Krisis Air di Cape Town 2017-2018: Upaya Pemerintah & OI dalam Mengatasinya

Inda Ayu
Environmental Student, International Relations of Christian University of Indonesia
Konten dari Pengguna
19 Desember 2023 14:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Inda Ayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Cape Town. Foto: Codegoni Daniele/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Cape Town. Foto: Codegoni Daniele/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Krisis air serius atau kondisi yang sering disebut sebagai “Day Zero” adalah peristiwa yang terjadi sepanjang tahun 2017 hingga awal 2018 di Cape Town, Afrika Selatan. Kondisi ini mengundang simpati kerja sama dunia internasional untuk mengupayakan langka-langka konservatif demi mengatasi permasalahan krisis air tersebut.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini disebabkan oleh beberapa faktor termasuk kekeringan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan sumber air kota utama hampir mengering salah satunya adalah bendungan Theewaterskloof serta pertumbuhan populasi yang cepat.
Krisis di tingkat air di bendungan dan waduk yang memasok kota. Kurangnya curah hujan ditambah dengan pertumbuhan penduduk dan pariwisata memberikan tekanan besar pada sumber daya air yang tersedia, mendorong Cape Town ke ambang kehabisan air.(Enqvist & Ziervogel, 2019), (Rodina, 2019)
Cape Town menghadapi krisis air yang parah dari 2017 hingga 2018, yang terutama didorong oleh kombinasi kekeringan berkepanjangan dan peningkatan permintaan air. Wilayah ini mengalami tiga tahun berturut-turut curah hujan di bawah rata-rata, yang menyebabkan penurunan yang signifikan
Krisis air di Cape Town dapat dikaitkan dengan berbagai penyebab. Faktor utama adalah kekeringan berkepanjangan yang mempengaruhi wilayah tersebut selama beberapa tahun, mengakibatkan penurunan pasokan air yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, populasi kota yang meningkat dan industri pariwisata yang berkembang menciptakan permintaan air yang lebih tinggi, melebihi sumber daya yang tersedia. Pengelolaan air yang tidak memadai, kurangnya investasi infrastruktur, dan ketergantungan pada sumber air permukaan tanpa diversifikasi semakin memperburuk krisis.(Enqvist & Ziervogel, 2019)
Krisis air berdampak besar pada komunitas Cape Town. Ketika permukaan air di bendungan dan waduk anjlok, pembatasan air yang parah diterapkan, mempengaruhi rumah tangga, bisnis, dan pertanian. Warga dibatasi pada batas konsumsi air harian, yang menyebabkan perubahan perilaku sehari-hari, seperti mandi lebih pendek dan mengurangi pembilasan toilet.
Kurangnya air juga menimbulkan risiko terhadap kebersihan dan sanitasi, menempatkan beban pada fasilitas kesehatan dan populasi rentan. Kesulitan ekonomi dialami karena industri tertentu yang bergantung pada air, seperti pertanian dan pariwisata, menderita kerugian yang signifikan (Brühl & Visser, 2021).
ADVERTISEMENT
Pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan menanggapi krisis air di Cape Town dengan berbagai langkah. Tim manajemen bencana khusus dibentuk untuk mengkoordinasikan upaya dan mengkomunikasikan inisiatif penghematan air kepada publik.
Pemerintah menerapkan pembatasan air yang ketat, mengenakan tarif dan denda untuk penggunaan air yang berlebihan. Mereka juga berinvestasi dalam peningkatan infrastruktur, seperti pabrik desalinasi dan proyek reklamasi air, untuk mendiversifikasi pasokan air. Keterlibatan masyarakat memainkan peran penting, dengan kampanye pendidikan publik meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konservasi air dan mempromosikan perubahan perilaku.(Cole et al.2021)
Pemerintah internasional memainkan peran penting dalam menangani krisis air di Cape Town pada tahun 2017-2018. Beberapa negara dan organisasi internasional turut berkontribusi untuk membantu pemerintah Cape Town dalam menghadapi masalah kekurangan pasokan air yang serius. Pemerintah Australia, Amerika Serikat, dan Inggris memberikan bantuan finansial untuk pembangunan infrastruktur air dan teknologi pengolahan air.
ADVERTISEMENT
Selain itu, PBB dan badan-badan seperti UNICEF dan WHO memberikan dukungan teknis dan sumber daya manusia dalam pengelolaan air dan pendidikan masyarakat tentang penghematan air. Upaya kolaboratif antara pemerintah internasional dan Cape Town berhasil mengatasi krisis air tersebut dan memberikan contoh bagi negara lain dalam menghadapi tantangan serupa.(Hariri, 2020)