news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Rela Antre Demi Ayam Goreng dan Sop Buntut Pak Supar yang Legendaris di Semarang

Indah Salimin
Senior Copywriter at Digital Skola
Konten dari Pengguna
15 Februari 2020 16:19 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indah Salimin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sop buntut Pak Supar. (Foto: Indah Salimin)
zoom-in-whitePerbesar
Sop buntut Pak Supar. (Foto: Indah Salimin)
ADVERTISEMENT
Penjelajah kuliner Semarang, khususnya yang menyukai hidangan ayam goreng dan sop buntut, tentu pernah mendengar mengenai Rumah Makan Ayam Goreng dan Sop Buntut Pak Supar. Rumah makan di pusat kota Semarang, tepatnya di Jalan Moh. Suyudi No.48, Miroto ini memang sudah kondang dengan dua sajian utamanya yakni ayam goreng dan sop buntut selama puluhan tahun. Tidak heran jika rumah makan ini selalu ramai jam berapa pun setiap harinya.
Selalu ramai setiap hari. (Foto: Indah Salimin)
Pak Supar memang sudah menjajal kebolehannya memasak sejak tahun 1974. Hidangan yang dulu ia jajakan dengan gerobak dorong, terus berkembang hingga kini punya rumah makan yang selalu membuat para penggemarnya mengantre.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, jika kamu berniat mencoba makan di sini, bersiaplah dengan antrean yang memenuhi bagian depan rumah makan. Selain karena tempatnya memang tidak terlalu luas dengan kapasitas sekitar 50 orang saja, peminat sajian andalan Pak Supar ini juga seolah tak ada habisnya.
Meski begitu, saya yang datang di siang hari di hari Sabtu, beruntung bisa langsung mendapatkan tempat duduk meski dari luar rumah makan tampak sangat ramai.
Pilih dulu bangku ternyamanmu. (Foto: Indah Salimin)
Jika kamu datang ke rumah makan ini, pilihlah tempat duduk ternyaman lebih dulu. Tidak lama, pramusaji akan datang dan menanyakan pesanan. Saya, tentu saja, memilih dua sajian utamanya yakni ayam goreng dan sop buntut.
Tidak sampai sepuluh menit, pesanan saya sudah terhidangkan dengan tampilan cukup menggoda. Oiya, untuk penyajian ayam, ternyata disesuaikan dengan jumlah yang datang. Jika kamu datang beramai-ramai, pramusaji akan menyajikan sepiring penuh ayam, yang nanti akan dihitung seberapa banyak yang kamu habiskan. Untuk saya sendiri, disajikan sepotong dada, paha dan sepasang ati ampela.
Sajian yang tampak menggiurkan. (Foto: Indah Salimin)
Pertama-tama, saya mencoba sop buntutnya. Tampilannya boleh menggoda dengan potongan daging yang besar dan sayurannya pun tersaji dengan potongan yang mantap. Tekstur dagingnya sangat empuk. Walau saya lebih suka daging sop dengan tekstur masih agak liat, namun daging empuk dalam sop ini masih berterima untuk saya. Sayangnya, bagi saya rasa kuah kaldunya tidak sebombastis yang saya ekspektasikan.
Sop buntut khas Pak Supar. (Foto: Indah Salimin)
Saya mengharapkan kaldu yang gurih dan 'nendang', tapi menurut saya, rasa sop buntut di rumah makan ini saya golongkan pada kategori 'aman'. Dengan harga terbilang cukup mahal, yakni Rp 50.000/porsi, saya mengharapkan rasa yang memuaskan, tapi sayangnya, menurut selera saya, sop buntut di rumah makan ini belum memberikan kepuasan maksimal.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, saya mencoba ayam gorengnya. Untuk harga Rp 21.000/porsi, potongan ayam di tempat ini tergolong kecil. Namun, mengingat ayam yang diolah adalah jenis ayam kampung, harga tersebut rasanya masih dapat dimaklumi.
Paha dan dada goreng. (Foto: Indah Salimin)
Sebagai pendamping, kamu bisa memilih tiga jenis sambal yakni sambal manis, yang secara default langsung disajikan bersama lalapan dan ayam, juga sambal bawang dan terasi dengan harga Rp 5.000/cobek. Saya memutuskan mencoba semua sambalnya dan sambal favorit saya adalah sambal bawang yang saya campur dengan sambal manis.
Sambal bawang pendamping ayam.(Foto: Indah Salimin)
Untuk tekstur, ayam goreng Pak Supar ternyata sangat lembut dengan minyak yang membuatnya menjadi gurih. Empuknya daging ayam ini, tampaknya tidak terlepas dari pilihan ayam kampung muda yang digunakan. Meski begitu, jika kamu penyuka ayam goreng dengan rasa asin dan gurih yang 'merajalela', tampaknya, kamu akan agak kurang terpuaskan dengan bumbu ayam goreng Pak Supar.
Stok ayam goreng yang melimpah. (Foto: Indah Salimin)
Rasa ayamnya terasa enak dan 'bersih', hanya saja kurang menghentak gurihnya. Saya menduga, Pak Supar tidak menggunakan penyedap selain bumbu alami sehingga ayamnya lezat dengan bumbu-bumbu alami saja. Tetap enak, tentu saja, namun lagi-lagi kurang memuaskan bagi lidah pemuja gurih saya ini.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, saya menikmati dua sajian andalan yang legendaris di Semarang ini walau saat menyantapnya, bagai ada kerinduan yang belum terbayar tuntas. Ada dahaga yang belum benar-benar terbasuhi. Meski demikian, walau secara pribadi saya merasa kurang puas dengan bumbu dan rasa ayam goreng dan sop buntut Pak Supar, namun pendapat saya ini, bisa jadi berbeda dengan penggemar setianya. Terbukti, rumah makan ini tetap ramai dari waktu ke waktu, menunjukkan banyak orang menemukan rasa yang memuaskan lidah mereka, yang mungkin bisa kamu temukan juga.
Jadi, jangan ragu untuk menjajal kuliner legendaris Semarang ini, ya!
***
🍴 Ayam dan Sop Buntut Pak Supar
📍 Jalan Moh. Suyudi No.48, Miroto, Semarang.
⏱ Setiap hari pukul 10.00-22.00 WIB
ADVERTISEMENT
💰 Ayam goreng Rp 21.000/potong, Sop buntut Rp 50.000/porsi.