news-card-video
20 Ramadhan 1446 HKamis, 20 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Jakarta Makin Macet di Bulan Ramadan, Transportasi Publik Padat

inayah hidayati
Peneliti di Pusat Riset Kependudukan BRIN
19 Maret 2025 19:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari inayah hidayati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadan tidak membuat jalanan di Jakarta lebih lengang. Sebaliknya, kemacetan justru semakin parah, terutama saat jam pulang kantor. Banyak pengguna media sosial membagikan kondisi lalu lintas yang padat serta lonjakan jumlah penumpang transportasi publik. Selain menahan haus dan lapar, masyarakat juga harus menggandakan kesabaran menghadapi kepadatan jalan. Penyebab utama kemacetan ini adalah keinginan masyarakat untuk segera tiba di rumah dan berbuka puasa bersama keluarga, yang membuat volume kendaraan meningkat drastis menjelang waktu maghrib.
ADVERTISEMENT
Sistem transportasi umum memiliki peran penting dalam mengurangi kemacetan dan meningkatkan aksesibilitas di perkotaan. Namun, tantangan seperti kepadatan penumpang, keterbatasan rute, serta biaya perjalanan yang tinggi masih menjadi hambatan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Dengan meningkatnya jumlah pengguna transportasi umum selama Ramadan, tantangan ini semakin terasa. Untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih efisien dan inklusif, diperlukan inovasi dan kebijakan yang mendukung keterjangkauan serta kenyamanan bagi semua pengguna.
Keterjangkauan Transportasi
Keterjangkauan transportasi menjadi faktor krusial dalam menentukan efektivitas sistem angkutan umum. Penelitian menunjukkan bahwa jaringan transportasi yang terintegrasi dengan area berpenduduk padat, terutama perumahan bagi keluarga kelas menengah, dapat secara signifikan meningkatkan aksesibilitas mereka terhadap layanan penting dan peluang kerja (Jahan & Hamidi, 2019). Saat ini, Jakarta dan wilayah aglomerasinya telah memiliki berbagai pilihan transportasi yang semakin terhubung, mulai dari jalan tol, KRL, MRT, LRT, hingga jaringan bus dan angkutan penghubung lainnya. Integrasi berbagai moda ini tidak hanya mempermudah mobilitas, tetapi juga berperan dalam mengurangi eksklusi sosial terkait transportasi. Namun, lonjakan jumlah pengguna selama bulan Ramadan sering kali menambah tantangan baru dalam menjaga efektivitas sistem ini.
Kepadatan stasiun KRL di Tanah Abang - Jakarta (Sumber foto: Inayah Hidayati, diambil tanggal 17 Maret 2025)
Salah satu tantangan utama adalah memastikan bahwa biaya transportasi tetap terjangkau bagi masyarakat. Dengan kebijakan yang tepat—seperti subsidi tarif, peningkatan aksesibilitas, serta pengembangan sistem transportasi yang lebih efisien—Jakarta dapat menciptakan layanan transportasi yang lebih inklusif dan berkontribusi terhadap kesejahteraan sosial yang lebih luas. Ketika biaya transportasi tidak memberatkan masyarakat, lebih banyak orang akan beralih ke angkutan umum, yang pada akhirnya dapat membantu mengurangi kemacetan.
ADVERTISEMENT
Kepadatan Angkutan Umum
Di sisi lain, kepadatan di angkutan umum merupakan masalah kritis yang semakin memburuk selama jam sibuk, terutama menjelang waktu berbuka puasa. Untuk mengatasi tantangan ini, konsep smart mobility bisa menjadi solusi inovatif yang meningkatkan efisiensi operasional dan kenyamanan penumpang, sehingga menjadikan transportasi publik lebih menarik dibandingkan kendaraan pribadi (Chen et al., 2023). Salah satu strategi utama adalah integrasi sistem Bus Rapid Transit (BRT), yang telah diterapkan di Jakarta melalui TransJakarta. Sistem ini menyediakan pilihan transportasi yang lebih terjangkau dan berkontribusi dalam mengurangi kemacetan dengan mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum yang lebih efisien.
Kondisi Halte Bus Transjakarta di Bundaran Senayan yang selalu padat penumpang di jam pulang kerja (Sumber foto: Inayah Hidayati, diambil tanggal 20 Februari 2025)
Namun, meskipun TransJakarta telah mengoperasikan sistem BRT dengan baik, kepadatan di halte tertentu—terutama halte transfer—masih menjadi kendala, terutama pada jam sibuk saat pagi dan sore hari. Hal ini mengurangi kenyamanan pengguna dan menjadi salah satu alasan mengapa sebagian orang tetap memilih kendaraan pribadi, meskipun harus menghadapi kemacetan dan kelelahan akibat menyetir. Oleh karena itu, peningkatan manajemen halte, pengoptimalan rute, serta penerapan teknologi berbasis smart mobility menjadi langkah penting untuk menjadikan transportasi umum di Jakarta lebih nyaman dan efisien.
ADVERTISEMENT
Solusi Transportasi Berkelanjutan
Praktik perencanaan perkotaan memainkan peran penting dalam mengatasi kepadatan transportasi umum. Salah satu strategi utama adalah Pembangunan Berorientasi Transit (TOD), yang mendorong komunitas perumahan berdensitas tinggi di sekitar stasiun transportasi publik. Dengan pendekatan ini, ketergantungan masyarakat pada kendaraan pribadi dapat dikurangi, sementara penggunaan transportasi umum meningkat secara signifikan (Tiwari et al., 2021). Selain itu, TOD mendorong pemanfaatan lahan yang lebih efisien serta meningkatkan inklusivitas dengan memastikan akses yang lebih baik ke lapangan kerja dan layanan harian, yang pada akhirnya mengurangi biaya transportasi bagi penduduk (Saini et al., 2023).
Namun, tantangan dalam penerapan sistem ini masih ada, terutama terkait keterjangkauan tarif dan efektivitas layanan transportasi dalam mengurangi kemacetan. Studi menunjukkan bahwa keterbatasan layanan serta biaya perjalanan yang tinggi sering kali mendorong masyarakat kembali menggunakan kendaraan pribadi, yang justru memperburuk masalah lalu lintas (Airy & Patil, 2019). Oleh karena itu, diperlukan investasi berkelanjutan dan reformasi kebijakan untuk meningkatkan integrasi, cakupan, serta frekuensi layanan angkutan umum. Dengan demikian, sistem transportasi yang berkelanjutan dapat diwujudkan, tidak hanya untuk mengatasi lonjakan mobilitas selama Ramadan tetapi juga untuk mengurangi kemacetan sepanjang tahun.
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai keseimbangan antara keterjangkauan, aksesibilitas, dan pengurangan kepadatan memerlukan pendekatan komprehensif. Model pembiayaan inovatif, perencanaan kota yang cermat, serta optimalisasi jaringan transportasi menjadi kunci utama dalam membangun sistem transportasi yang lebih efisien dan berkelanjutan. Dengan solusi yang tepat, tantangan transportasi selama bulan Ramadan dapat diatasi, sehingga mobilitas masyarakat menjadi lebih lancar dan nyaman.
Inayah Hidayati, peneliti mobilitas penduduk di Badan Riset dan Inovasi Nasional