Konten dari Pengguna

Tuntutan Mahasiswa : Kritis dan Mengembangkan Pikiran

Indah Eka Priyanto
Mahasiswa semester 3 di Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
29 Oktober 2024 12:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indah Eka Priyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa ilmu politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (28/10/24), sumber : pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa ilmu politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (28/10/24), sumber : pribadi
ADVERTISEMENT
Secara sederhana, mahasiswa diartikan sebagai seseorang yang menempuh pendidikan di lembaga atau institusi tingkat lanjut. Istilah mahasiswa umum dipakai dari kalangan S-1, padahal sebutan mahasiswa bukan hanya untuk sarjana saja, melainkan seseorang yang menempuh pendidikan di jenjang doktor dan profesor.
ADVERTISEMENT
Dalam lingkup akademik, mahasiswa diharapkan bisa memahami ilmu yang disampaikan lalu menerapkannya di lingkup masyarakat. Setelah mahasiswa keluar dari lembaga atau institusi pendidikan yang ditempuhnya, harapan tinggi yang dipikul ialah menjadi agen perubahan.
Harapan tersebut diberi karena mahasiswa dianggap memiliki ilmu lebih dari beberapa orang lain. Ilmu yang diterima mahasiswa memiliki bobot berupa penalaran, teori, dan pemecahan masalah. Atau secara singkat, biasa dikenal dengan kemampuan kritis.
Kemampuan kritis itulah yang membawa mahasiswa memiliki analisis lain daripada yang lain. Kritis disini dimaksud cepat tanggap untuk mendalami berbagai sisi sudut pandang secara objektif. Dengan diberi ilmu spesifik, mahasiswa dilatih kemampuannya agar bisa melihat berbagai sudut pandang kemudian mengembangkannya sendiri.
Dimulai dari memahami satu keresahan kemudian diteliti, lalu menganalisisnya menggunakan metode dan kumpulan data, hingga menghasilkan konklusi yang dapat dipertanggungjawabkan.
ADVERTISEMENT
Namun, tantangan yang berat jika sikap kritis sudah ada ialah mengembangkannya sendiri. Pada dasarnya, proses mengembangkan pikiran lebih sulit daripada kritis. Jika kritis didapat dengan mengamati sekitar, maka mengembangkan pikiran menggunakan daya nalar si mahasiswa tersebut.
Daya nalar sendiri mendorong mahasiswa seolah-olah menemukan sesuatu. Jika belum tersampaikan nalarnya, maka mahasiswa cenderung terjebak dalam kebingungan.
Dan tugas dosen ialah mendorong supaya mahasiswa bisa mengembangkan pikirannya melalui pancingan kritis. Perlu digarisbawahi, mengingat satu mahasiswa berbeda dengan yang lain, maka dosen pun harus memahami bahwa mendorong daya nalar perlu kesabaran. Di sisi lain, jika mahasiswa tersebut tidak kunjung menangkap nalar melalui pancingan dosen, hal itu menyulitkan dosen juga. Dalam dunia akademik, perlu adanya pemahaman antara dosen dan mahasiswa perlu agar saling memahami.
ADVERTISEMENT
Jika mahasiswa kesulitan menangkap nalar pancingan dosen, hal itu akan menyulitkan dosen. Di sisi lain, jika dosen sudah memberi pancingan, namun gagal ditangkap, maka mahasiswa perlu mengkritisi diri sendiri, bagaimana penyampaian dosen bisa dianalisa dalam pikirannya.