Konten dari Pengguna

Strategi Efektif untuk Meningkatkan Sistem Transportasi di Jabodetabek

inayah hidayati
Peneliti di Pusat Riset Kependudukan BRIN
6 September 2024 15:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari inayah hidayati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Transjakarta berhenti di Halte Bundaran HI Jakarta, Kamis (22/6/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Transjakarta berhenti di Halte Bundaran HI Jakarta, Kamis (22/6/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Jabodetabek, sebagai wilayah metropolitan terbesar di Indonesia, menghadapi tantangan signifikan dalam sistem transportasi. Dengan Jakarta sebagai ibu kota, wilayah ini menjadi pusat aktivitas ekonomi yang padat, menarik ribuan pekerja dari daerah sekitarnya. Namun, masalah mobilitas seperti ketergantungan pada kendaraan pribadi dan kurangnya integrasi moda transportasi menjadi hambatan utama bagi komuter.
ADVERTISEMENT

Tantangan Utama dalam Sistem Transportasi Jabodetabek

Pertumbuhan pesat wilayah Jabodetabek tidak hanya berdampak pada kepadatan penduduk tetapi juga menyebabkan tekanan besar pada infrastruktur transportasi. Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, sebagian besar komuter di Jabodetabek masih lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum.
Faktor-faktor seperti ketidakpraktisan, kurangnya integrasi moda transportasi, serta lamanya durasi perjalanan menggunakan transportasi umum menjadi penyebab rendahnya penggunaan transportasi publik di wilayah ini.

Kurangnya Integrasi Moda Transportasi di Jabodetabek

Penumpang menaiki kereta api ringan atau Light Rail Transit (LRT) Jabodebek menuju Stasiun Dukuh Atas, Jakarta Selatan, Selasa (9/1/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Sistem transportasi di Jabodetabek terdiri dari beberapa moda, antara lain MRT, LRT, KRL, dan TransJakarta. Namun, kendala yang muncul adalah minimnya integrasi antar moda tersebut, terutama di wilayah penyangga. Misalnya, komuter yang tinggal di Bekasi atau Tangerang seringkali harus berpindah moda beberapa kali untuk mencapai tujuan mereka di Jakarta, yang mengakibatkan perjalanan menjadi lebih panjang dan melelahkan.
ADVERTISEMENT
Ketidakpraktisan dan waktu tempuh yang lebih lama ini sering menjadi alasan mengapa banyak pekerja lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini berdampak pada meningkatnya jumlah kendaraan di jalan raya, yang pada akhirnya memperparah kemacetan di Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, kurangnya infrastruktur transportasi di beberapa wilayah suburban juga menyebabkan keterbatasan pilihan bagi masyarakat untuk beralih ke transportasi umum.

Peran Kemitraan Publik-Swasta dalam Meningkatkan Infrastruktur

Salah satu solusi yang diusulkan untuk mengatasi masalah mobilitas di Jabodetabek adalah mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi melalui Kemitraan Publik-Swasta (PPP). Pengalaman sukses dari proyek MRT Jakarta menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dapat mempercepat pembangunan transportasi yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Dengan memperluas jaringan MRT dan KRL hingga ke kota-kota satelit di sekitar Jakarta, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi serta memudahkan akses masyarakat terhadap transportasi umum yang lebih efisien.
ADVERTISEMENT
Investasi dalam perluasan jaringan transportasi, termasuk penambahan jalur MRT dan LRT, harus disertai dengan pembangunan infrastruktur penunjang lainnya, seperti halte dan stasiun yang lebih banyak dan terintegrasi dengan kawasan perumahan. Selain itu, penyediaan fasilitas parkir yang memadai di dekat stasiun transportasi umum juga penting agar masyarakat yang tinggal di pinggiran kota dapat menggunakan kendaraan umum tanpa kesulitan.

Desentralisasi Ekonomi sebagai Solusi Jangka Panjang

Sejumlah kereta MRT parkir di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (30/3/2024). Foto: Syawal Darisman/kumparan
Selain memperbaiki sistem transportasi, desentralisasi ekonomi menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah mobilitas di Jabodetabek. Selama ini, Jakarta menjadi pusat utama aktivitas ekonomi, sehingga menyebabkan arus besar pekerja dari wilayah penyangga yang harus melakukan perjalanan panjang setiap harinya. Dengan menciptakan pusat-pusat bisnis baru di wilayah Bodetabek, kebutuhan komuter untuk bepergian ke Jakarta dapat berkurang secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Pemerintah perlu memberikan insentif bagi perusahaan-perusahaan untuk relokasi ke kota-kota satelit di sekitar Jakarta, serta mendorong pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) di wilayah penyangga. Langkah ini dapat membantu menciptakan lapangan kerja lokal, sehingga masyarakat tidak perlu bepergian jauh untuk bekerja. Selain itu, pengembangan infrastruktur digital yang mendukung kerja jarak jauh juga dapat menjadi solusi untuk mengurangi mobilitas harian.

Langkah-langkah Meningkatkan Aksesibilitas dan Kualitas Hidup

Peningkatan aksesibilitas transportasi umum harus menjadi prioritas dalam upaya menciptakan mobilitas yang lebih berkelanjutan di Jabodetabek. Hal ini dapat dicapai dengan memperluas jaringan transportasi umum ke wilayah suburban yang padat penduduk, membangun stasiun-stasiun baru, serta memastikan adanya integrasi yang lebih baik antar moda transportasi.
Selain itu, kualitas hidup masyarakat di Jabodetabek juga perlu diperhatikan. Pemerintah harus menyediakan fasilitas transportasi yang nyaman, aman, dan terjangkau bagi masyarakat. Penambahan fasilitas penunjang, seperti ruang tunggu yang memadai di stasiun dan halte, serta penyediaan transportasi yang ramah lingkungan, dapat meningkatkan pengalaman komuter dalam menggunakan transportasi umum.
ADVERTISEMENT

Kolaborasi untuk Mobilitas Berkelanjutan

Upaya untuk meningkatkan sistem transportasi di Jabodetabek memerlukan pendekatan yang komprehensif. Tidak hanya pembangunan infrastruktur yang lebih baik, tetapi juga integrasi moda transportasi yang lebih efektif serta desentralisasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada Jakarta. Kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor swasta menjadi kunci dalam menciptakan sistem transportasi yang efisien dan ramah lingkungan.
Dengan perencanaan yang tepat dan pelaksanaan yang konsisten, Jabodetabek dapat memiliki sistem transportasi yang mendukung mobilitas yang lebih baik, mengurangi kemacetan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Langkah-langkah ini juga akan berkontribusi pada pembangunan kota yang lebih berkelanjutan dan inklusif di masa depan.