news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mentalitas Puan Maharani Dalam Memimpin

Konten dari Pengguna
15 November 2017 19:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indah Sastradewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mentalitas Puan Maharani Dalam Memimpin
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Salah satu faktor yang membuat Puan Maharani tampil begitu “gagah” sebagai salah satu tokoh, politisi dan pejabat adalah mentalitasnya yang kuat. Mentalitas itu mengantarkannya menjadi salah satu sosok yang diperhitungkan, terutama dalam pentas perpolitikan di Indonesia. Posisinya sebagai Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) telah berhasil mempercepat laju pembangunan bangsa, utamanya dalam konteks kemanusiaan dan kebudayaan yang bermuara pada kesejahteraan rakyat: kemiskinan menurun, kesejahteraan meningkat. Pengangguran dan tingkat kesenjangan menurun, Indeks Pembangunan Manusia meningkat.
ADVERTISEMENT
Mentalitas itu tak diperolehnya secara sederhana. Tentu saja anugerah sebagai keturunan dari “trah” Soekarno secara biologis dan ideologis, telah memainkan peran tersendiri dalam proses perjalanan hidupnya, tapi yang jauh lebih penting adalah pemaknaannya terhadap sebuah proses, pembelajaran, dan pengalaman. Puan Maharani menghargai semua itu sebagai sebuah keniscayaan. Itulah yang kemudian berperan dalam membentuk mentalitas kepemimpinan Puan Maharani yang kuat.
Hal ini bisa dilihat dan dibuktikan ketika melihat proses perjalanan hidupnya yang tidak instan. Puan Maharani, memulai karir politiknya tidak dengan ujug-ujug melainkan melalui proses pembelajaran dan aktivitas dalam dunia organisasi, termasuk interaksinya dengan dunia jurnalistik dan kewartawanan. Pembelajarannya terhadap dunia politik menjadi semakin tampak ketika dalam kehidupan sehari-harinya, ia bisa belajar langsung dan menimba ilmu dari Ibundanya, Megawati Soekarputri, yang setiap hari berpat-gulipat dengan kerasnya dunia politik, terutama pada masa Orde Baru.
ADVERTISEMENT
Mentalitas kepemimpinan itu semakin terbentuk ketika Puan Maharani mengabdikan diri pada negeri dengan menjadi seorang politisi, dan berhasil menjadi anggota DPR RI. Di Lembaga Terhormat itu, Puan Maharani menjadi Ketua Fraksi PDIP. Pada posisi inilah, interaksinya dengan dunia politik dan politisi semakin intens, termasuk penajaman kemampuannya dalam melakukan lobi-lobi dan diplomasi, terutama dengan lawan-lawan politiknya.
Di antara contoh kuatnya mentalitas kepemimpinan itu tampak, terutama, saat Puan Maharani berbicara di atas panggung. Sebagai orang komunikasi dan pengalamannya mumpuni, Puan Maharani sama sekali tidak gugup panggung. Tutur katanya lembut, teratur, dan mudah dipahami. Tidak tampak sok intelek dengan diksi yang rumit, tapi juga tak tampak ecek-ecek tanpa persiapan. Berada di depan audience dengan segala jenis profesi dan kelas sosial, dari anak SD hingga Profesor, dari yang lokal, nasional, hingga internasional, Puan Maharani selalu mampu menampakkan mentalitasnya yang berkelas, meski dalam satu-dua kasus mengalami “penolakan”.
ADVERTISEMENT
Termasuk juga dalam kemampuan itu adalah ketika Puan Maharani memimpin rapat-rapat koordinasi dengan Kementerian atau Lembaga yang berada di bawah garis koordinatifnya. Ia bisa membawa diri, tampil elegan. Menguasai situasi dan persoalan yang sedang diperbincangkan.
Artinya, berbicara soal mentalitas kepemimpinan, Puan Maharani tak bisa diragukan. Bukan hanya sebagai sosok politisi muda dan pejabat yang menduduki jabatan elit sekelas Menko, tapi juga sebuah kenyataan bahwa Puan Maharani memperoleh mentalitas itu tidak secara instan. Puan Maharani menyadari, setiap saat dan tempat adalah momentum untuk belajar, menimba ilmu dan pengalaman. Mentalitas itulah yang kemudian menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan Puan Maharani dalam posisinya kini sebaga seorang Menteri.
Memimpin itu adalah soal mentalitas. Mental yang memapukan. Dan Puan Maharani memilikinya melalui proses, pembelajaran, dan pengalaman.
ADVERTISEMENT