Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Konten dari Pengguna
Emotional Invalidation: Ketika Perasaan Kita Diremehkan Orang Lain
15 Desember 2021 11:28 WIB
Tulisan dari Inaya Lutfa Hadya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Nah, pernah ngga sih kalian merasa tidak berhak merasakan suatu emosi atau meremehkan perasaan yang dialami orang lain? Hati-hati lho, bisa saja itu termasuk emotional invalidation. Percakapan diatas adalah salah satu contoh dari emotional invalidation.
Emotional invalidation bisa sangat menyakitkan atau bahkan berdampak buruk pada orang lain dan diri kita. Dalam beberapa kasus, emotional invalidation dapat menyebabkan emosi negatif lainnya dan bahkan kondisi kesehatan mental. Namun, itu tidak akan terjadi, jika kita memahami dan mengetahui bagaimana meresponnya dengan lebih baik ketika emotional invalidation itu muncul.
Lalu, sebenarnya emotional invalidation itu apa? kenapa bisa sampai berdampak pada kondisi kesehatan mental seseorang? Yuk, simak selanjutnya agar lebih memahami mengenai emotional invalidation!
Apa itu emotional invalidation?
ADVERTISEMENT
Emotional invalidation atau pembatalan emosional adalah perilaku menolak atau mengabaikan pikiran dan perasaan orang lain terhadap sesuatu, serta mengatakan jika pengalaman dan perasaan yang dialami seseorang itu tidak penting. Seperti mengatakan “Ah kamu mah lebay”, “Kamunya aja yang terlalu sensitif”, “Jangan kebanyakan ngeluh deh”, dan masih banyak lagi.
Terkadang pembatalan emosional dilakukan secara tidak sengaja lho! Mungkin orang tersebut bermaksud baik sebagai upaya untuk menghibur kita dengan mengatakan hal-hal seperti “Jangan khawatir”, “kamu harusnya jangan merasa seperti itu”, atau “Udah biarin aja”. Meskipun pembatalan emosional ini dilakukan secara tidak sengaja dengan niat baik, tetapi pada akhirnya mereka membatalkan perasaan yang dimiliki oleh orang lain.
Tahu ngga sih? Tenyata pembatalan emosional tidak hanya dalam bentuk verbal atau perkataan, bisa juga dalam bentuk nonverbal yaitu dengan gerak tubuh, seperti memutar bola mata ketika seseorang berbicara, mengabaikan orang tersebut, atau memainkan ponsel saat seseorang sedang berbicara.
ADVERTISEMENT
Nah, bagaimana? sudah tau kan apa itu emotional invalidation. Lalu, kenapa pembatalan emosional ini bisa terjadi? Apa yang menyebabkan orang membatalkan perasaan yang dialami seseorang? Simak lebih lanjut, yuk!
Mengapa orang membatalkan perasaan?
Pembatalan emosional sering terjadi ketika kita mengungkapkan perasaan atau membicarakan tentang sebuah pengalaman yang kita alami. Kebanyakan orang sering membuat seseorang merasa perasaannya tidak valid karena mereka tidak dapat memproses emosi yang dialami orang tersebut.
Dalam kasus lain, pembatalan emosional terjadi karena orang lain terlalu sibuk dengan masalah mereka sendiri atau mereka tidak tahu bagaimana merespon pada saat itu sehingga mereka tidak dapat memberikan validasi emosional.
Kalau kita melakukan pembatalan emosional kepada orang lain, apakah akan berdampak buruk pada psikis mereka? Yuk, simak juga nih mengenai akibat dari pembatalan emosional!
ADVERTISEMENT
Akibat dari pembatalan emosional
• Masalah dalam mengelola emosi
Pembatalan emosional dapat menyebabkan kebingungan, keraguan, dan ketidakpercayaan terhadap emosi yang kita rasakan. Sehingga menganggap bahwa apa yang kita rasakan atau cara kita mengekspresikan perasaan itu salah. Ini dapat membuat orang merasa bahwa mereka tidak dapat mempercayai emosinya, sehingga membuat mereka sulit untuk mengatur perasaannya sendiri.
• Masalah dengan identitas pribadi
Ketika orang merasa bahwa karakteristik kepribadian, pikiran, dan perilaku mereka tidak diterima, orang cenderung menyembunyikan emosinya dan mengembangkan harga diri yang rendah atau rasa percaya diri yang buruk.
