.
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy di dalam kitabnya Pengantar ilmu Al-Qur'an dan Tafsir menyebutkan bahwa ada beberapa cara bagaimana Allah menyampaikan Wahyu kepada Nabi Muhammad Saw.
ADVERTISEMENT
Menurut pemeriksaan para ahli bahwa Nabi Muhammad Saw. Telah menerima wahyu dengan beberapa cara. Al-Iraqi dalam Thart At-Tatsrib, bahwa As-Suhaily mengumpulkan dalam kitabnya Ar-Raudh Al-Anif terdapat 7 cara Wahyu yang diterima Nabi.
Pertama: melalui mimpi
Kedua: dihembuskan kedalam jiwa nabi perkataan yang dimaksudkan
Ketiga: gemerincing suara lonceng yang sangat keras.
Keempat: malaikat menyerupai dirinya sebagai seorang lelaki.
Kelima: malaikat Jibril memperlihatkan dirinya kepada nabi dalam rupa aslinya yang mempunyai ratus sayap.
Keenam: Allah menyampaikan wahyu dari belakang hijab.
Ketujuh: malaikat Israfil membawa beberapa kalimat wahyu, sebelum malaikat Jibril datang membawa wahyu Al-Qur'an.
Selain itu di dalam kitab Pengantar Ilmu Al-Qur'an karya Anhar Anshory mengatakan bahwa selain ketujuh diatas ada satu tambahan lagi terkait dengan turunnya Wahyu kepada Nabi yaitu bagaikan suara lebah.
ilustrasi seseorang sedang belajar/ shutterstock
Perbedaan Wahyu, Ilham, dan Ta'lim
ADVERTISEMENT
Tiga konsep yang tersebut sering dibahas dalam literatur Islam terkait dengan bentuk-bentuk pengetahuan yang diterima manusia.
Wahyu: Seperti yang telah dijelaskan, wahyu adalah kalam Allah yang disampaikan khusus kepada nabi-nabi-Nya melalui perantara atau tanpa perantara. Wahyu memiliki sifat otoritatif dan menjadi dasar hukum dan petunjuk bagi umat manusia.
Ilham: Ilham adalah pengetahuan atau inspirasi yang diberikan oleh Allah kepada manusia biasa, bukan nabi, untuk memahami sesuatu atau mendapatkan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan wahyu, ilham tidak memiliki kekuatan hukum dan tidak dianggap sebagai sumber syariat.
Ta'lim: Ta'lim adalah bentuk pengetahuan yang diperoleh manusia melalui pembelajaran dan pengajaran, baik melalui pengalaman pribadi maupun belajar dari orang lain. Ta'lim merupakan bentuk usaha manusia dalam mendapatkan pengetahuan, sedangkan wahyu dan ilham datang langsung dari Allah.
ADVERTISEMENT
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy di dalam bukunya yang berjudul Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir menjelaskan bahwa perbedaan Wahyu, Ilham dan ta'lim yaitu.
Perbedaan Wahyu dengan IlhamIlham
Sebagian ulama mengatakan bahwa Ilham adalah Allah menuangkan suatu pemahaman dan pengetahuan kedalam jiwa seseorang, dan orang yang mendapatkan Ilham meyakini bahwa itu datang dari Allah. Ilham itu ialah kasyaf ma'nawi “(tindakan seseorang untuk mendapatkan cahaya pengetahuan agar dapat memahami sifat-sifat Allah dan keindahan Nya)”.
Adapun Wahyu adalah kasyaf syududy sekaligus mengandung kasyaf maknawi karena itu hasil dari menyaksikan malaikat yang menyampaikan dan mendengar tutur yang disampaikan kepada orang-orang terpilih.
Dengan kata lain Ilham bisa disebut sebagai suatu perasaan halus yang diyakini jiwa dan terdorong untuk mengerjakan nya tanpa peduli dari mana asal datang nya.
ADVERTISEMENT
ilustrasi seseorang sedang memikirkan banyaknya buku yang harus dibaca dan dipahami/ shutterstcok
Perbedaan antara Ilham dan Ta'lim
Ta'lim (memberi pelajaran) bersandar pada pengetahuan dan penyelidikan. Sedangkan Ilham tidak disandarkan dan tidak pula bersandar kepada pengetahuan, maksudnya ialah hasil dari seseorang yang menyelami dalil-dalil agama, goresan-goresan hati yang diciptakan Allah dalam jiwa orang yang berakal lalu ia sadar dan memahami apa yang dimaksud dari Ilham tersebut.
Oleh karena itu kesimpulannya adalah Wahyu dan Ilham datang langsung dari Allah sedangkan ta'lim datang dengan usaha sendiri maupun dengan cara belajar dari orang lain.
Cara-cara turunnya wahyu yang dijelaskan oleh Manna' Al-Qathan menunjukkan betapa kompleks dan luar biasanya proses pewahyuan dalam Islam. Proses ini melibatkan berbagai media, baik langsung maupun tidak langsung, yang menunjukkan keagungan wahyu dan keterkaitannya dengan dimensi gaib.
ADVERTISEMENT
Dengan berakhirnya kenabian, turunnya wahyu dalam bentuk formal telah terhenti, tetapi petunjuk dan arahan ilahi tetap tersedia melalui Al-Qur'an dan Sunnah. Di zaman modern, memahami proses turunnya wahyu mengingatkan kita bahwa ilmu pengetahuan dan spiritualitas bukanlah dua hal yang bertentangan.
Justru pemahaman akan wahyu semakin memperkaya jiwa dan mengarahkan manusia pada jalan kebenaran yang tidak bisa dicapai hanya dengan akal semata. Wahyu mengangkat manusia dari keterbatasan dunia fisik menuju pemahaman yang lebih tinggi tentang makna hidup dan keberadaan Allah yang Maha Agung.