Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kisah Guru Baru yang Memulai Mengajar Anak SD di Masa Pandemi
31 Oktober 2020 10:29 WIB
Tulisan dari Indah Nursalma Islamawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dampak paling signifikan di masa pandemi saat ini yaitu semua kegiatan dipusatkan pada online. Saat ini banyak orang yang beralih menggunakan teknologi sebagai sarana untuk bekerja, berbisnis, hingga kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun saat kuliah. Hal ini disebabkan karena larangan berkumpul dalam jumlah yang banyak demi menghindari penyebaran virus Covid-19.
ADVERTISEMENT
Rifka Nur Annisa Astuti (23), seorang mahasiswi Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM) sembari menunggu kabar wisudanya pada bulan Mei lalu, ia mencoba mendaftar sebagai seorang guru di SDIT Salman Al-Farisi 2 pada bulan Maret lalu. Tidak butuh waktu lama, ia langsung diterima sebagai guru muda di SD tersebut.
Namun, beberapa minggu setelah menjadi guru di SDIT Salman Al-Farisi 2 yang terletak di Sleman, Yogyakarta. Ia dihadapkan dengan pandemi virus Covid-19 yang mengharuskan melakukan pembelajaran melalui daring dari rumah.
“Saya melakukan pembelajaran offline secara tatap muka dengan anak-anak hanya berjalan 2 minggu karena setelah itu ada peraturan dilarang melakukan pembelajaran offline yang berdampak pada penyebaran virus Covid-19 karena kita tahu virus ini sangat mudah menularkan sesama manusia apalagi saya yang menjadi guru bertatap langsung dengan para murid. Juga karena saya guru baru saya pun harus siap mengajarkan bagaimana melakukan pembelajaran daring kepada guru senior saya yang kurang mengerti akan teknologi,” ujar Rifka, Jumat (30/10).
ADVERTISEMENT
Guru murid kelas 1 ini mengungkapkan bahwa dengan kondisi saat ini, ia harus mengajarkan kepada guru kelas lainnya mengenai konsep belajar daring atau online karena banyak guru senior yang belum paham mengenai bagaimana cara kerja dan langkah-langkah yang harus dilakukan demi lancarnya kegiatan belajar online tersebut.
“Selain itu, karena saya mengajar murid yang masih anak-anak karena masih kelas 1, saya harus sabar dan teliti karena anak-anak tidak akan kuat dan betah berada lama di depan layar laptop atau handphone. Bukan hanya itu, saya juga harus aktif dekat dengan orang tua wali murid supaya tugas dan pembelajaran berjalan lancar walau dengan cara online,” ujar Rifka.
Rifka mengatakan bahwa dengan cara belajar online ini harus sabar dan teliti karena ia mengajar murid kelas 1 yang terkadang masih susah diatur untuk memulai belajar online. Ia juga harus lebih dekat membangun hubungan dengan orang tua wali murid agar pembelajaran dan tugas untuk para murid bisa lebih jelas dan terselesaikan.
ADVERTISEMENT
“Terkadang juga anak yang waktu di kelas saat offline selalu mendapat nilai baik menjadi mendapat nilai buruk saat pembelajaran online ini, juga sebaliknya anak yang dikelas mendapat nilai buruk justru selalu mendapat nilai baik saat online,” ujar Rifka.
Rifka mengakui adanya perbedaan saat murid melakukan pembelajaran offline di sekolah dengan online di rumah. Namun ia percaya bahwa muridnya akan selalu jujur terutama saat ada ulangan yang dikerjakan di rumah masing-masing.
“Harapan untuk murid-murid saya bahkan untuk semua anak sekolah di seluruh Indonesia, tetaplah semangat dan jangan pantang menyerah akan kondisi kita saat ini yang belum pasti bisa memulai pembelajaran tatap muka di sekolah kapan waktunya. Saya sendiri sebagai guru akan selalu berjuang memberikan pelajaran yang terbaik, juga untuk murid tetaplah berjuang dan semangat dalam belajar walau secara online tanpa tatap muka dengan para guru,” ujar Rifka.
ADVERTISEMENT
Rifka berharap bahwa di masa pandemi ini semangat belajar jangan luntur baik dari guru yang memberikan pelajaran yang terbaik bagi muridnya, juga para murid untuk tetap belajar dari rumah walau tidak bertatap muka secara langsung dengan para guru.