Perjalanan Pandawa Lima Mendaki Gunung Semeru

Muhammad Ibnu Shina
Mahasiswa Sastra Indonesia - Universitas Pamulang Tukang tidur, ngopi dan berkhayal.
Konten dari Pengguna
21 Desember 2022 14:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ibnu Shina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Kita selaku masyarakat Indonesia pasti tidak asing lagi dengan kisah pandawa lima yang terdapat dalam kitab Mahabharata. Kisah pandawa lima banyak dangkat dan ditampilkan oleh para penggiat seni di Indonesia. Panwa lima sendiri dalam dunia perwayangan selalu dianggap tokoh baik dan heroik. Pandawa lima sendiri memiliki lima tokoh yang terdiri dari Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa.
ADVERTISEMENT
Pandawa lima juga mewakili watak dan sifar manusia. Yudhistira mempunyai watak selalu berbicara jujur sehingga dia menjadi orang yang dapat dipercaya. Bima memiliki kepribadian yang pemberani, gagah perkasa dan sayang pada adik-adiknya. Arjuna yang pandai dalam memanah dan memiliki wajah yang sangat tampan sehingga dia memiliki banyak istri dan yang paling terkenal adalah subara dan srikandi. Kemudian ada Nakula yang memiliki keistimewaan yaitu ingatan yang tidak terbatas, lalu Sadewa yang memiliki kesaktian penglihatan masa depan dan juga sangat cerdas.
Di akhir kisah pandawa lima terdapat peristiwa yang sangat menarik, yaitu pandawa lima melakukan perjalanan mendaki gunung Semeru. Yang tentunya memiliki banyak makna filosofis yang dapat diambil pelajaran untuk kehidupan.
Awal mula cerita tersebut dimulai ketika Yudhistira yang merasa bahwa inilah saatnya untuk meninggalkan kehidupan duniawi dan berniat mengembara mendaki ke puncak Mahameru. Mengetahui hal tersebut keempat saudaranya yakni Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa merasa harus ikut serta dalam pengembaraan sang kakak tertua termasuk sang istri drupadi yang bertekad ikut walaupun sempat dicegah sang suami.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan mereka berenam bertemu dengan seekor anjing putih yang akhirnya ikut dalam perjalanan mereka ke puncak Mahameru. Dalam perjalanan yang mereka tempuh ke puncak Mahameru, semakin tinggi udara semakin menipis dan angin pun semakin kencang, hal tersebut membuat Drupadi tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan dan harus di bantu Bima. Meskipun telah di bantu oleh Bima, Drupadi tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan dan meninggal sebelum sampai tujuan. Ternyata penyebab Drupadi tidak bisa mencapai puncak adalah karena sebenarnya Drupadi lebih mencintai Arjuna daripada Yudhistira.
Setelah mengurus jenazah Drupadi, mereka melanjutkan perjalanan. Kemudian di dalam perjalanan Sadewa terlihat sangat kelelahan dan akhirnya meninggal juga sebelum mencapai puncak. Ternyata hal tersebut terjadi karena Sadewa merasa drinya yang paling cakap dari keempat saudaranya
ADVERTISEMENT
Kemudian mereka yang tersisapun melanjutkan perjalannya menuju puncak mahameru. Dalam perjalanan, tiba-tiba Nakula yang tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan dan ia pun meninggal juga sebelum mencapai puncak Mahameru. Hal ini terjadi karena Nakula menganggap bahwa dialah yang paling sakti di antara saudaranya yang lain
Mereka yang tersisapun terus melanjutkan perjalanan setelah mengurus jasad Nakula. Dan di dalam perjalanan, tak berapa lama Arjuna tampak kelelahan dan tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan dan akhirnya tewas juga seperti saudara yang lainnya. Hal ini dikarenakan Arjuna yang menganggap dirinya paling tampan diantara saudaranya yang lain.
Dan sekarang hanya tersisa Yudhistira, Bima dan anjing putih. Ketika hampir sampai di puncak tiba tiba Bima sudah tidak sanggup lagi melangkahkan kakinya dan akhirnya dia pun menghembuskan nafas terakhirnya. Hal ini terjadi akibat Bima yang merasa dialah yang paling kuat dan perkasa di antara saudara-saudaranya yang lain.
ADVERTISEMENT
Sekarang tinggal Yudhistira sendiri yang masih tangguh untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak Mahameru bersama si anjing putih. Setelah mencapai puncak Ia melihat cahaya yang begitu terang. Lalu, cahaya tersebut menjelma menjadi Batara Indra.
Batara indra pun meyambut Yudhistira sebagai yang satu-satunya berhasil sampai ke puncak. Sampainya Yudhistira di puncak itu menandakan bahwasanya Yudhistira-lah yang memiliki budi pekerti luhur tanpa celah sedikit pun. Setelah itu Batara Indra mempersilahkan Yudhistira untuk masuk ke dalam kahyangan dengan jasad kasarnya. Namun, ia tidak rela jika si anjing yang menemani perjalanannya tidak diperkenankan untuk ikut bersamanya masuk ke kahyangan. Lalu, anjing yang menemani perjalanan itu pun berubah menjadi Batara Darma.
Ternyata anjing yang selama ini menemani perjalanan merupakan jelmaan Batara Darma yang mana ia bermaksud untuk menguji budi pekerti putra-putranya ketika melakukan pengembaraan mendaki gunung.
ADVERTISEMENT
Perjalanan mendaki gunung tersebut merupakan simbol dari perjalanan manusia menuju kesempurnaan sejati. Yang mana memang perjalanan tersebut adalah perjalanan panjang menuju sesuatu yang ada di atas (tinggi), yang mana tak sembarangan orang dapat mencapainya.
Kisah pandawa lima menggambarkan bahwasanya untuk dapat sampai kepada puncak kesempurnaan sebagai manusia yang pada hakikatnya adalah seorang hamba, adalah dengan menghilangkan perasaan-perasaan keakuan di dalam diri (ego).
Kisah pandawa lima di atas mengajarkan kita bahwa hati yang merasa lebih tinggi dari orang lain, tidak akan mengantarkan manusia pada kesempurnaan sejati. Digambarkan pula, orang-orang yang berjalan menuju Tuhan, bila belum menghilangkan rasa keakuan-nya, tidak akan pernah sampai.
Tokoh Yudistira adalah gambaran manusia yang hatinya bersih dan suci. Sehingga hanya ia yang dapat sampai ke puncak seraya bertemu dengan Batara Indra, dan diperkenankan masuk ke dalam kahyangan.
ADVERTISEMENT
Penulis: M. Rhayhan Al-Zikry, Muhamad Rojak Hidayat, Muhammad Ibnu Shina.