Kolaborasi Kebaikan JNE dan SMK Bakti Karya, Bangkitkan Semangat Maju Bersama

Indah Riadiani
A long life learner mom
Konten dari Pengguna
1 April 2023 11:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indah Riadiani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selama lebih dari 32 tahun sejak didirikan pada tahun 1990, JNE hadir merealisasikan misi “Memberi Pengalaman Terbaik Kepada Pelanggan Secara Konsisten”. Selama itu pula, JNE menjadi salah satu perusahaan jasa pengiriman terbesar di Indonesia dengan jaringan layanan yang luas dan terpercaya. Dalam perjalanan 32 tahunnya, JNE terus berinovasi dan berusaha meningkatkan kualitas layanan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. JNE juga telah menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya dalam industri logistik dan pengiriman di Indonesia. Tak hanya itu, di bidang sosial, JNE memiliki program-program yang berfokus pada pengembangan masyarakat, kesehatan, lingkungan, dan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Saya Indah Riadiani, relawan di SMK Bakti Karya Parigi, turut menyaksikan bagaimana JNE berkontribusi di bidang sosial pendidikan, melesatkan mimpi-mimpi anak daerah untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan bahagia. Bukan hanya membantu menyelenggarakan pendidikan di SMK Bakti Karya Parigi, JNE juga turut mendukung pagelaran kebudayaan, dan usaha kain Ikat Celup karya siswa di SMK Bakti Karya Parigi dalam rangka mewujudkan ketahanan sandang mandiri.
Berawal dari Sekolah yang Berlokasi di Bekas Gudang Kelapa
SMK Bakti Karya Parigi adalah sekolah gerakan publik yang mempertemukan putera-puteri daerah dari Aceh sampai Papua untuk bersekolah dengan beasiswa penuh di Pangandaran. Sekolah yang dimotori oleh Komunitas Sabalad ini awalnya adalah sekolah swasta yang berlokasi di bekas gudang kelapa dan kemudian terancam tutup karena sedikitnya murid yang terdaftar. Namun, saat hari jadi Komunitas Sabalad ke-5, lahirlah gagasan Kelas Multikultural. Sebuah gerakan yang mengundang partisipasi publik untuk sama-sama merangkul, mengapresiasi, mengakui, dan melindungi keberagaman Indonesia, baik itu budaya, bahasa, juga agama, dengan menyediakan fasilitas pendidikan yang layak bagi anak-anak bangsa dari berbagai pelosok Indonesia.
ADVERTISEMENT
Siswa Kelas Multikultural SMK Bakti Karya Parigi Angkatan I di depan bangunan sekolah yang baru. (Foto: Ai Nurhidayat)
Kelas Multikultural juga diharapkan dapat menumpas kesenjangan pendidikan lintas pulau. Bahwa setiap anak bangsa, kaya-miskin, apapun sukunya, tinggal di Jawa maupun di luar Jawa, berhak mendapatkan kualitas pendidikan yang sama, setara. Dalam perjalanannya, tentu saja banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari pendanaan, hingga benturan-benturan isu agama dan budaya. Namun semua tantangan selalu mendapatkan solusinya, dan sebagian besar dana yang dihimpun berasal dari donasi orang-orang baik yang dikumpulkan secara crowdfunding (patungan). Tak heran jika sekolah ini dinamakan sekolah publik, karena keberadaanya sangat lekat dengan dukungan banyak pihak.
Bangkit Bersama JNE lewat Kain Ikat Celup
Kain Ikat Celup hasil karya siswa-siswi SMK Bakti Karya Parigi. (Foto: Istimewa, milik SMK Bakti Karya Parigi)
Tahun 2020 adalah tahun yang berat bagi kami. Pandemi Covid-19 memukul keras hampir di seluruh sektor kehidupan, termasuk pendidikan dan ekonomi. SMK Bakti Karya Parigi, yang menjadi nyala bagi sekelilingnya, pun meredup akibat pandemi. Kami yang sedang bersiap untuk mandiri ini, merasa segan melibatkan publik untuk patungan berdonasi menyalakan kembali pendidikan multikultural yang kami usung. Namun kami tak patah arang. Guru, siswa, dan para relawan mencoba bangkit dengan berkolaborasi memanfaatkan bahan alam di hutan belakang sekolah untuk membuat produk sandang.
ADVERTISEMENT
Kami mulai belajar berwirausaha lewat kain Ikat Celup yang juga merupakan tradisi pewarnaan kain khas Jawa Barat. Berusaha mengembalikan kearifan lokal pada tempatnya yang terhormat, lewat kain Ikat Celup, kami pun menegakkan prinsip-prinsip fashion berkelanjutan. Setiap kain yang warnanya memudar, bisa dicelup kembali ke pewarna agar terus terlihat baru.
