Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Serangan Hoaks dan Nyinyir Untuk Puan Maharani
16 November 2017 20:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Indah Sastradewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa hari yang lalu, jpnn.com memuat pemberitaan tentang hoaks yang menimpa Puan Maharani. Dalam berita itu, Puan Maharani dipertentangkan dengan Prabowo Subianto melalui serangkaian kalimat yang “sadis”: “Puan Maharani: Selain dari Rumah Tangga Berantakan, DIpecat dari Kesatuannya, Apa Lagi Yang Bisa DIbanggakan dari seorang Prabowo..??”
ADVERTISEMENT
Begitu bunyi kalimat yang diambil dari blog panca-news, yang menurut jpnn.com memang kerap kali memuat berita palsu, hoaks, dan provokatif. Secara meyakinkan, jpnn.com mampu menelanjangi kepalsuan berita tersebut, meski sudah tersebar dan menjadi konsumsi publik. Seperti biasa, akan selalu ada orang atau kelompok yang termakan dengan berita itu, atau mungkin ikut menyebarkannya. Sesat dan menyesatkan, begitu istilah tepatnya.
Sejatinya, tak hanya itu saja. Puan Maharani kerap dihantam berita hoaks atau tulisan-tulisan nyinyir yang analisanya berdasarkan “suka atau tidak suka”. Banyak pernyataan atau guyonan yang diplintir, lalu digelindingkan kesana-kemari dengan bumbu-bumbu memabukkan, terutama ketika Puan Maharani adalah politisi dari PDIP, yang akhir-akhir dihajar dengan isu bangkitnya PKI.
Untuk membuktikannya, silahkan bertamu ke Mbah Google. Dengan mengetik keyword “Puan Maharani”, SEO Google langsung menampilkan beberapa pilihan keyword yang semuanya menyedihkan dan penuh cacat, seperti “Puan Maharani Selingkuh”, “Puan Maharani Masuk Kristen”, “Puan Maharani Menteri Goblok” dan lainnya. Jangan ditanya apa isinya. Provokatif, palsu, tak layak secara jurnalistik, dan cacat secara moral.
ADVERTISEMENT
Tak hanya tulisan, meme-meme negatif pun bermunculan. Gambar Puan Maharani diambil, lalu dibubuhi kalimat-kalimat sadis tak bertuan. Lalu sekali lagi, sebagaimana biasa, akan selalu ada orang atau kelompok yang menelannya mentah-mentah, tanpa pertimbangan.
Lalu, bagaimana Puan Maharani menghadapinya?
Puan Maharani selalu tampil tenang dan bijak. Ia lebih memilih untuk berhati-hati dengan tidak melontarkan pernyataan yang akan membuat suasana semakin riuh. Akhirnya, bangsa ini sibuk mengurus gaduh. Puan Maharani tak mau masuk terlalu dalam dan larut pada hal-hal yang tidak penting bagi perjalanan bangsa ini. Ia selalu meyakini, bahwa masyarakat sudah cerdas; mampu memilah dan memilih yang mana informasi yang benar atau penuh kepalsuan.
Sejalan dengan gerakan revolusi mental yang digalakkannya, Puan Maharani memilih untuk menghadapi dengan kepala dingin. Sebuah pendidikan politik yang cerdas, dan bahkan diakui oleh lawan-lawan politiknya sebagai perilaku politik menyejukkan. Ia tak lupa berpesan agar selalu berhati-hati dalam menerima informasi. Pastikan itu fakta sebelum ikut menyebarkannya. Tentu saja merugikan, pada satu sisi, tapi Puan Maharani meyakini bahwa setiap hoaks akan menemukan ajalnya dengan cepat, karena semua orang membenci kebohongan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, terkait dengan nyinyir atas kinerjanya, Puan Maharani memilih untuk menjawabnya dengan bekerja. Memeras otak dan tenaga untuk mengabdi pada bangsa. Beberapa keraguan dan kekhawatiran yang muncul bisa dijawabnya dengan kinerja dan prestasi yang nyata. Pencapaian pembangunan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, menurunnya tingkat kemiskinan, kesenjangan dan meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM), termasuk juga beberapa capaian dalam membangun pendidikan, kesehatan, pemuda, dan desa menjadi bukti nyata yang secara otomatis meruntuhkan nyinyir terhadapnya.
Artinya, serangan hoaks dan nyinyir terhadap Puan Maharani dihadapi dengan cara elegan; ketenangan, tidak reaktif, memberikan pendidikan politik, serta konsistensi dan komitmen untuk bekerja dan mengabdi pada bangsa. Sepenuh hati dan jiwa.