• Masalah kesehatan mental
Pembatalan emosional juga dapat menyebabkan kondisi kesehatan mental termasuk depresi dan kecemasan. Invalidasi dapat membuat orang merasa bahwa pikiran dan perasaan mereka tidak penting bagi orang lain. Sehingga, pembatalan emosional ini juga dapat mempersulit pemulihan dari gangguan kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Pembatalan emosional dapat terjadi kapan saja dalam hidup kita, jika terjadi ketika masa kanak-kanak, maka dapat memiliki efek jangka panjang yang bertahan hingga dewasa. Ada beberapa pemikiran bahwa pembatalan emosional berkontribusi pada perkembangan Bordeline Personality Disorder (BPD), yaitu suatu kondisi yang terkait dengan ketidaksetabilan dalam emosi, hubungan, dan citra diri.
Marsha Linehan, PhD, psikolog klinis dan penulis buku “Cognitive-Behavioral Treatment of Borderline Personality Disorder,” menetapkan bahwa BPD berkembang ketika seseorang yang mengalami emosi lebih intens terkena lingkungan disfungsional tertentu. Salah satu lingkungan disfungsional seperti itu adalah lingkungan yang tidak valid. Jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang tidak valid, mereka mungkin tidak belajar bagaimana menangani stres atau mengelola emosi mereka. Sebaliknya, mereka mungkin belajar bagaimana tidak mempercayai respons emosional mereka dan menyembunyikan perasaan mereka.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana cara memvalidasi emosi?
Validasi berarti mengakui, menerima, memahami perasaan dan pikiran orang lain, dan mendukung mereka dalam perspektif mereka. Penting untuk diingat bahwa validasi emosional bukan tentang setuju dengan seseorang. Kita dapat memiliki pemikiran yang berbeda tetapi tetap dapat berempati dengan orang lain.
Untuk memvalidasi emosi orang lain, hal pertama yang harus kita lakukan adalah membuka diri dengan pengalaman orang lain. Biarkan mereka menceritakan apa yang mereka rasakan dan kita mendengarkan dengan sepenuhnya. Hindari memberikan nasihat yang tidak diminta, dan jika merasa perlu, selalu tanyakan apakah mereka membutuhkan bantuan untuk masalah ini. Jika jawabannya tidak, teruslah mendengarkan. Ingat, bukan tanggung jawab kita untuk memperbaiki siapa pun.
Dari yang sudah dipaparkan di atas, kita menyadari bahwa pembatalan emosional dapat menyakitkan, tetapi dengan belajar memahaminya dapat membantu kita meresponya dengan lebih baik. Validasi emosional menjadi suatu alat penting untuk komunikasi dan membangun sebuah hubungan yang sehat. Melalui validasi, kita dapat memastikan bahwa orang lain memiliki pengalaman emosional mereka sendiri dan bahwa pengalaman itu nyata, berharga, dan penting.
ADVERTISEMENT
Referensi
Krause, E. D., Mendelson, T., & Lynch, T. R. (2003). Childhood emotional invalidation and adult psychological distress: the mediating role of emotional inhibition. Child Abuse & Neglect, 27(2), 199–213.
Selby, E. A., Braithwaite, S. R., Joiner, T. E., Jr., & Fincham, F. D. (2008). Features of borderline personality disorder, perceived childhood emotional invalidation, and dysfunction within current romantic relationships. Journal of Family Psychology, 22(6), 885–893.
Sturrock, B., & Mellor, D. (2013). Perceived emotional invalidation and borderline personality disorder features: A test of theory. Personality and Mental Health, 8(2), 128–142.
Ferguson, K. S., & Dacey, C. M. (1997). Anxiety, depression, and dissociation in women health care providers reporting a history of childhood psychological abuse. Child Abuse & Neglect, 21, 941–952.
ADVERTISEMENT
Naismith, I., Zarate Guerrero, S., & Feigenbaum, J. (2019). Abuse, invalidation and lack of early warmth show distinct relationships with self-criticism, self-compassion and fear of self-compassion in personality disorder. Clinical Psychology & Psychotherapy, 26(2), 350-361.