Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Saling Bisik antara Trump dan Putin: Apa Dampaknya bagi Ukraina dan Eropa?
17 Februari 2025 10:25 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Ilham Muhar Danny tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pada bulan Februari 2025, dunia dikejutkan dengan kabar bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan panggilan telepon panjang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Panggilan ini, yang disebut Trump sebagai "panjang dan sangat produktif," menandai awal dari negosiasi damai yang ia rancang untuk mengakhiri perang di Ukraina. Namun, keputusan ini segera menuai kritik keras dari Eropa dan Ukraina, yang merasa dikesampingkan dari proses ini. Itu adalah momen yang selama ini ditakuti oleh Eropa dan Ukraina selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Namun ketika akhirnya terjadi, pada sore musim dingin yang membekukan Kyiv, skala dan tiba-tibanya rencana damai Donald Trump tetap membuat sekutu Ukraina terkejut. Amerika Serikat secara efektif telah menghentikan dukungannya untuk Ukraina dalam perjuangan melawan invasi Rusia. Trump mengumumkan negosiasi segera dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan memberi tahu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahwa ia harus melepaskan harapan untuk merebut kembali seluruh wilayah yang telah direbut Rusia.
ADVERTISEMENT
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menjadi orang pertama yang mengungkapkan posisi Amerika dalam pertemuan di markas NATO di Brussels. Dalam pertemuan tersebut, Hegseth menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak lagi akan mendukung upaya Ukraina untuk merebut kembali Krimea dan wilayah timur yang dikuasai Rusia sejak 2014. Menurutnya, mengejar tujuan tersebut hanya akan memperpanjang konflik dan memperparah penderitaan di kawasan tersebut. Selain itu, Hegseth juga menyampaikan bahwa Amerika akan menarik kembali komitmennya terhadap keamanan Eropa dan mendorong negara-negara Eropa untuk mengambil peran utama dalam pertahanan mereka sendiri, termasuk dalam masalah Ukraina.
Tak lama setelah pernyataan Hegseth, Trump secara terbuka menegaskan posisinya melalui media sosial. Ia menyatakan bahwa dirinya telah melakukan percakapan panjang dan produktif dengan Putin dan bahwa negosiasi damai akan segera dimulai. Trump juga mengindikasikan bahwa perang yang telah menyebabkan jutaan korban jiwa harus segera diakhiri dan bahwa tidak boleh ada lagi nyawa yang hilang akibat konflik ini.
ADVERTISEMENT
Dalam percakapan yang dilakukan melalui telepon tersebut, Trump dan Putin membahas solusi untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun sejak invasi penuh Rusia ke Ukraina. Namun, yang menjadi perhatian adalah Trump berbicara dengan Putin sebelum menghubungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Ini bertentangan dengan prinsip yang selama ini dipegang oleh Barat: Tidak ada keputusan tentang Ukraina tanpa Ukraina.
Zelensky langsung merespons dengan menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menerima perjanjian yang dibuat tanpa partisipasi aktif negaranya. Di sisi lain, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth kemudian menambahkan bahwa pasukan AS tidak akan ditempatkan di Ukraina untuk menjaga kesepakatan damai, serta menyatakan bahwa kemungkinan Ukraina menjadi anggota NATO adalah hal yang tidak realistis.
ADVERTISEMENT
Kabar Buruk bagi Ukraina
Bagi Ukraina, keputusan Trump untuk berbicara lebih dahulu dengan Putin dan tidak memberikan jaminan penuh atas kedaulatan negaranya mengindikasikan bahwa kepentingan Ukraina bukanlah prioritas utama dalam negosiasi ini. Salah satu dampak terbesar adalah pengakuan implisit bahwa wilayah yang telah diduduki Rusia sejak 2014 - termasuk Krimea dan Donbas - kemungkinan besar tidak akan dikembalikan kepada Ukraina. Ini berarti bahwa posisi Ukraina dalam negosiasi telah dilemahkan sejak awal.
Selain itu, Trump secara terang-terangan mengurangi keterlibatan AS dalam mendukung Ukraina secara militer dan finansial. Jika selama ini AS merupakan salah satu penyokong utama dalam suplai senjata dan bantuan ekonomi, perubahan kebijakan ini memaksa Ukraina untuk mencari sumber dukungan lain. Putin, dengan memperoleh kesempatan untuk langsung berbicara dengan AS tanpa Ukraina, telah meningkatkan legitimasi diplomatiknya di panggung global.
ADVERTISEMENT
Dengan berkurangnya keterlibatan AS, negara-negara Eropa kini harus meningkatkan pengeluaran militer mereka untuk mempertahankan keamanan kawasan. Namun, tanpa adanya persatuan yang kuat di antara negara-negara Uni Eropa dan NATO, tantangan ini menjadi semakin kompleks.
Reaksi Keras dari Eropa
Keputusan Trump tidak hanya mengancam Ukraina, tetapi juga menimbulkan ketidakstabilan di Eropa. Para pemimpin Uni Eropa dan NATO bereaksi keras terhadap langkah ini, menilai bahwa AS sedang menarik diri dari komitmen jangka panjangnya terhadap keamanan Eropa. Kaja Kallas, Menteri Luar Negeri Uni Eropa, memperingatkan bahwa setiap "kesepakatan kotor" yang mengabaikan kepentingan Eropa akan merusak stabilitas kawasan.
Boris Pistorius, Menteri Pertahanan Jerman, mengkritik kebijakan AS yang memberikan konsesi kepada Putin bahkan sebelum negosiasi dimulai. Ia menekankan bahwa "Putin terus-menerus memprovokasi Barat dan percaya bahwa ancaman terhadap Eropa tidak akan berkurang meskipun kesepakatan damai dibuat."
ADVERTISEMENT
Polandia, yang secara geografis dan historis memiliki kekhawatiran besar terhadap agresi Rusia, juga menentang langkah Trump. Donald Tusk, Perdana Menteri Polandia, menegaskan bahwa setiap negosiasi harus mencakup peran aktif Ukraina dan Eropa. Sementara itu, Prancis juga menyatakan bahwa jalur keanggotaan NATO bagi Ukraina harus tetap terbuka, meskipun Trump dan Hegseth telah menyatakan bahwa NATO tidak akan terlibat dalam kesepakatan ini.
Keputusan AS ini juga berdampak pada stabilitas internal NATO. Trump telah menetapkan bahwa negara-negara NATO harus meningkatkan anggaran pertahanan mereka hingga 5% dari PDB, sebuah target yang lebih tinggi dari standar 2% yang sebelumnya disepakati. Hal ini memicu ketegangan di antara negara-negara Eropa yang sedang menghadapi tantangan ekonomi dan anggaran ketat.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, keputusan Trump untuk menarik AS dari kepemimpinan dalam urusan keamanan Eropa membuka celah bagi Rusia untuk semakin memperluas pengaruhnya. Jika Eropa tidak segera bertindak untuk memperkuat pertahanannya, ada kemungkinan besar bahwa Rusia akan mencoba menekan negara-negara lain di perbatasannya, termasuk negara-negara Baltik dan Moldova.
Kontradiksi dengan Kebijakan Biden
Keputusan Trump dalam menangani konflik Ukraina menunjukkan perbedaan signifikan dibandingkan dengan kebijakan Biden. Di bawah kepemimpinan Biden, AS memberikan bantuan militer dan keuangan besar-besaran kepada Ukraina, mendukung aspirasi Kyiv untuk bergabung dengan NATO, serta bekerja sama erat dengan Uni Eropa dalam mempertahankan tekanan terhadap Rusia melalui sanksi ekonomi.
Sebaliknya, Trump mengambil pendekatan yang lebih transaksional dan isolasionis. Alih-alih mendukung Ukraina secara penuh, Trump lebih memilih untuk bernegosiasi langsung dengan Putin dan membatasi keterlibatan AS dalam keamanan Eropa. Jika Biden menekankan pentingnya persatuan transatlantik dalam menghadapi ancaman Rusia, Trump justru menuntut agar Eropa meningkatkan anggaran militernya sendiri dan mengambil alih tanggung jawab pertahanan mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Biden sebelumnya menegaskan bahwa Rusia harus bertanggung jawab atas agresinya dan menolak memberikan legitimasi kepada Putin. Sebaliknya, Trump memberikan Putin kesempatan untuk kembali ke panggung diplomasi internasional tanpa syarat yang ketat. Ini berisiko melemahkan posisi Ukraina dan memperkuat klaim Rusia atas wilayah yang didudukinya.
Kesimpulan: Ke Mana Arah Diplomasi Global?
Percakapan telepon antara Trump dan Putin telah mengubah dinamika geopolitik secara drastis. Ukraina kini berada dalam posisi yang lebih sulit, sementara Eropa harus menghadapi kenyataan bahwa AS tidak lagi menjadi pelindung utama mereka. Dengan Trump yang tampaknya lebih tertarik pada perjanjian damai cepat, tanpa memperhitungkan dampak jangka panjangnya, muncul pertanyaan besar: Apakah Ukraina dan Eropa dapat mempertahankan kedaulatan dan stabilitas mereka dalam dunia yang semakin tidak pasti?
ADVERTISEMENT
Keputusan yang diambil dalam beberapa bulan ke depan akan sangat menentukan masa depan keamanan global. Jika Eropa tidak bisa menemukan strategi baru untuk menghadapi perubahan ini, maka dampak dari "saling bisik" antara Trump dan Putin dapat mengarah pada era baru ketidakpastian di panggung dunia.
Referensi
Cole, H. (2025, Februari 14). Russia and US say Ukraine will be involved in peace talks, but Zelensky questions Putin's motives. BBC. Diakses dari https://www.bbc.com/news/live/c4g97971rwnt
Collinson, S. (2025, Februari 13). US relations with Europe will never be the same after Trump’s call with Putin. CNN. Diakses dari https://edition.cnn.com/2025/02/13/politics/us-european-relations-trump-putin-analysis/index.html
Kirby, P. (2025, Februari 12). Europe caught out by Trump's Russia move. BBC News. Diakses dari https://www.bbc.com/news/articles/ckg050kvm9vo
ADVERTISEMENT
Rosenberg, S. (2025, Februari 11). Trump offers Putin a way back in from the cold. BBC. Diakses dari https://www.bbc.com/news/articles/c8ed3nk3n6ro
Ross T., Caulcutt, C., Burchard, H. v. D. & Barigazzi, J. (2025, Februari 12). Trump and Putin stun Europe with peace plan for Ukraine. Politico EU. Diakses dari https://www.politico.eu/article/donald-trump-vladimir-putin-stun-europe-peace-plan-ukraine-nato/
Sebastian, C. & Lister, T. (2025, Februari 13). Europe fears Trump-Putin ‘dirty deal’ as Ukraine scrambles for a seat at the table. CNN. Diakses dari https://edition.cnn.com/2025/02/13/europe/europe-dirty-deal-trump-putin-ukraine-deal-intl/index.html