Konten dari Pengguna

Teruntuk Generasi Anjay, Coba Dengarkan Ini!

INDAH FADHILLA
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23 Juni 2023 13:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari INDAH FADHILLA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: https://www.istockphoto.com/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: https://www.istockphoto.com/
ADVERTISEMENT
Sebagai generasi 1990-an, telinga saya masih belum baik-baik saja ketika mendengar generasi 2000-an bicara dengan selipan kata "anjay!" dan "ege!", hampir di setiap akhir kalimat mereka. Seakan-akan fungsinya sudah menggantikan fungsi tanda titik atau koma dalam kalimat pernyataan. Acap kali!
ADVERTISEMENT
Kami pun, sebagai generasi milenial, dulu pernah memakai istilah "anjrit!" dan "EGP (emang gue pikirin)!" untuk mewakili kekesalan hati atau antusiasme. Khususnya ketika bercerita bersama kawan, entah di kantin sekolah/kampus, di toilet sekolah/kampus, atau tempat nongkrong lainnya.
Tapi kami tidak pernah menggunakan bahasa slang ini jika sedang berhadapan dengan orang yang lebih tua. Walaupun sekadar berpapasan, rasanya sangat tidak pantas. Ada kegelisahan di dalam hati ketika kata-kata ini didengar oleh orang yang tidak sepantasnya mendengar.
Akan tetapi, di dunia akademis, ketika saya berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Gen Z ini, baik itu di lift, kamar mandi, kantin, bahkan ruang kelas, setiap hari, tidak pernah saya tidak mendengar "anjay!" atau "ege!" dan kawan-kawannya itu keluar dari mulut para mahasiswa.
ADVERTISEMENT
"Anjay!" dan "ege!" ini sebenarnya menjadi bagian dari bahasa gaul. Bahasa gaul merupakan beberapa kata atau istilah yang memiliki arti khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang sewajarnya ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu (Mulyana, 2008).
Atau biasa disebut juga dengan slang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), slang adalah ragam bahasa musiman yang dituturkan oleh kelompok sosial tertentu dalam situasi informal yang biasa disebut bahasa gaul atau bahasa prokem. "Anjay!" dan "ege!" ini hadir bersamaan dengan bahasa slang lain seperti santuy, gemay, kuy, mantul, sabi, dan lain sebagainya (Azizah, 2019).
Untuk bahasa gaul yang lain, bisa mendarat dengan baik di telinga saya. Namun, "anjay!" dan "ege!" ini sungguh membuat darah saya bisa naik ke ubun-ubun. Sebab, saya tau "anjay!" bisa memiliki arti yang sama dengan kata "anjing", sementara "ege!" sama dengan "bego" (sangat bodoh, tolol).
ADVERTISEMENT
Diksi ini merupakan umpatan yang sangat tidak nyaman di hati dan telinga saya dan mungkin tidak dipahami oleh Gen Z. Bagi mereka mungkin ini sudah menjadi sebuah eufemisme.
Tanpa bermaksud menghalangi kreativitas berbahasa para Gen Z, saya hanya ingin mengimbau kepada Gen Z, silakan gunakan bahasa slang ini di tempat dan kondisi yang tepat. Gunakan ketika sedang berkumpul bersama teman-teman.
Jika sedang ada di ruang kelas, di depan ruang dosen atau berpapasan dengan dosen di lift, di kamar mandi, tolonglah keluarkan diksi-diksi yang baik dan enak di dengar. Ketika kalian menggunakan bahasa yang baik, itu menunjukkan etika yang kalian miliki.
Ketika kalian tidak menggunakan bahasa dengan baik, itu menunjukkan etika yang tidak kalian miliki. Sebagai pendidik, tentu kami merasa gagal, jika anak didik kami tidak memiliki etika dalam bertutur kata.
ADVERTISEMENT
Daftar Bacaan
Azizah, Auva Rif'at. "Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja." Jurnal Skripta: Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 5, Nomor 2, September 2019.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses pada tanggal 23 Juni 2023 dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/slang.
Mulyana. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. (Rembang: Yayasan Adhigama, 2008).