Konten dari Pengguna

Amerika dan China Menghadapi Isu Laut Cina Selatan Dalam Perspektif Game Teori

Indah Dwi Rahmawati
Mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas AMIKOM Yogyakarta
15 November 2023 16:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indah Dwi Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
 
papan catur sebagai ilustrasi game theory.  (dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
papan catur sebagai ilustrasi game theory. (dokumentasi pribadi)
Laut Cina Selatan, yang menjadi kawasan strategis (dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Laut Cina Selatan, yang menjadi kawasan strategis (dokumentasi pribadi)
Dalam konteks sengketa di Laut China Selatan, Amerika Serikat dan China menghadapi situasi yang dapat dijelaskan menggunakan teori permainan. Mereka saling bersaing untuk mencapai keuntungan nasional masing-masing, namun harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dan reputasi di mata komunitas internasional.
ADVERTISEMENT
Sengketa ini seperti pertandingan catur geopolitik yang kompleks. Setiap langkah yang diambil harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Amerika Serikat dan China bertindak seperti pemain catur yang saling berhadapan, mencari strategi terbaik untuk memenangkan pertandingan ini. Yang menarik, setiap langkah mereka menciptakan jejak yang akan dikenang oleh dunia luar. Bagaimana mereka mempertimbangkan kepentingan jangka panjang sambil tetap bersaing untuk keuntungan saat ini mirip dengan melihat drama politik yang terus berkembang di panggung dunia.
Dalam teori permainan, terdapat situasi menarik yang sering disebut sebagai "social dilemma." Setiap pemain harus memutuskan apakah akan bekerja sama atau mengkhianati mitra mereka. Ini seperti sebuah pertunjukan seru di mana setiap karakter harus memilih antara kerja sama yang saling menguntungkan atau memilih jalur sendiri untuk mencapai keuntungan lebih besar.
ADVERTISEMENT
gambar peta dan bendera Amerika Serikat (dokumentasi pribadi)
Dalam permainan prisoner's dilemma, Amerika Serikat dan China berperan sebagai dua pemain dalam pertunjukan seru. Mereka punya pilihan antara bekerja sama atau mengkhianati mitra mereka. Mereka menggunakan strategi "tit-for-tat" (TFT) di mana mereka memulai dengan bekerja sama dan meniru tindakan mitra mereka pada putaran sebelumnya. Dengan ini, mereka membangun reputasi sebagai pemain yang dapat dipercaya dan mempromosikan kerja sama di masa depan. Istilah "the shadow of the future" mengacu pada kemungkinan interaksi masa depan yang dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk bekerja sama atau mengkhianati. Ini seperti melihat drama interaksi rumit antara dua pemain yang memiliki hubungan kompleks dalam pertarungan strategi dan kepercayaan.
Tembok besar China yang merupan icon negara China (dokumentasi pribadi)
Meskipun begitu, dalam kehidupan nyata, Amerika Serikat dan China tetap berusaha untuk mengamankan kepentingan nasional masing-masing. Mereka ingin mempertahankan dan memperluas pengaruh serta kekuatan mereka di wilayah Laut China Selatan. Cara mereka mencapai tujuan ini tergantung pada diplomasi dan cara-cara mereka menawarkan insentif kepada negara-negara lain di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, kedua negara tersebut mungkin mencoba membangun aliansi dan mendapatkan dukungan dari negara-negara di sekitarnya untuk mendukung klaim mereka. Mereka juga dapat menggunakan tekanan ekonomi, politik, atau militer untuk mencapai tujuan mereka. Akhir cerita akan sangat tergantung pada kebijakan, strategi, dan taktik yang digunakan oleh Amerika Serikat dan China dalam persaingan mereka untuk mempengaruhi wilayah Laut China Selatan sesuai dengan kepentingan nasional mereka.