Proses pembuatan kain Ikat Celup ini juga sangat ramah lingkungan karena menggunakan bahan pewarna organik dari alam yang limbahnya dapat didaur ulang. Berbeda jika menggunakan pewarna sintetis yang limbahnya akan mencemari tanah atau sungai. Limbah hasil teknik pewarnaan Ikat Celup bahkan sangat aman jika terminum oleh hewan ternak.
Sejak produksi kain dimulai, di belakang sekolah selalu terdengar riuh obrolan siswa dengan berbagai logat bahasa daerah, sambil asyik mengikat berlembar-lembar kain primisima putih. Di sudut lainnya, beberapa siswa juga sibuk memarut kunyit dan merendam beberapa lembar kulit mahoni ke dalam tong berisi air panas. Proses pembuatan kain Ikat Celup ini sepenuhnya dilakukan oleh siswa, juga dibantu oleh relawan dan guru.
ADVERTISEMENT
Para siswa memarut kunyit untuk dijadikan bahan pewarna alami kain Ikat Celup. (Foto: Istimewa, milik SMK Bakti Karya Parigi)
Di tengah melemahnya kondisi perekonomian bangsa, kami memberanikan diri melempar produk kain Ikat Celup ke pasaran, yang keuntungan penjualannya tentu saja digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan. Berbagai produk, mulai dari kaos, outer, kemeja, rok, hingga kain eco print kami tampilkan dalam Pameran Ikat Celup yang dihelat di hutan belakang sekolah. Puji syukur, produk Ikat Celup kami menemukan peminatnya. Para pelanggan dari berbagai daerah pun menghubungi akun penjualan kami di Instagram dan membeli secara online.
Fashion show kain Ikat Celup yang digelar di belakang sekolah. (Foto: Istimewa, milik SMK Bakti Karya Parigi)
Kehadiran agen JNE yang hanya 900 meter dari sekolah, membuat kami mudah mengirimkan kain ke luar wilayah Pangandaran. Berdasarkan pengalaman tim yang mengelola penjualan kain Ikat Celup, selain memiliki layanan customer online yang baik, JNE pun menawarkan layanan jemput paket, sehingga memudahkan ketika tim tak sempat mengantar paket ke agen. JNE pun memiliki jaringan kantor cabang dan agen yang sangat luas di seluruh Indonesia, sehingga kami mudah mengirimkan paket ke mana saja, termasuk ketika para siswa mengirimkan kain-kain buatannya untuk orang tua mereka di kampung halaman yang berada di pelosok daerah.
ADVERTISEMENT
Erni, siswa asal Manokwari, Papua Barat berada di depan agen JNE terdekat dengan sekolah. (Foto: pribadi)
Erni menyerahkan paket berisi kaos Ikat Celup untuk dikirimkan ke pembeli di Bogor. (Foto: pribadi)
Perihal kecepatan pengiriman, JNE mengerahkan pelayanan terbaiknya. Kecepatan dan jenis pengiriman juga bisa disesuaikan dengan variasi layanan yang disediakan JNE, mulai dari REG (Reguler), Super Speed (SS), YES (Yakin Esok Sampai), OKE (Ongkos Kirim Ekonomis), JNE Trucking (JTR), dan layanan lainnya tergantung pilihan pembeli. Setelah dikirim, pembeli dapat memantau kain yang dipesannya di website ataupun aplikasi My JNE secara real time.
Pengalaman-pengalaman baik dan kepuasan pembeli yang kami terima, tentu saja salah satunya berkat kerjasama dan layanan terbaik JNE dalam mendukung usaha kecil sekolah kami.
Pandemi dan Semangat JNE “Mengantarkan Kebahagiaan” Siswa SMK Bakti Karya Parigi
Sejak tahun 2016, Dari sekitar 20 wilayah di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua, calon siswa-siswi SMK Bakti Karya Parigi yang lolos seleksi-diterbangkan langsung ke Pangandaran untuk mulai belajar di Kelas Multikultural. Setiap pergantian tahun, SMK Bakti Karya Parigi rutin membuka kesempatan dan menyeleksi calon siswa Kelas Multikultural di daerah-daerah. Semua siswa digratiskan ihwal biaya keberangkatan, biaya pendidikan, dan tempat tinggal, juga makan minumnya selama bersekolah di SMK Bakti Karya Parigi.
ADVERTISEMENT
Pasca-pandemi, pemberangkatan siswa baru dari daerah sedikit mengalami kesulitan. Sebagian besar donatur belum pulih akibat hantaman pandemi, sementara usaha kain Ikat Celup kami masih dalam tahap merintis. Bersyukur, saat itulah peran JNE terhadap pendidikan nyata kami rasakan. JNE membersamai kami untuk ikut beraksi mewujudkan kegembiraan 23 siswa baru dari 15 kabupaten kota 8 provinsi di Indonesia, dan 3 wilayah berbeda dari Malaysia. Siswa Kelas Multikultural angkatan ke-7 pun resmi diberangkatkan berkat bantuan JNE. Semangat bangkit itu pun menyala kembali.
