Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Edward Wadie Said dan Pemikirannya
16 Desember 2020 8:56 WIB
Tulisan dari Inas Bilqis Ashshoffiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengenal Edward Wadie Said
Edward Wadie Said adalah seorang pemikir intelektual yang lahir di Palestina Barat tepatnya di Yerussalem di daerah Talbiyah pada 1 November 1935. Edward Said lahir dari pasangan Palestina-Amerika yang ibunya bernama Hilda (seorang Palestina kelahiran Nazareth) dan ayahnya bernama Wadie Said (seorang Amerika Serikat kelahiran Yerussalem).
ADVERTISEMENT
Ada tiga pengaruh dari masa kecil Edward W. Said yang membuatnya sangat menyukai sastra. Yang pertama adalah, cerita-cerita yang dibacakan oleh ibu dan neneknya secara rutin tentang peri dan cerita Kitab suci. Kedua, film untuk anak-anak karya Walt Disney. saat masa mudanya ia juga menyukai konser
Edward Said menghabiskan masa kecilnya belajar di sekolah elit Inggris di Yerussalem dan Kairo. Ia mengemban pendidikan formal pada tahun 1941 di GPS (Gezira Preparatory School) dan mendapat pendidikan rohani di Gereja All Saints’ Cathedral. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di CSAC (Cairo School for American Children) pada 1946. Setelah dar CSAC ia melanjutkan pendidikan pada tahun 1949 di VC (Victoria College) cabang mesir. Namun pada 1951, Said dikeluarkan dari VC karena kenakalannya dan itu menjadi sekolah terakhirnya sebelum ia pindah ke Amerika Serikat. Said pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1951 dan mengambil jurusan Sejarah dan Sastra Inggris di Princeton University. Gelar sarjana ia dapat pada tahun 1957 dan setelahnya ia melanjutkan pendidikannya di Harvard University dengan jurusan Sastra Inggris dan meraih gelar Magister pada tahun 1960 dan gelar Doktor pada tahun 1964.
ADVERTISEMENT
Pada 1974 - 1979 Edward Said memiliki beragam pengalaman dari menjadi Profesor Pelawat dalam bidang Perbandingan Sastra di tahun 1974 di Universitas Harvard, pada 1975-1976 ia merupakan Fellow di Center for Advanced Study in Behavioral Science Universitas stanford, ia juga merupakan Profesor Parr dalam bidang Sastra Inggris di Columbia serta menjadi Profesor Old Dominion Foundation pada 1977, dan menjadi Profesor Pelawat Ilmu Budaya di Universitas Johns Hopkins pada 1979. Edward Said meraih gelar Profesor pada 1991 dan menjadi pengajar tetap di Universitas Columbia sampai tahun 2003.
Edward Said meninggal dunia di rumah sakit New York dalam usianya yang ke-67 tahun pada hari Kamis, 25 September 2003 karena penyakit leukemia akun yang dideritanya sejak 1992. dua bulan sebelum kepergiannya, Edward W. Said menyempatkan menulis “Orientalism 25 years Later, Worldly Humanism vs The Empire Builders” (Counterpunch, 4 Agustus 2003). Pemikir hebat in pun pergi dengan meninggalkan gagasan besar bagi kaum intelektual untuk tetap memperjuangkan kebenaran, sebab tugas intelektual menurut Said adalah mengatakan kebenaran walau risiko pembuangan serta pengucilan di dalam pergaulan Internasional menjadi konsekuensi.
ADVERTISEMENT
Pemikiran dan Hasil Karya Edward Wadie Said
Edward Said adalah salah satu tokoh filsuf dan pemikir besar pada abad ke-20 yang meletakkan dasar-dasar teori kritis di bidang poskolonialisme. Ia menganut kepercayaan Agnostik dan aliran Postmodernisme. Salah satu pemikiran dari Edward Said yaitu mengenai peran Intelektual adalah mendefinisikan Intelektual itu sendiri sebagai individu yang dikaruniai bakat untuk mempresentasikan dan mengartikulasikan pesan, pandangan, sikap kepada publik dengan tujuan untuk meningkatkan kebebasan dan pengetahuan manusia. Said juga menyatakan bahwa seorang intelektual adalah mereka yang terlibat langsung dalam kemasyarakatan, bukan yang berada di menara gading. Pekerjaan seorang intelektual adalah mempertahankan negara dengan kewaspadaan, dan bertanggung jawab untuk tidak membiarkan kebenaran diselewengkan. Dalam artian, peran orang intelektual adalah sebagai benteng akal sehat yang kritis terhadap kekuasaan. Edward W. Said mengingatkan apabila kaum intelektual mengambil posisi kritis pada suatu otoritas maka intelektual itu dianggap rendahan kalau dilihat dari kepemilikan, kuasa, dan kehormatan. Suara seorang intelektual adalah suara kesepian tapi suara ini akan tetap bergema secara bebas dengan realitas demi mewujudkan sebuah gerakan, aspirasi dan pengejaran cita-cita bersama. Maka dari itu, menurutnya, sosok pengasingan dan marginal, sebagai amatir dan sebagai pengarang yang mencoba membicarakan kebenaran kepada kekuasaan adalah karakterisasi dari intelektual.
ADVERTISEMENT
Edward W. Said mempertanyakan peranan intelektual di abad ke-20. Menurutnya masih adakah intelektual yang independen dalam menyampaikan gagasannya? Maksudnya, adalah seorang intelektual yang tidak menginginkan keuntungan secara sepihak. Said mengkritik keras intelektual yang menganggapnya sebagai suatu profesi yang bertujuan materil belaka. Menurutnya ancaman khusus intelektual saat ini baik di Barat maupun di Non-Barat, adalah sikap profesionalisme dalam menjalankan pekerjaanya. Menurut Said pada abad-20 ancaman utama seorang intelektual adalah spesialisasi. Karena Said mengatakan bahwa pendidikan zaman sekarang dikotak-kotakan dalam wawasan ilmu pengetahuan yang menyebabkan relatif sempit. Hal inilah yang dikritik oleh Said sebagai upaya pengekangan terhadap hak-hak seorang intelektual. Peranan intelektual telah menurun drastis. Bahkan Said sendiri mengecam kebiasaan kaum intelektual yang mengetahui sebuah kebenaran tapi memilih “diam” karena khawatir akan muncul kontroversi sehingga akan menyulitkan karirnya.
Edward W. Said juga merupakan penulis aktif pada jamannya. Ia dikenal sebagai Profesor Sastra Bandingan (Comparative Literature) di Universitas Columbia. Buku Orientalism menjadi buku yang tergolong paling fenomenal diantara 25 karya yang ditulis oleh Edward Said. Selain Orientalism, Edward Said juga menghasilkan karya-karya lainnya. Berikut adalah beberapa hasil dari tulisan Edward W. Said:
ADVERTISEMENT
- Orientalism (1978)
- The Question of Palestine (1979)
- Covering Islam: How The Media and The Experts Determine How We See The Rest of The World (1981)
- The Politics of Dispossession (1994)
- Peace and Its Discontents: Essays on Palestine in the Middle East Peace Process (1995)
- The Politics of Dispossession and Peace and Its Discontents (1995) The World, The Text, and The Critics (1983)
- Nationalism, Colonialism, and Literature: Yeats and Decolonization (1988), dan masih banyak lagi.