Konten dari Pengguna

Sedikit Filosofi Rokok

Muhammad Ibnu Shina
Mahasiswa Sastra Indonesia - Universitas Pamulang Tukang tidur, ngopi dan berkhayal.
6 Juni 2022 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ibnu Shina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar merupakan koleksi pribadi penulis
zoom-in-whitePerbesar
Gambar merupakan koleksi pribadi penulis
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, rokok adalah sebuah benda yang memberikan efek negatif bagi manusia. Rokok dianggap merusak tubuh secara perlahan sebab mengandung racun di dalamnya. Menghirup asap rokok dianggap berbahaya baik secara langsung mau pun tidak langsung.
ADVERTISEMENT
Jadi, rokok dianggap berbahaya bukan hanya bagi penikmatnya, tapi juga bagi orang lain yang tidak merokok tetapi ikut menghirup asapnya. Bahkan, pada bungkus rokok pun tertulis bahwa rokok itu berbahaya bahkan membunuh. Biasanya, peringatan tersebut disertai gambar-gambar mengerikan yang bertujuan untuk membuat orang berpikir dua kali untuk merokok.
Sejenak, mari kita lupakan dulu soal bahaya merokok bagi kesehatan tubuh. Bagi sebagian orang khususnya penikmat rokok, merokok dianggap dapat memberikan rasa tenang dan juga dapat menjadi obat stres. Rokok juga mampu menjadi teman baik dalam berkontemplasi, sehingga dapat melahirkan pemikiran bijak dalam menyelesaikan suatu persoalan.
Hal ini bisa kita buktikan dari orang-orang yang profesinya menuntut mereka harus bekerja sendiran yang mana rata-rata mereka menjadikan rokok sebagai teman dalam bekerja. Biasanya, mereka menikmati rokok bersama dengan secangkir kopi hitam dan diiringi lagu-lagu klasik.
ADVERTISEMENT
Percaya tidak percaya, terkadang pikiran-pikiran jernih lahir ketika sedang merokok. Rokok juga dianggap sebagai penawar gelisah, pencegah kegugupan, dan benda paling menyenangkan untuk dinikmati ketika berdialektika dengan kawan-kawan.
Sebagian orang juga beranggapan bahwa rokok adalah penyambung tali pertemanan juga penghangat suasana. Melalui kegiatan saling berbagi rokok dan menghisapnya bersama-sama akan mampu menghasilkan percakapan juga arti persahabatan yang sebenarnya.
Sekarang coba kita bayangkan, ada orang yang sedang merokok sendirian. Sekilas, kita akan melihat orang tersebut seperti sedang melamun dan tentunya kita beranggapan pikirannya kosong. Padahal, bila kita resapi dan coba berpikir lebih imajinatif, kita akan melihat di setiap hisapan, sebenarnya orang tersebut sedang mendengarkan dan meresapi apa yang dikatakan oleh pikirannya sendiri dan ketika ia menghembuskan asap rokok itu ke udara, itu adalah gambaran dari kegiatan melepas sesuatu dengan bebas. Artinya, hal itu adalah jawaban dari hatinya, baik itu sebuah perlawanan atau pun persetujuan terhadap apa yang dikatakan akal pikirannya tersebut.
ADVERTISEMENT
Penulis sendiri mencoba untuk sedikit memaknai rokok sebagai benda yang mengajarkan kita sebagai manusia untuk menjadi seseorang yang ikhlas dalam memberi dan menerima. Dapatkah kita menjadi ikhlas seperti rokok? Dia selalu memberi kenikmatan kepada penikmatnya walau harus dibakar.
Dia juga dihisap, sehingga membuat tubuhnya terbakar perlahan-lahan. Kemudian ia mati dan dibuang begitu saja saat dianggap sudah tidak lagi memberi kenikmatan. Dan ketika mati pun tidak ada yang mempedulikannya bahkan terkadang masih juga diinjak-injak. dia tidak pernah sedikit pun marah atau melawan saat diperlakukan seperti itu. Walau, terkadang apinya sedikit mengenai kulit, itu pun sebab kesalahan penghisapnya.
Bisakah kita menjadi seperti rokok? Yang mana bila dimanfaatkan lalu mendapatkan perlakuan tidak baik oleh orang lain, bisakah kita tetap tersenyum? Penulis pribadi pun belum mampu nampaknya.
ADVERTISEMENT
Artinya, dari sebatang rokok pun kita dapat belajar suatu hal yang amat penting. Sebab, biar bagaimana pun terlepas dari pro dan kontra orang-orang terhadap rokok, pada hakikatnya rokok ada karena direstui oleh Tuhan juga.
Bila Tuhan tidak menghendaki, maka ide membuat rokok yang berbahan dasar tembakau yang kemudian dicampur dengan bahan-bahan lainnya lalu dibungkus dengan kertas itu tidak akan muncul pada pikiran si penemu rokok. Dan rasa nikmat yang hadir ketika merokok itu juga termasuk ciptaan Tuhan. Karena Tuhanlah yang menciptakan akal pikiran dan perasaan berikut isinya.
Penulis pun menulis tulisan ini pada hakikatnya karena Tuhan pula yang memberi tahu. Tentunya lewat ide di dalam pikiran yang muncul, tidak secara langsung mendengar suara Tuhan. Sebab penulis bukan nabi.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, terciptalah beberapa paragraf yang sedang anda baca ini. Intinya, semua yang diciptakan dan ada di dunia ini sekali pun itu cuma sebatang rokok pasti memiliki sesuatu yang dapat kita jadikan pelajaran dalam menjalani hidup. Permasalahannya, terkadang kita sebagai manusia lupa untuk mencari makna dari hal-hal kecil tersebut bukan?
Perbedaan pendapat mengenai suka atau tidak suka terhadap rokok, semua kembali pada persepsi masing-masing. Karena, setiap orang merokok atau tidak merokok pasti memiliki alasannya tersendiri. Marilah kita jalin kehangatan berwarganegara dengan tidak saling menghakimi satu sama lain.
Bagi yang merokok, berbijaksanalah dalam merokok. Gunakanlah etika ketika merokok. Dan yang tidak merokok janganlah menghakimi para perokok, bila melihat perokok yang merokok tidak sesuai etika dan merasa tidak nyaman tegurlah secara baik-baik atau menjauh saja. Mari kita saling menghargai, demi terciptanya dunia yang lebih harmonis.
ADVERTISEMENT