Konten dari Pengguna

Andong, Ikon Transportasi Jogja Yang Tetap Bertahan di Tengah Modernisasi

Imas Nasya fitri
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
23 Januari 2025 16:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Imas Nasya fitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pribadi
ADVERTISEMENT
Yogyakarta, kota yang dikenal dengan kekayaan budaya dan tradisinya, memiliki salah satu ikon transportasi yang unik dan khas yaitu andong. Kereta kuda tradisional ini bukan hanya alat transportasi, tetapi juga simbol dari kehangatan budaya Jawa yang terus hidup di tengah arus modernisasi.
ADVERTISEMENT
Meski zaman telah berubah dengan kehadiran berbagai moda transportasi modern, seperti ojek online, bus Trans Jogja, hingga mobil listrik, andong tetap bertahan dan memiliki tempat istimewa di hati masyarakat maupun wisatawan.Andong memiliki akar sejarah yang panjang di Yogyakarta.
Awalnya, andong digunakan oleh keluarga bangsawan dan pejabat kerajaan sebagai alat transportasi pribadi. Seiring waktu, fungsi andong bergeser menjadi alat transportasi umum yang melayani masyarakat luas.
Kini, andong tidak hanya menjadi sarana transportasi, tetapi juga daya tarik wisata yang memperkaya pengalaman para pelancong yang berkunjung ke Yogyakarta.Andong umumnya dapat ditemukan di kawasan Malioboro, Alun-Alun Utara, dan sekitar Keraton Yogyakarta. Keberadaan andong di tempat-tempat ini memperkuat kesan tradisional dan budaya Jawa yang khas.
ADVERTISEMENT
Desain andong pun khas, dengan ornamen-ornamen Jawa yang memperindah tampilannya, lengkap dengan kuda-kuda yang dirawat dengan baik oleh para kusir.Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat, andong menghadapi berbagai tantangan untuk tetap bertahan.
Salah satu tantangan terbesar adalah persaingan dengan transportasi modern yang lebih cepat dan efisien. Misalnya, ojek online kini menjadi pilihan utama masyarakat karena kemudahannya dalam memesan melalui aplikasi dan kecepatannya dalam mencapai tujuan.
Selain itu, perawatan andong dan kuda juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Para kusir andong harus menyediakan anggaran untuk pakan kuda, perawatan kesehatan, dan pemeliharaan kereta. Di sisi lain, pendapatan dari mengemudikan andong tidak selalu stabil, terutama di musim sepi wisatawan.
Bagi banyak wisatawan, naik andong adalah pengalaman yang tak terlupakan. Najwa, seorang wisatawan yang sedang berstaditur di Yogyakarta yang berasal dari Bandar Lampug, mengungkapkan kesannya setelah mencoba naik andong di Malioboro. “Rasanya seperti kembali ke masa lalu. Naik andong memberikan saya kesempatan untuk menikmati suasana Yogyakarta dengan cara yang berbeda. Lambat, tapi santai dan menyenangkan. Saya dan teman-temaan juga sangat menikmati pengalaman ini,” ujarnya, Rabu (15/01/2025).
ADVERTISEMENT
Selain itu, andong juga menjadi pilihan wisata edukasi yang sangat menarik bagi keluarga yang ingin mengenalkan budaya Jawa kepada anak-anak mereka. Banyak orangtua, seperti Suwati, yang merasa bahwa pengalaman menaiki andong adalah cara yang sempurna untuk mengajarkan generasi muda tentang pentingnya menjaga dan menghargai tradisi.
Saya ingin anak-anak saya memahami bahwa teknologi modern bukan satu-satunya cara untuk menikmati hidup. Ada nilai budaya dan tradisi yang harus mereka kenali, pelajari, dan hargai. Dengan naik andong, mereka bisa merasakan bagaimana kehidupan di masa lalu dan melihat langsung betapa kayanya budaya Jawa yang penuh makna” ujar Suwati, Rabu (15/01/2025).
Namun demikian, terdapat pula sejumlah penumpang yang mengungkapkan keluhan terkait tarif andong yang dianggap lebih mahal jika dibandingkan dengan transportasi modern seperti ojek online. “Kalau dibandingkan dengan ojek online, memang harganya jauh lebih mahal. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kita harus melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.
ADVERTISEMENT

Andonng sebagai alat transportasi tradisional

Andong bukan sekadar alat transportasi biasa untuk berpindah tempat, melainkan bagian dari pengalaman wisata yang unik dan tak tergantikan. Jadi, kalau saya pribadi, meskipun lebih mahal, saya merasa tarifnya masih cukup sepadan dengan nilai pengalaman yang didapat,” ujar Yasmin, seorang wisatawan asal Malang yang tengah menikmati liburannya di Yogyakarta, Rabu (15/01/2025).
Para kusir andong, yang sehari-hari menggantungkan hidupnya dari profesi ini, memiliki cerita dan pandangan tersendiri. Ardi, salah satu kusir andong yang sudah 5 tahun menjalani profesi ini, mengungkapkan rasa bangganya. “Andong bukan sekadar alat transportasi, tapi warisan leluhur. Saya merasa punya tanggung jawab untuk melestarikannya,” tuturnya, Rabu (15/01/2025).
Meski demikian, Ardi tidak menutup mata terhadap tantangan yang dihadapi. “Sekarang lebih sepi dibandingkan dulu. Tapi, alhamdulillah, masih ada wisatawan yang tertarik. Pemerintah juga sering mengadakan acara yang melibatkan andong, jadi kami tetap ada penghasilan,” ujarnya, Rabu (15/01/2025).
ADVERTISEMENT
Para kusir andong di Yogyakarta telah melakukan berbagai langkah untuk melestarikan andong. Salah satunya adalah dengan menetapkan tarif standar untuk perjalanan menggunakan andong, sehingga baik penumpang maupun kusir merasa diuntungkan. Selain itu, mereka juga mengikuti pelatihan yang disediakan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada wisatawan.
Para kusir andong juga berupaya untuk memperkenalkan andong sebagai bagian dari wisata budaya yang lebih mendalam, dengan menyediakan informasi tentang sejarah dan filosofi di balik keberadaan andong itu sendiri. Mereka berusaha mengedukasi wisatawan mengenai makna dan peran andong dalam budaya Jawa, serta pentingnya pelestarian tradisi tersebut.
Selain itu, beberapa kusir andong juga mulai memanfaatkan platform digital untuk memudahkan wisatawan dalam memesan layanan andong. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, mereka berharap bisa menarik lebih banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, yang ingin merasakan pengalaman berkendara dengan cara tradisional ini.
ADVERTISEMENT
Dalam upaya melestarikan keberadaan andong, para kusir andong secara mandiri telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga kelangsungan profesi mereka. Salah satunya adalah dengan mengikuti program pelatihan yang mengajarkan keterampilan dalam pelayanan kepada wisatawan dan perawatan kuda.
Selain itu, mereka juga aktif mempromosikan andong secara pribadi, melalui saluran-saluran yang dapat menjangkau lebih banyak wisatawan, baik secara langsung di tempat-tempat wisata terkenal seperti Malioboro maupun melalui media sosial dan platform digital
Langkah ini diambil untuk memperkenalkan andong sebagai bagian dari pengalaman wisata yang unik dan menarik, serta untuk menarik perhatian lebih banyak pengunjung yang ingin menikmati sensasi berkendara dengan cara tradisional.
Seiring berjalannya waktu, andong mungkin akan terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman, namun satu hal yang pasti keberadaannya akan selalu menjadi bagian dari wajah tradisi Yogyakarta yang tak lekang oleh waktu.
ADVERTISEMENT