Drama dan Sandiwara

Muhammad Ibnu Shina
Mahasiswa Sastra Indonesia - Universitas Pamulang Tukang tidur, ngopi dan berkhayal.
Konten dari Pengguna
21 Desember 2022 15:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ibnu Shina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada awalnya, drama merupakan sebuah bentuk upacara keagamaan yang dilakukan oleh para pemuka agama. Mereka menyembah dewa-dewa dengan mengumandangkan kidung pujian-pujian. Lambat laun, upacara tersebut berkembang menjadi doa dan cerita.
ADVERTISEMENT
Drama memiliki dua arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas, drama merupakan sebuah pertunjukan yang mengandung cerita di depan banyak orang. Dalam arti sempit, drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan di atas panggung, disajikan dalam bentuk dialog dan gerak beradasarkan naskah, didukung tata lampu, tata panggung, tata musik, tata rias, dan tata busana.
Sebagaimana yang kita ketahui, drama juga merupakan gambaran kehidupan nyata yang dipertontonkan. Tentunya, drama tidak sembarangan mempertontonkan sesuatu, melainkan drama sudah pasti bermaksud untuk menyampaikan nilai-nilai moral kepada masyarakat luas.
Semua definisi, struktur, bentuk, sejarah, dan lain-lain soal drama, bisa anda cari sendiri di dalam buku-buku ilmiah atau berbagai literatur. Kini, penulis akan mengajak pembaca sekalian untuk sedikit berbicara agak ‘nyeleneh’ namun tetap berkaitan dengan drama.
ADVERTISEMENT
Drama identik dengan sandiwara. Sebab di dalam drama, memang dibutuhkan sebuah dramatisasi untuk lebih dapat menghidupkan pertunjukan. Sandiwara di dalam drama memang sudah menjadi hal biasa, namun apa anda pernah membayangkan atau memikirkan bahwasanya kita pun sering bersandiwara di dalam kehidupan nyata ini.
Tidak semua orang pandai bermain drama atau teater, sebab tak semua orang mampu atau berbakat dalam bidang tersebut. Bermain teater memerlukan tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Mereka harus dapat mampu membuat sesuatu lebih dramatis yang sebenarnya dalam kehidupan nyata itu sesuatu yang biasa saja.
Namun, sadarkah anda bahwasanya dalam realitas hidup ini malah lebih banyak orang-orang yang mempraktikkan drama. Bahkan, kalau mau disadari, manusia di dalam kehidupan nyata terkadang lebih dramatis dibandingkan para pemeran di dalam teater itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Begitu sulit menemukan titik sandiwara di dalam kehidupan nyata sebab peran sandiwara yang dimainkan oleh banyak manusia tersebut begitu sempurna, sehingga terlihat begitu nyata. Untuk apa sandiwara atau seni drama ini dimainkan oleh para manusia di dalam realitas hidup?
Ya, tentunya untuk memperoleh kepentingan tertentu. Terkadang di beberapa keadaan atau tempat tertentu, manusia harus memasang wajah palsu untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia harus memasang wajah senyum, walau hatinya hancur. Ataupun sebaliknya, ia terkadang memilih memasang wajah murung, padahal hatinya menari-nari.
Sandiwara, hahaha. Mungkin terlalu banyak sandiwara atau drama yang kita temukan dalam realitas hidup ini. Sehingga, membuat orang-orang menjadi tak terlalu minat atau tertarik pada pertunjukan drama (teater). Beberapa orang menganggap teater begitu terlihat sekali kebohongannya. Padahal jika dikaji, teater memiliki begitu banyak pesan moral yang bisa diambil pelajaran.
ADVERTISEMENT
Namun, nampaknya beberapa orang di zaman sekarang lebih tertarik melakukan atau menonton drama yang terjadi di dalam realitas hidup. Sebab, akting yang dilakukan para pemeran drama di dalam kehidupan nyata lebih realistis, dan membuat kita mendapat sensasi menyenangkan, dibandingkan para pemeran teater di panggung.
Salah satu contoh drama dalam realitas hidup adalah ketika kita menyaksikan berita di televisi yang menampilkan wajah seorang calon pejabat yang sedang berpidato. Dengan berapi-api ia berbicara bahwa dirinya itu kotor, bengis dan akan melakukan korupsi ketika sudah menjabat, namun ketika sudah berhasil menjabat ia menjadi pemimpin yang baik hati dan bijaksana, tak pernah korupsi, dan selalu mementingkan rakyat.
Atau ketika kita sebagai mahasiswa mendapat tugas dari dosen, lalu kita kerjakan dengan pikiran kita, tetapi kita mengaku memplagiasi milik orang lain. Atau ketika dosen memberikan nilai sesuai dengan kualitas mahasiswanya, tetapi mengaku memberikan nilai dengan asal tembak. Bukankah itu semua juga drama? Haha.
ADVERTISEMENT
Dramatis sekali bukan hidup ini? Huehehehe.
Begitulah drama. Sandiwara. Hahaha. Ya, semoga pembaca sekalian mengerti apa maksud penulis. Maaf atas segala kekurangan sebab kemampuan penulis dalam menulis masih perlu banyak belajar. Atau bisa jadi penulis tengah melakukan drama dalam setiap kata yang penulis tulis dengan pura-pura pintar atau pura-pura bodoh. Ya, begitulah drama. Sandiwara. Hidup ini panggung sandiwara. Hahaha.