Konten dari Pengguna

Khazanah Islam

Inayatullah Hasyim
Pecinta sastera Arab
18 April 2018 7:27 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Inayatullah Hasyim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lubaid bin Rabi'ah dan Syair Terakhirnya. Oleh Inayatullah Hasyim Dosen Fakuktas Hukum Universitas Djuanda Bogor.
ADVERTISEMENT
Nama lengkapnya adalah Lubaid bin Rabi'ah bin Malik. Ia sering juga dijuluki Abu 'Uqail al-'Amiry. Ia termasuk salah satu penyair yang disegani pada masa jahiliyyah.
Ibunya berasal dari kabilah 'Abas. Lubaid dilahirkan sekitar tahun 560 M. Selain sebagai penyair, ia juga dikenal sebagai orang dermawan dan pemberani. Sifat kedermawanannya diwarisi dari ayahnya yang dijuluki dengan "Rabi' al-Muqtarin". Sedangkan sifat keberaniannya diwarisi dari kabilahnya.
Lubaid bin Rabi'ah al-Amiri adalah penyair era jahiliyyah yang memiliki usia yang panjang. Dinamakan era jahiliyah karena sebelum datang Islam, orang-orang Arab sudah sangat menggandrungi karya sastera, terutama syair. Mereka bahkan mengira al-Qur'an adalah karya sastera. Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya,
(41). وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ ۚقَلِيلًا مَا تُؤْمِنُونَ (42). وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ ۚقَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ (43). تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
ADVERTISEMENT
Dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman ** Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran dari padamya *** Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. (QS al-haaqah 41-43)
Kembali ke Lubaid, dia dikarunia usia di atas seratus tahun, sekitar enam puluh tahun usianya dihabiskan dalam masa jahiliyah dan sisanya dalam kedamaian Islam.
Pada masa awal-awal Islam, syair-syair Lubaid bin Rabi'ah mulai terpengaruh oleh al-Quran dan isinya banyak mengandung ajaran-ajaran yang bernafaskan Islam, meski dia sendiri belum menyatakan keislamannya.
Salah satu bait puisinya adalah berikut ini:
اَلاَ كُلُّ شَيْئٍ ماَ خَلا الله باَطِلُ *** وَكلّ نــَعِيْمٍ لاَ مـَحَالـَةَ زَائِلُ وكُلُّ أُناسٍ سَوْفَ تَدْخُلُ بَيْنَهُمْ *** دَوِيـْهِيَّةٌ تـَصْفَرُّ مِنْها اْلأنامِلُ وكُلّ امْرِئٍ يـَوْمًا سيَعْلَمُ غَيْبَهُ *** إذا كُشِفَتْ عِنْد اْلاِلَهِ الْحَصَائِلُ
ADVERTISEMENT
Sesungguhnya segala sesuatu selain Allah pasti akan lenyap *** dan setiap kenikmatan, tanpa terkecuali, pasti akan sirna belaka. Dan setiap orang pasti akan didatangi di dalam diri mereka *** oleh maut yang memutihkan jari-jemari mereka. Setiap orang kelak pada suatu hari pasti akan mengetahui amalannya *** ketika telah dibuka di sisi Tuhan segala catatannya".
Demi mendengar bait syair Lubaid di atas, Rasulallah SAW berkata sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
اَصْدَقُ كَلِمَةٍ قَالـَها شَاعِرٌ كـَلِمَةُ لُبـَيْدٍ (الا كلّ شيئ ما خلا الله باطل)
"(Sungguh) sebenar-benar syair yang pernah diucapkan seorang penyair adalah kalimat Lubaid, ("Sesungguhnya segala sesuatu selain Allah pasti akan lenyap").
ADVERTISEMENT
Walaupaun Lubaid memeluk Islam, namun para kritikus sastra Arab tetap memasukan dia sebagai penyair era Jahiliyah. Hal itu dikarenakan, setelah masuk Islam, Lubaid tak lagi membuat syair. Dia lebih banyak menikmati al-Qur'an. Padahal, di era sebelum memeluk Islam, dia membuat ribuan bait syair, termasuk yang selalu digantungkan di sisi Ka'bah. Bahkan, Aisyah (radillahu anha), istri Rasulallah SAW, menghafal sekitar seribu bait syair karya Lubaid.
Satu-satunya bait syair yang dibuat oleh Lubaid bin Rabi'ah setelah ia masuk Islam adalah:
الحمدُ لله ان لـَمْ يَأتـِنِى أَجَلِىْ *** حـَتىَّ لـَبِسْتُ مِنَ اْلإسلامِ سِرْبالا
"Segala puji bagi Allah, yang belum mempertemukanku kepada ajalku *** sampai aku mengenyam dalam Islam pakaian kedamaian".
ADVERTISEMENT
Akhirnya, Lubaid mengembuskan nafas terakhirnya di Kufah Iraq pada sekitar tahun 661M / 41Hijriah. Semoga Allah mengampuni segala salah dan khilafnya. Amin.
Wallahu'alam bis showab.