Menghindari Obsesi Dopamin dan Membangun Kehidupan Bermakna

Indah Hairunisah
Mahasiswi Informatika Universitas Pembangunan Jaya. Senang menulis baragam topik seperti produktivitas, teknologi, pengembangan diri, sampai bisnis dan keuangan.
Konten dari Pengguna
28 Agustus 2023 8:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indah Hairunisah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Dopamine. Sumber: istockphoto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dopamine. Sumber: istockphoto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kata "dopamine" mungkin telah menjadi bagian penting dari diskusi kita saat ini. Dalam dunia yang penuh dengan rangsangan cepat dan hadiah instan, kita mungkin selalu mencari perasaan senang yang dipicu oleh dopamin. Apakah, bagaimanapun, diskusi terus-menerus tentang dopamin benar-benar memberi manfaat?
ADVERTISEMENT

Penekanan pada Dopamin

Ilustrasi Penekanan pada Dopamin. Sumber: pexels
Rangsangan yang memicu pelepasan dopamin semakin mudah ditemukan di era digital dan media sosial. Semua hal, mulai dari notifikasi ponsel hingga like dan komentar di media sosial, dapat menyebabkan peningkatan hormon ini. Dopamin seringkali kembali ketika kita berbicara tentang hal-hal yang berkaitan dengan hiburan sehari-hari. Namun, apakah kita terlalu terfokus pada sensasi singkat ini sehingga melupakan pentingnya mempertimbangkan perspektif yang lebih luas dari kehidupan?

Pengaruh pada Hubungan dan Komunikasi

Ilustrasi Hubungan dan Komunikasi. Sumber: pexels
Penting untuk diingat bahwa ketergantungan pada dopamin dapat menyebabkan pembicaraan yang tidak masuk akal dan hubungan yang tidak signifikan. Kita mungkin kehilangan kesempatan untuk berbicara tentang kebijaksanaan, tujuan hidup, dan impian yang lebih mendalam jika kita terlalu banyak berbicara tentang hal-hal yang hanya membuat sensasi.
ADVERTISEMENT

Melangkah ke Kehidupan yang Bermakna

ilustrasi Melangkah ke Kehidupan yang Bermakna. Sumber: pexels
1. Refleksi Pribadi: Tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah setiap topik yang Anda bicarakan memengaruhi hubungan Anda dengan orang lain dan kemajuan pribadi Anda? Jika Anda tidak melakukannya, cobalah merenungkan topik-topik yang lebih signifikan.
2. Bersikap Terbuka: Cobalah untuk tetap terbuka untuk wacana yang lebih mendalam. Ajukan pertanyaan yang mendorong Anda untuk berpikir dan mempertimbangkan, bukan hanya memberikan tanggapan cepat.
3. Pentingnya Tujuan: Alihkan perhatian Anda dari dorongan instan menuju pencapaian tujuan jangka panjang, seperti tujuan akademik, profesional, atau pribadi yang memberi makna pada hidup Anda.
4. Dukungan Hubungan yang Berkualitas: Berfokuslah pada hal-hal yang penting bagi hubungan Anda. Bicarakan tentang impian Anda, nilai-nilai yang Anda bagi, dan cara Anda mendukung satu sama lain.
ADVERTISEMENT
5. Pandangan yang Luas: Ingatlah bahwa hidup adalah perjalanan yang panjang. Jangan terlalu fokus pada momen-momen instan karena itu akan membuat Anda kehilangan pemahaman tentang tujuan yang lebih penting dalam jangka panjang.

Kualitas dibandingkan dengan kuantitas

Ilustrasi Kualitas dibandingkan dengan kuantitas. Sumber: pexels
Membentuk hubungan yang kuat dengan orang lain, tumbuh sebagai individu, dan mencapai tujuan yang memiliki makna adalah lebih dari sekadar mendapatkan dopamin sebagai hadiah instan. Kita dapat menjalani hidup yang lebih bermakna dan penuh dengan kebahagiaan yang mendalam dengan menghindari obsesi dopamin dan berbicara tentang hal-hal yang benar-benar bermakna.
Kesimpulannya, jangan biarkan pencarian dopamin instan menghalangi Anda dari mencapai tujuan yang lebih besar dan hubungan yang lebih mendalam. Dengan mengalihkan perhatian dari dopamin ke kegiatan dan pembicaraan yang lebih bermakna, kita dapat membuat hidup kita lebih kaya, lebih berarti, dan lebih memuaskan.
ADVERTISEMENT