Tak hanya itu. Siswa-siswi yang baru tiba di Jakarta disambut hangat di kantor JNE di Jl. Tomang Raya 11, Jakarta Barat pada Selasa, 19 Juli 2022 untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan Presiden Direktur JNE Feriadi Soeprapto, Head of Marketing Communication JNE Doedi Hadji, Human Capital Operation Division Head Ayung Prasetyo , dan tokoh literasi Maman Suherman. Para siswa juga melakukan office tour dan berkenalan dengan keluarga besar JNE. Selanjutnya, siswa berfoto di Monas untuk mengabadikan momen pertama di Ibu Kota bersama teman-teman baru dan mengakhiri aktivitas di Jakarta untuk kemudian berangkat ke Pangandaran.
ADVERTISEMENT
Siswa bersilaturahmi dengan keluarga besar JNE di kantor pusat JNE. (Foto: Istimewa, milik SMK Bakti Karya Parigi)
Sejatinya, semangat "Connecting Happiness" yang diusung JNE telah benar-benar mewujud dalam proses keberangkatan 23 siswa Kelas Multikultural angkatan 7. Komitmen JNE untuk berkontribusi dalam kebaikan, nyata membawa rasa kebahagiaan bagi banyak pihak. Tentunya bagi siswa yang mendapatkan beasiswa, orang tua siswa, juga keluarga SMK Bakti Karya Parigi, dan Warga Kampung Nusantara di Pangandaran.
Siswa Kelas Multikultural Angkatan 7 berfoto bersama Presiden Direktur JNE Feriadi Soeprapto, ketua Yayasan Darma Bakti Karya Ai Nurhidayat, dan Maskot JNE. (Foto: Istimewa, milik SMK Bakti Karya Parigi)
JNE Mendukung Kegiatan Festival 28 Bahasa SMK Bakti Karya Parigi
Tak hanya mendorong sekolah ini untuk bangkit kembali pasca-pandemi, JNE juga turut berkolaborasi dalam gelaran festival kebudayaan tahunan yang dilaksanakan SMK Bakti Karya Parigi. Dinamakan Festival 28 Bahasa karena dalam gelarannya ditampilkan orasi, lagu daerah, puisi, dan cerita rakyat yang menggunakan 28 bahasa daerah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Festival pun dimeriahkan oleh tarian barongsai, penampilan angklung, makanan khas berbagai daerah buatan siswa, juga pameran produk UMKM Pangandaran. Acara yang dibuka untuk seluruh masyarakat ini sangat meriah karena menampilkan keragaman Indonesia yang sesungguhnya. Keragaman bahasa, agama, budaya, juga etnis yang terangkul hangat dalam semangat kebhinekaan.
JNE ikut memeriahkan acara ini dan mendukung penuh gelaran hingga tuntas. Hal ini menunjukan bahwa JNE adalah perusahaan logistik yang ramah terhadap keberagaman dan menjunjung tinggi kebhinekaan Indonesia.
Siswa asal Papua dan guru di Festival 28 Bahasa yang didukung oleh JNE. (Foto: Pribadi)
Bentuk dukungan lain JNE terhadap keragaman Indonesia adalah dengan mempekerjakan sumber daya manusia dari berbagai latar belakang budaya dan etnis. JNE memiliki lebih dari 25.000 karyawan yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, termasuk dari daerah-daerah yang terpencil. Hal ini membuktikan bahwa JNE memberikan kesempatan kepada semua orang untuk bergabung dan berkembang di perusahaan mereka tanpa melihat latar belakang budaya pekerjanya.
ADVERTISEMENT
Terima kasih JNE, atas dedikasi 32 tahun berkontribusi nyata untuk Indonesia, khususnya kebahagiaan yang diantarkan untuk kami, SMK Bakti Karya Parigi. Berkat layanan terbaiknya, kain Ikat Celup karya siswa-siswi SMK Bakti Karya Parigi sampai dengan cepat dan selamat di tangan pembeli. JNE membantu SMK Bakti Karya Parigi bangkit, menyambung asa puluhan anak negeri yang ingin melanjutkan pendidikannya. Pun, JNE turut merayakan pesta keragaman Indonesia dengan mendukung diselenggarakannya Festival 28 Bahasa di Pangandaran.
Siswa asal Pangandaran dan Papua mengenakan kain Ikat Celup saat fashion show. ((Foto: Istimewa, milik SMK Bakti Karya Parigi)
#JNE32tahun, #JNEBangkitBersama dan #jnecontentcompetition2023 #ConnectingHappiness