Toxic Society: Mengapa Generasi Z Rentan Mengalami Burn Out?

Indah Listiani Mardhatillah
Mahasiswi Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
13 Desember 2023 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indah Listiani Mardhatillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa UMY Gen Z Sumber foto: dokumentasi sendiri
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa UMY Gen Z Sumber foto: dokumentasi sendiri
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Burnout merupakan kondisi fisik dan mental yang timbul akibat stres kerja yang berkelanjutan tanpa penanganan yang memadai. Kondisi ini umumnya muncul saat seseorang menghadapi tekanan atau tuntutan yang berlebihan di lingkungan kerja tanpa memiliki waktu yang cukup untuk pulih. Dampak burnout dapat dirasakan pada aspek kesehatan fisik, emosional, dan mental, serta dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja pekerjaan dan kehidupan pribadi.
ADVERTISEMENT
Ciri-ciri burnout melibatkan perasaan kelelahan yang mendalam, penurunan motivasi, kesulitan berkonsentrasi, perubahan sikap terhadap pekerjaan, dan penurunan produktivitas. Selain itu, individu yang mengalami burnout juga mungkin merasa frustrasi, tidak efisien, dan merasa kurang dihargai di lingkungan kerja.
Generasi Z adalah mereka yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Dimana generasi tersebut teknologi sudah mulai serba canggih dan mereka yang lahir diantara tahun tersebut memiliki pemikiran yang kritis. Tapi mengapa gen z sering banyak yang mengalami burnout? Ada beberapa faktor yang membuat gen z rentang mengalami burnout sebagai berikut:
Pertama: Media Sosial, ktergantungan pada media sosial dengan penggunaan yang berlebihan akan menimbulkan rasa tidak aman, ketidakpuasan terhadap diri sendiri, dan dorongan untuk selalu terhubung secara online. Perbandingan dengan orang lain dan tekanan untuk menjaga citra yang sempurna di platform tersebut bisa menimbulkan tingkat stres dan kelelahan mental yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Kedua yaitu Tantangan Akademis dan Pekerjaan: Generasi Z mungkin menghadapi tekanan tinggi dalam bidang pendidikan dan pekerjaan. Tantangan akademis yang tinggi dan harapan besar di lingkungan kerja dapat meningkatkan risiko burnout.
Ketiga yaitu Ketidakpastian Masa Depan: Kesadaran terhadap tantangan global, seperti perubahan iklim dan ketidakpastian ekonomi, dapat memberikan beban psikologis pada generasi Z yang mungkin merasa ragu tentang masa depan mereka.
Selanjutnya keempat yaitu Tekanan Sosial dan Ekspektasi: Tekanan untuk mencapai standar sosial dan ekspektasi tinggi dari masyarakat, keluarga, dan diri sendiri dapat menimbulkan tekanan tambahan pada generasi Z.
Tugas Kuliah Sumber foto: dokumentasi diri sendiri
Selanjutnya ada Keseimbangan Kerja Hidup yang Sulit: Sulitnya mencapai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional dapat menyebabkan kelelahan dan burnout. Tantangan ini mencakup beban kerja yang berat, tuntutan waktu yang tinggi, dan kurangnya waktu untuk rekreasi dan istirahat.
ADVERTISEMENT
Yang terakhir ada Pertumbuhan Ekonomi yang Tidak Seimbang: Beberapa anggota generasi Z mungkin menghadapi kesulitan ekonomi, seperti biaya hidup yang tinggi, kesulitan mendapatkan pekerjaan yang stabil, atau beban hutang pendidikan yang besar, hal tersebut dapat membuat generasi Z burnout.
Tidak semua generasi Z menghadapi burnout, tetapi faktor-faktor ini hanyalah beberapa aspek yang mungkin memainkan peran dalam peningkatan risiko burnout pada sebagian anggota generasi Z.
Psikologi Industri, Manajemen, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta