Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menerima Emosi, Menemukan Diri
23 Desember 2024 18:20 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Indah Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Judul Buku : Sebelas Malam
Nama Penulis : Firdhani Zihan (Gema Membiru)
ADVERTISEMENT
Nama Penerbit : GagasMedia
Genre : Fiksi
Tahun Terbit : 2024
Cetakan : Cetakan Pertama
Jumlah Halaman : 258
ISBN : 978-623-493-287-4
Harga Buku : Rp. 88.000,00
"Sebelas Malam" karya Firdhani Zihan atau sering dikenal dengan nama Gema Membiru, dalam karirnya Firdhani Zihan banyak merambahi dunia digital seperti menjadi, Podcaster, Content Creator dan tentu saja Writer. Ia merupakan Bachelor of Pschology dari Universitas Diponegoro, rasanya wajar jika novel ini akan membahas mengenai perjalanan batin yang menyesakan dari seorang Mahasiswa yang bernama Amani, seorang anak tunggal yang terbiasa dengan sunyi, kemudian terjebak dalam riuh yang tak terkendali. Di tengah malam, saat dunia tertidur lelap, Amani terbangun dalam pelukan pikiran-pikiran negatif yang menyerbu jiwanya hingga Haikal, si anak sulung, datang dengan lembut, menawarkan penghiburan yang menjadi secercah cahaya di tengah gelapnya malam.
ADVERTISEMENT
Haru biru percakapan Amani dengan ibunya menggambarkan kesedihan yang mendalam. Amani merasa tertekan dengan skripsi yang tak kunjung selesai dan takut mengecewakan kedua orang tuanya. Ia merasa terbebani dengan ekspektasi untuk lulus tepat waktu, dan ketakutannya semakin menjadi-jadi ketika teman-temannya sudah mulai mendaftar sidang skripsi.
“Tadinya, aku mau ngejar supaya bisa daftar sidang bulan ini, tapi ternyata data skripiku bermasalah. Enggak tahu di mana salahnya, sampai sekarang masih dicari. Enggak bisa daftar sidang bulan ini artinya ada kemungkinan nambah satu semester lagi. Aku enggak mau, karena….." Dadanya penuh, sesenggukan."Karena teman-temanku udah daftar sidang skripsi semua. Aku ketinggalan, takut cemas. Aku enggak mau nambah semester lagi dan bayar UKT lagi. Aku merasa bersalah sama Mama dan Papa karena enggak bisa lulus tepat waktu." (Hal 193)
ADVERTISEMENT
Kesunyian yang Amani rasakan di sini bukanlah kesunyian fisik, melainkan kesunyian jiwa. Ia terjebak dalam labirin pikiran negatif yang membuatnya merasa terpuruk dan tak berdaya. Haikal, dengan empati dan kasih sayangnya, menjadi cahaya yang menerangi jalan Amani keluar dari kesunyian itu. Melalui Haikal, Amani mulai menemukan kekuatan dan makna dalam hidup, dan perlahan-lahan mulai melepaskan diri dari cengkeraman kesedihan yang selama ini menjeratnya.
"Skripsiku bermasalah lagi."
"Kenapa?"
“Banyak data outliner, jadi kemungkinan ambil data ulang. Padahal, jumlah subjeknya udah tiga ratus, kalau ambil data ulang aku enggak yakin bisa dapat sebanyak itu karena subjek yang udah ngisi enggak boleh ngisi lagi." Amani menjeda. "Terus, ngulang amhil data juga ada kemungkinan tetep dapat data outliner. Kalau lagi-lagi gagal pas pengambilan data kedua, kayaknya yang bermasalah emang skripsiku, deh."
ADVERTISEMENT
Haikal menggeleng. "Data outliner, kan, udah di luar kuasa kamu. Apalagi, kamu ngambil datanya di media sosial. Enggak bisa diatur siapa yang ngisi, bisa aja orang iseng yang ngisi makanya hanya data outliner."
"Kalau beneran ada orang iseng jahat, sih." Bahu Amanı menurun. "Masa mempersulit skripsiku karena iseeeeeng?"
"Kita marahın. Mai, kalau beneran ada orang iseng."
"Ah, takut. Nanti mereka marahin balik gimana?"
"Aku bawa sapu. Kalau mereka marahın balik, aku pukul pakai sapu.”
Praktis, tawa Amani lepas dari bibirnya. "Kamu jadi kayak ibu yang nyuruh anaknya pulang karena keseringan main di luar." (Hal 181)
Kisah Amani tentang kesendirian dan pencarian jati diri di tengah malam pasti akan beresonansi dengan banyak pembaca, terutama mereka yang pernah merasakan kesepian dan kegelisahan. Siapa yang tidak pernah merasakan gelombang pikiran negatif yang datang di tengah malam menyerbu saat kita sedang berusaha untuk terlelap? Amani mencerminkan perjuangan banyak orang dalam menghadapi kesunyian dan mencari makna hidup di tengah kekacauan pikiran.
ADVERTISEMENT
Salah satu dialog yang memikat dalam novel ini, berada di halaman 139 yang mencerminkan betapa indah dan hangatnya bahasa yang digunakan oleh Firdhani Zihan untuk mengemas isi dialog dalam novel ini, yang mampu menenangkan jiwa pembaca yang sedang terombang-ambing dalam kekhawatiran akan masa depan. Haikal mengatakan,
"Kalau hidup manusia itu kanvas, mungkin warna kanvas setiap orang bakal beda-beda. Ada yang dominan warna gelap, ada yang dominan warna terang, ada yang warnanya campur aduk. Komposisinya juga sama, mungkin ada yang udah mewarnai sampai kanvasnya penuh, ada juga yang baru mulai mewarnai dari hagian paling ujung. Karena setiap orang punya kanvas masing- masing, perihal warna apa dan seberapa penuh kanvasnya enggak punya penilaian salah atau benar. Mungkin satu per empat kanvasku udah didominasi warna hitam. Tapi, bukan berarti itu jadi tolok ukur bahwa aku akan menyelesaikan kanvas itu lebih cepat dan tepat. Aku cuma udah nemuin lebih dulu apa yang ingin aku lukis- walaupun sekarang kuasku lagi dilumuri warna hitam."
ADVERTISEMENT
Kalimat-kalimat ini bagaikan obat penenang bagi para pencari jati diri diumur kepala dua, menenangkan kekhawatiran yang belum tentu terjadi.
Meskipun penggunaan diksi yang unik dan kiasan dalam novel ini menghadirkan keindahan estetika dan kedalaman makna, Firdhani Zihan tetap perlu mempertimbangkan potensi kesulitan yang ditimbulkan bagi beberapa pembaca. Karena hampir tiap lembar dari novel ini akan selalu ada bait yang berisi untaian kata yang memiliki makna tersirat. Penggunaan bahasa yang terlalu kompleks, terutama dalam bentuk kiasan dan metafora yang tidak lazim, dapat menghambat kelancaran alur cerita dan mengganggu fokus pembaca.
Jika tujuannya hanya untuk menampilkan keunikan bahasa tanpa memberikan kontribusi yang jelas pada alur cerita dan pengembangan karakter, maka hal tersebut dapat diperdebatkan. Penulis sebaiknya mencari keseimbangan antara keindahan bahasa dan kelancaran alur cerita agar novel dapat dinikmati oleh seluas mungkin pembaca.
ADVERTISEMENT
Novel ini akan menjadi teman yang baik bagi mahasiswa yang tengah kalut dalam skripsi. Amani, yang tertekan dengan skripsi yang tak kunjung selesai dan takut mengecewakan orang tuanya, mencerminkan kegelisahan yang sering dialami mahasiswa. Namun, melalui kisah Amani, pembaca akan mendapatkan motivasi untuk terus berjuang dan menemukan kekuatan di tengah kesulitan. "Sebelas Malam" bukan hanya menceritakan tentang skripsi, tetapi juga tentang perjalanan menemukan diri sendiri di tengah kebingungan dan kekacauan. Dengan cover yang menarik, serta alur yang menarik dan harga yang relatif terjangkau, novel ini merupakan pilihan yang baik bagi mahasiswa yang mencari cerita yang mendalam dan menggugah hati.
ADVERTISEMENT
BIOGRAFI PENULIS
Perkenalkan saya Indah Wulandari, berusia 20 tahun dengan nomor telepon 0882003218400, dan nomor rekening BRI 061101027611508 atas nama Indah Wulandari, adapun media sosial (Instagram) saya yaitu @iwdariii, saya adalah mahasiswi semester tiga di UIN Raden Mas Said Surakarta, dan mengambil jurusan Tadris Bahasa Indonesia. Dengan kecintaan saya pada bercerita dan menulis, saya bercita-cita dapat menjadi penulis yang produktif, dan meninggalkan warisan karya-karya yang berdampak. Resensi ini, bukti nyata dari aspirasi sastra yang sedang berkembang, yang menandai awal perjalanan saya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.